Fenomena Pendaftaran Bacakada Bak PPDB di Sekolah
KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Tahapan pemilihan kepala daerah (pilkada) tengah berlangsung. Partai politik membuka pendaftaran bagi bakal calon kepala daerah (bacakada) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota se-NTT. Tak sedikit figur yang mengaku ingin melayani masyarakat.
Motivasi melayani dan ingin mewujudkan kesejahteraan ini mulai ditempuh dengan mendaftarkan diri ke partai politik dengan harapan mendapat dukungan. Politisi senior hingga kalangan anak pemuda ikut memanaskan tahapan pilkada mulai dari tingkat kabupaten/kota (bupati/wali kota) maupun provinsi (gubernur).
Animo bakal calon yang tinggi, pengamat politik menilai sebagai fenomena baru bak penerimaan peserta didik baru (PPDB) di sekolah.
“Melihat dinamika menuju pilkada di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, menampakkan fenomena seperti penerimaan siswa baru di sekolah,” kata Ahmad Atang kepada Timor Express, Minggu (12/5).
Direktur Pascasarjana pada Universitas Muhammadiyah Kupang ini menyebut para politisi yang juga pimpinan partai serta figur-figur non partisan ikut meramaikan bursa pencalonan.
“Jadi, partai politik sebagai rental politik untuk menampung para pencari kekuasaan,” katanya.
Melihat fenomena yang terjadi dan banyak pimpinan partai di semua tingkatan mendaftarkan diri sebagai bakal calon menunjukkan adanya keberhasilan pada bidang kaderisasi. “Munculnya banyak figur ini memberi gambaran bahwa proses regenerasi dalam kepemimpinan lokal telah berjalan,” sebutnya.
Ditambahkan, animo publik yang luas mengindikasikan bahwa generasi lapis kedua (pemuda) mulai mewarnai peta politik pilkada. Maka gaung tentang politik milenial telah disambut oleh publik, sehingga ruang ini harus dimanfaatkan oleh partai politik untuk mengedepankan politik gagasan yang dibawakan kaum muda dibandingkan politik transaksional sebagai pintu masuk.
Pada titik ini, kata pengamat politik ini bahwa partai politik harus mengubah mindset untuk melihat anak mudah sebagai figur prospektif dan transformatif. Gejala ini sudah mulai ditangkap oleh partai politik yang membuka ruang dan memberi panggung untuk politisi muda, baik sebagai bentuk delegatif dan instruktif dari partai maupun inisiasi dari kalangan masyarakat.
Meski demikian tidak semua partai melakukan hal yang sama, karena kebijakan partai yang mengedepankan calon tunggal dari kadernya sendiri. Menurutnya, Partai Golkar merupakan partai yang mengembangkan pola ini, sehingga di tingkat provinsi tidak membuka pendaftaran.
“Hal ini penting sebagai bagian dari upaya menjalankan tujuan partai, yakni merebut dan memperoleh kekuasaan. Golkar sudah jauh hari mempersiapkan figur masa depan di jabatan politik, maka ketika momentum tiba, Golkar tinggal mendorongnya dan tidak mencari-cari figur,” ungkapnya.
Senada disampaikan Yohanes Jimmy Nami, pengamat politik dari Undana bahwa partai politik secara ideologis harus bisa memastikan regenerasi kepemimpinan dan sirkulasi elit politik berjalan dengan baik, sudah sesuai prosedur jika parpol secara internal mendorong kadernya sendiri sebagai cakada maupun mendorong kader eksternal yang melalui screening partai mampu mengemban visi dan misi parpol.
Menurutnya, kehadiran kader internal dalam kontestasi pilkada sangat baik. Artinya, kaderisasi internal berhasil melahirkan kader yang mampu dan kompetitif menjadi pemimpin politik.
“Posisi tawar partai akan naik melalui jumlah kursi di parlemen dan juga distribusi kader yang baik. Ini merupakan kerja-kerja parpol tidak instan dan butuh komitmen yang kuat,” katanya.
Terkait eksistensi anak muda dalam konstalasi politik di daerah, bisa dikatakan efek domino dari kepemimpinan tingkat nasional yang kemudian berimbas pada level daerah.
“Bagi saya ini soal momentumnya saja, ada arena kontestasi yang kemudian memberikan ruang bagi eksistensi anak muda yang harus bisa diperankan dengan maksimal,” katanya.
Dari konfigurasi parpol di DPRD Provinsi NTT dan peta politik yang berkembang, ia mengestimasi calon yang akan bertarung di pilgub hanya tiga pasang. Ketiga pasang ini menurut analisanya akan datang dari gerbong PDIP, gerbong Nasdem dan gerbong Golkar.
“Partai-partai lainnya akan merujuk (koalisi) pada ketiga gerbong ini,” sebutnya. (cr6/ays)