JAKARTA,TIMEX.FAJAR.CO.ID - Ketegangan geopolitik Iran dan Israel yang memanas mengerek harga emas. Melansir logammulia.com, harga emas PT Aneka Tambang (Persero) Tbk alias Antam diperdagangkan senilai Rp 1.345.000 per gram, kemarin (19/4). Nilai tersebut sekaligus rekor baru tertinggi.
Chief Executive Officer Jooara Gembong Suwito memproyeksi, masih terbuka peluang harga emas untuk membuat rekor lagi ke depan. Karena kondisi ketidakpastian perekonomian global mulai tinggi. Sejalan dengan meningkatnya perang Iran dan Israel yang bergejolak belakangan ini. Apalagi, Kamis waktu setempat, rudal Israel mengantam di kawasan Isfahan, Selatan Teheran. Artinya memang potensi konflik meluas.
“Pasar sudah memasang reaksi. Dalam sepekan terakhir harga emas sudah naik signifikan. Dari USD 2.200 per per ons troy menjadi USD 2.400 per ons troy. Harga minyak juga naik. Dari situ pasar akan responsif terkait kondisi global tersebut,” ucap Gembong kepada Jawa Pos tadi malam.
Menilik di 2022, perang Ukraina-Rusia langsung berpengaruh signifikan terhadap kondisi ekonomi global. Harga komoditas melesat lantaran memang kedua negara merupakan penghasil komoditas besar. Yakni, gandum, minyak, dan gas alam. “Termasuk saat ini, Iran sebagai salah satu penghasil komoditas minyak terbesar di dunia. Sehingga, perang tentu akan mengganggu suplainya,” imbuhnya.
Gembong menilai, kemungkinan besar dampak ketegangan geopolitik di Tinur Tengah akan berlanjut. Setidaknya dalam 6 sampai 8 bulan mendatang isu ini masih hangat. “Karena kedua negara nampaknya akan saling balas serangan,” ujarnya.
Kondisi tersebut, lanjut dia, membuat emas akan bullish. Bukan tidak mungkin harga logam mulia Antam akan mencapai Rp 1.500.000 per gram tahun ini. “Ya ke depan, Rp 1.500.000 per gram kelihatan di tahun ini. Bisa lebih cepat tergantung dari eskalasi perang. Jika perang tidak memanas signifikan kenaikan emas berkisar Rp 1.300.000 sampai Rp 1.400.000 per gram,” terang pria asal Surabaya itu.
Untuk koreksi harga, Gembong menyatakan tidak mungkin terjadi tahun ini. Karena banyak faktor yang membuat aset safe haven itu naik. Apalagi, dikuatkan dengan pernyataan The Fed untuk mencapai target inflasi 2 persen nampaknya tidak bisa tercapai.“Padahal belum perang. Kalau misal perang pecah ya tentu bakal naik lagi. Ketika inflasi global naik, komoditi minyak naik, emas sulit turun,” tandasnya. (han/dio/thi)