Menhub Budi Karya Sumadi Siapkan Bantuan Pendidikan untuk Korban Senioritas STIP

  • Bagikan
BERSAMA.Menhub Budi Karya Sumadi saat melayat di rumah duka mahasiswa STIP Marunda Putu Satria Ananta Rustika di Klungkung, Bali, Kamis (9/5). (Ni Putu Putri Muliantari/Antara)

JAKARTA, TIMEX.FAJAR.CO.ID–Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyiapkan bantuan pendidikan untuk Kadek Ananta Pradnyaswari. Dia adalah adik kandung dari korban senioritas di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rustika.

”Kami tadi sudah berembuk dengan orang tua dan Pak Pj Bupati Klungkung bahwa bisa dipastikan ananda akan mendapatkan beasiswa dari Kementerian Perhubungan, sehingga dia bisa selesai dari kegiatan sekolah di tingkat vokasi, bisa di Jakarta bisa di Bali,” kata Budi Karya Sumadi seperti dilansir dari Antara di Klungkung, Bali.

Dalam kunjungannya ke rumah duka di Desa Gunaksa, Menhub Budi Karya berbincang dengan keluarga Putu Satria. Keluarga menyampaikan harapan agar adik dari korban mendapat perhatian.

Menhub menjelaskan, sudah tanggung jawab negara memberi perhatian ke keluarga korban. Apalagi korban merupakan anak pertama yang masih memiliki dua adik yang menganggapnya sebagai figur panutan.

”Akan kami kirimkan surat kepada keluarga korban diketahui Pj Bupati Klungkung, dan ini merupakan suatu kewajiban saya atas nama menteri, tentu ini adalah tanggung jawab negara,” ujar Budi Karya Sumadi.

Ibunda Putu Satria Ananta Rustika, Nengah Rusmini menuturkan, putrinya Kadek Ananta Pradnyaswari yang saat ini duduk di bangku kelas 2 SMA sejak kecil mengikuti jejak kakaknya.

Baca Juga: Menhub Janji Benahi STIP Pasca Terbunuhnya Taruna oleh Mahasiswa Senior, Siapkan Langkah Jangka Pendek hingga Panjang

”Iya memang dia (Putu Satria) selalu figur panutan adik-adiknya, terus memantau adiknya, sering bilang, dik ikut kakak ya seperti kakak pokoknya, kalau mau harus belajar ikut paskibra saja dulu biar mental sama fisiknya bisa,” tutur sang ibu.

Saat ini, keluarga korban belum menentukan ke arah mana Pradnyaswari akan melanjutkan sekolah kedinasan. Sebab, mereka masih fokus pada pengungkapan kasus yang terjadi pada Putu Satria.

”Rencananya kami minta di Bali saja, mudah-mudahan apa yang disampaikan tadi memang akan terwujud sesuai harapan keluarga kami, dan untuk kasus Rio (panggilan Putu Satria) saya mohon dukungan sehingga keluarga kami mendapat keadilan seadil-adilnya biar kematian anak saya tidak sia-sia,” ujar Nengah Rusmini.

Nengah Rusmini mengaku, keluarganya belum pernah dihubungi keluarga pelaku. ”Belum, sampai sekarang saya wajahnya saja belum tahu, keluarganya, ibunya, ayahnya, atau mungkin keluarga besarnya, sama sekali tidak ada permintaan maaf ke keluarga kami,” kata Nengah Rusmini.

Hampir sepekan kejadian tersebut, lanjut dia, tak satu pun keluarga dari pelaku berusaha menghubungi keluarga korban di Bali. Jumat (10/5), akan berlangsung upacara pengabenan jenazah Putu Satria di Desa Gunaksa.

Sangat kecewa, keluarga pelaku tidak ada itikad baik sama sekali,” ujar Rusmini. Putu Satria atau Rio, 19, meninggal dunia akibat kekerasan yang dilakukan seniornya di STIP Marunda pada Jumat (3/5).

Mahasiswa sekolah kedinasan Kementerian Perhubungan itu meninggal dunia akibat kekerasan seniornya. Polres Metro Jakarta Utara telah menetapkan empat orang tersangka atas kasus itu.(jpc/thi)

  • Bagikan

Exit mobile version