JAKARTA, TIMEX.FAJAR.CO.ID– Pelaku industri optimistis pasar otomotif bakal bergairah. Karena itu, mereka menargetkan kenaikan penjualan tinggi pada tahun ini dibandingkan realisasi 2023.
PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) menargetkan menjual 100 ribu kendaraan pada 2024. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya, yakni 77.937 unit.
Presiden Direktur MMKSI Atsushi Kurita mengatakan, meski penuh tantangan untuk mencapai target tersebut, Mitsubishi berharap pangsa pasar tahun ini dapat meningkat. Meski, pasar beberapa waktu ke belakang mengalami penurunan penjualan.
Kurita membeberkan, banyak faktor yang menyebabkan industri otomotif loyo, mulai inflasi hingga faktor politik di Indonesia. Jumlah penjualan kendaraan Mitsubishi juga menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
”Saya tidak dapat menyangkal bahwa pasar otomotif menghadapi banyak rintangan karena faktor-faktor seperti inflasi, kenaikan suku bunga, pengurangan subsidi bahan bakar, dan masalah politik. Penjualan kami juga sangat terpengaruh oleh persaingan yang ketat di pasar,” ujarnya.
Pada 2023 MMKSI mencatat total penjualan sebanyak 77.937 unit. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 90.341 unit. Sebagai salah satu strategi untuk menyiasati masalah tersebut, pabrikan asal Jepang itu telah memperkenalkan jajaran kendaraan baru, seperti SUV lima penumpang XForce dan kei car niaga bertenaga listrik L100 EV.
Marketing Division MMKSI Yoshio Igarashi menambahkan, XForce yang baru diluncurkan pada Agustus 2023 berhasil meningkatkan pangsa pasar di segmen itu menjadi sekitar 13 persen. Dia pun mengharapkan hal yang sama pada L100 EV. ”XForce mendapatkan respons yang cukup positif di konsumen-konsumen kami,” imbuhnya.
Di sisi lain, MPV andalan Mitsubishi, yakni Xpander dan Xpander Cross, berhasil mendapat pangsa pasar sebesar 23 persen, kemudian Pajero Sport mencapai 41 persen, dan Triton 33 persen.
Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiharto mengatakan, penjualan mobil dua bulan pertama tahun ini memang menurun secara tahunan. Penyebabnya, pada Januari–Februari banyak konsumen yang masih menanti hasil pemilu. Mereka menahan belanja karena berhati-hati mengantisipasi unsur ketidakpastian yang mungkin muncul karena pemilu. ”Banyak juga konsumen yang wait and see menanti jalannya dan hasil pemilu. Jadi, menahan dulu belanja mobil,” ujarnya. (agf/c7/dio)