PADA 28 Januari lalu, Xavi Hernandez mengumumkan akan meninggalkan FC Barcelona di akhir musim nanti. Keputusan Xavi dilatarbelakangi kegagalan Barca di Supercopa de Espana (runner-up) dan Copa del Rey (perempat final). Juga makin tertinggal dalam persaingan juara LALIGA. Padahal, Barca adalah juara bertahan.
Tapi, pasca keputusan Xavi untuk pergi, performa Barca berubah sangat positif. Blaugrana tidak terkalahkan dalam 12 laga secara beruntun dengan sembilan di antaranya menang. Kemenangan 3-2 atas Paris Saint-Germain dalam first leg perempat final Liga Champions kemarin (11/4) membuat Barca sapu bersih dalam lima laga terakhir.
Perubahan situasi itulah yang semakin memunculkan desakan supaya Xavi merevisi keputusannya untuk pergi. Seperti yang diungkapkan pencetak dua gol kemenangan Barca kemarin, winger Raphinha. ”Malam ini (kemarin, Red) bersejarah bagiku. Tetapi, yang terpenting adalah ruang ganti tim yang semakin kondusif (bersama Xavi),” tuturnya seperti dikutip Marca.
Ruang ganti yang kondusif diakui Raphinha membuat semua pemain Barca bakal all-out di sisa musim untuk menggandoli Xavi. Seiring Liga Champions masih memungkinkan untuk dimenangi, bisa saja Xavi bakal berubah pikiran dan bertahan seandainya memenangkan Si Kuping Besar –sebutan trofi juara Liga Champions.
Pandit dan media Spanyol menilai, kemenangan atas PSG menunjukkan Xavi masih layak menangani Barca. Taktik Xavi lebih jitu ketimbang pelatih PSG yang notabene mentornya, Luis Enrique. Seperti keputusan memasukkan gelandang Pedri pada menit ke-61 dan bek tengah/gelandang bertahan Andreas Christensen pada menit ke-75.
Pedri, misalnya. Semenit setelah masuk lapangan, dia memberi umpan gol untuk gol kedua Raphinha. Sementara Christensen yang menggantikan gelandang Frenkie de Jong malah mencetak gol kemenangan tim hanya dua menit setelah berada di lapangan. (io/c19/dns/jpg/rum)