Penentunya Faktor Kekuatan Figur Daerah
JAKARTA,TIMEX.FAJAR.CO.ID – Komunikasi terkait kerja sama pilkada terus dilakukan oleh sejumlah partai politik. Khususnya di pemilihan gubernur (Pilgub) Daerah Khusus Jakarta (DKJ), hampir semua partai politik sudah melakukan penjaringan. Masing-masing partai juga sudah mulai memunculkan calon kandidat.
Di kubu PDIP misalnya, sejumlah nama yang dimunculkan antara lain Tri Rismaharini, Azwar Anas, Basuki Hadimulyono, Andika Perkasa, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Prasetyo Edi Marsudi. Sementara di kubu Partai Golkar, muncul nama Ridwan Kamil dan Ahmad Zaki.
Sementara Nasdem, memunculkan nama kadernya Ahmad Sahroni. Dari PKS, nama Mardani Ali Sera, Ahmad Syaikhu dan Sohibul Iman juga mencuat. Di tubuh PKB, Ida Fauziyah juga didorong untuk maju.
Anggota Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini menyebut konfigurasi pencalonan pilkada relatif berbeda dengan koalisi pencalonan di tingkat nasional. Dia menyebut, peluang kerja sama terkait pilkada juga sangat mungkin dijajaki PDIP dan Gerindra.
Apalagi, lanjut Titi, hampir semua koalisi di pilkada terbentuk berdasar elektabilitas dan kekuatan figur daerah. Belajar dari pilkada-pilkada sebelumnya, faktor itu bisa membuka komunikasi antar elit partai. Termasuk antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
’’Sehingga sangat mungkin akan ada koalisi pencalonan di pilkada antara PDIP dan Gerindra untuk mendukung paslon yang sama. Persoalan Mega itu adalah dengan Jokowi,’’ ujarnya kepada Jawa Pos, kemarin (28/4).
Terpisah, DPP PDIP meminta para kader tetap solid untuk menyambut Pilkada 2024. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, semua kader partai banteng harus siap menghadapi pilkada. Menurut Hasto, kader harus move on dan terus bergerak melangkah ke depan.
Menurut Hasto, kunci pilkada serentak adalah seluruh jajaran partai wajib solid. Artinya, para elite harus solid. Mereka harus bergerak bersama dan kompak dalam satu barisan untuk memenangkan pesta demokrasi lima tahunan di tingkat daerah itu. ’’Karena ini ada yang mengaku sahabat tapi malah mendemo kantor partai. Itu pengkhianat bukan sahabat,’’ tegas Hasto. (lum/tyo/bay/jpg/rum)