Budaya Etika Masih Hidup

  • Bagikan
Pdt Mathelda Tamelan-Djawa Gigy

SABU RAIJUA,TIMEX.FAJAR.CO.ID- Salah satu pendidikan non formal di Sabu Raijua perlu dihidupkan kembali di tengah masyarakat, khusus mendidik anak dimulai dari rumah tangga. Sebab, orang tua adalah guru dan sahabat anak-anak di rumah setelah anak itu besar (usia sekolah) baru anak itu masuk sekolah (pendidikan formal).

Pdt Mathelda Yuliaty Tamelan-Djawa Gigy yang ditemui Timor Express di pastori 1 Yeruel Seba Kota, Sabtu (7/4) lalu mengatakan, budaya adat Sabu begitu kental di masyarakat Sabu Raijua. Setiap orang baru yang datang ke Sabu langsung diberi nama sanjungan atau 'ngara waje' menunjukkan keakraban. Misalnya Paulus disapa nama sanjungan Mapago.

Siapapun yang datang ke Sabu Raijua pasti akan betah, karena sifat keterbukaan dalam pergaulan sehari-hari semua orang yang ada di Sabu dianggap keluarga.

Tetapi di sisi lain budaya Rai Hawu mulai tergerus zaman globalisasi. Tata krama hidup didalam kota berbeda dengan hidup di pedalaman desa. Di masa milenial pemberian nama anak tidak lagi berciri khas budaya orang Sabu, tetapi ketika anak lahir diberi nama Chavesclara yang tidak ada hubungan dengan budaya Sabu. Kebanyakan orang Sabu sendiri tidak bisa mengeja.

"Saya sebagai pendeta ketika dalam kebaktian sakramen baptisan kudus di gereja sudah 50 persen nama anak yang beri orang tua adalah nama orang barat. Ini berarti budaya orang Sabu mulai bergeser oleh budaya luar negeri," ucap Pdt Mathelda.

Ditambahkan, hal ini juga ada pengaruh budaya luar yang tidak cocok dengan tata krama budaya orang Sabu. Kehidupan kota membuat anak tidak sopan santun, tidak menghargai dan suka menang sendiri.

“Apakah ini zaman milenial yang tak terkontrol? Saya tetap berharap pergaulan bebas anak muda harus dikontrol melalui pendidikan di sekolah,” kata Pdt Mathelda.

Terpisah, tokoh masyarakat Sabu Liae, Leonidas Vecky Adoe dan tokoh masyarakat Hawu Mehara, Ruben Kale Dipa mengatakan, memang beda pergaulan anak-anak di kota, kalau jalan bertemu dengan orang lain tidak lagi tegur sapa.

“Tetapi kalau kehidupan dan pergaulan di desa Kecamatan Sabu Liae anak-anak sekolah saling tegur sapa,” ujar Leonidas. (kr8/ays)

  • Bagikan

Exit mobile version