SURABAYA,TIMEX.FAJAR.CO.ID – Harga emas yang mencapai rekor, rupanya, berpengaruh terhadap industri perhiasan. Pelaku usaha tidak bisa memanfaatkan momen Lebaran sebagai pendongkrak kinerja penjualan. Sebab, kebanyakan konsumen justru menjual perhiasan.
Ketua Asosiasi Pengusaha Emas Perhiasan Indonesia (APEPI) Jatim Liana Kurniawan menyampaikan, catatan penjualan selama Lebaran 2024 mengalami anomali. Biasanya, terjadi lonjakan drastis menjelang pemudik pulang kampung. Namun, tidak ada lonjakan yang terasa tahun ini.
”Karena harga emas mencetak rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir, masyarakat lebih memilih untuk menjual daripada membeli,” terangnya kepada Jawa Pos kemarin (15/4).
Lonjakan itu diakui cukup drastis. Pada 30 Maret, dia mencatat harga emas 24K di pasaran masih mencapai Rp 1,135 juta per gram. Namun, kemarin angkanya melonjak ke Rp 1,2 juta per gram. Kenaikan sebesar 5,5 persen dalam jangka mingguan jarang terjadi untuk komoditas tersebut.
Dia berpendapat, ketegangan di Timur Tengah dan lesunya ekonomi Tiongkok membuat banyak pihak makin cemas. Alhasil, investor getol mencari emas sebagai salah satu alat lindung nilai. Termasuk berbagai negara yang terus menambah cadangan emasnya. ”Kalau sudah begini, pasar akan lesu karena harga perhiasan akan meninggi. Penjualan kita saja menurun 35 persen,” ungkapnya.
Menurut Liana, tren pasar perhiasan menurun bakal terjadi lebih lama lagi. Sebab, pasca-Lebaran biasanya konsumen menjual atau menggadaikan perhiasan. Aksi itu dilakukan untuk mengisi lagi kantong setelah pengeluaran mudik yang tak sedikit.
Dalam sisa tahun ini, dia menjelaskan bahwa kinerja industri emas perhiasan bergantung kondisi ekonomi global. Jika kondisinya memburuk berkepanjangan, bisa jadi penjualan melesu. ”Mau pasar lokal maupun global, trennya masih sama. Permintaan perhiasan menurun,” tandasnya. (bil/c14/dio/thi)