JAKARTA,TIMEX.FAJAR.CO.ID – Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan melakukan evaluasi terhadap kemungkinan penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) Minyakita. Alasannya, HET tersebut belum mengalami perubahan selama dua tahun terakhir, yaitu Rp 14 ribu per liter.
Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag Bambang Wisnubroto menuturkan, menaikkan HET Minyakita diharapkan dapat memperlancar realisasi domestic market obligation (DMO) dari kalangan produsen minyak sawit atau crude palm oil (CPO). ”Setelah Lebaran, tentunya akan mengevaluasi besaran HET Minyakita. Saat ini kami melakukan kajian internal,” ujarnya di Jakarta kemarin (23/4).
Bambang menyampaikan, realisasi DMO minyak curah maupun Minyakita sejak September 2023 terus mengalami tren penurunan. Realisasi DMO bulanan hingga 19 April 2024 tercatat 82.531 ton atau hanya 27,5 persen dari target bulanan 300 ribu ton. ”Rendahnya DMO dipicu pasar ekspor yang masih lesu,” jelasnya.
Namun, Bambang optimistis tren ekspor mulai meningkat pada akhir bulan ini. Angka ekspor juga menunjukkan potensi tersebut. Kemendag mencatat realisasi pengiriman minyak sawit ke luar negeri pada Februari mencapai 1,31 juta ton, kemudian turun menjadi 885 ribu ton pada Maret. Namun, ekspor diprediksi meningkat lagi pada April ini seiring dengan telah diterbitkannya persetujuan ekspor (PE) sebanyak 1,55 juta ton. ”Laporan yang kami dapatkan dari produsen bahwa pasar ekspor akan mulai membaik pada Mei–Juni,” ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkapkan rencana kenaikan harga Minyakita seiring dengan tingginya inflasi di Indonesia. Dia menambahkan, rencana itu memang belum diputuskan dan masih harus dibahas dalam rapat koordinasi nasional di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. ”Masih harus rapat Menko dulu untuk jadi Rp 15 ribu per liter. Jadi, sementara Rp 14 ribu. Kami toleransi Rp 14.500,” ujarnya. (agf/c14/dio/thi)