KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Provinsi NTT terus bermanuver dalam proses menuju pemilihan gubernur. Hal itu terbukti dengan digelarnya rapat koordinasi nasional (rakornas) PAN di Jakarta dan dihadiri langsung oleh para bakal calon kepala daerah se-Indonesia.
Para bacagub yang mendaftar di DPW PAN NTT pun turut hadir dalam rakornas tersebut diantaranya Melki Laka Lena, Emelia Nomleni, Frans Aba dan bacawagub Jane Suryanto. Sementara bacagub lainnya yang tidak hadir adalah Johny Asadoma dan pasangan Orias Petrus Moedak dan Sebastian Salang.
Ketua DPW PAN NTT, Ahmad Yohan kepada Timor Express, Senin (13/5) mengatakan, dalam rakornas tersebut membahas strategi pemenangan pilkada dan silaturahmi bersama bakal calon kepala daerah dari seluruh Indonesia.
"Lebih dari seribu bakal calon yang hadir untuk mendengarkan arahan ketua umum PAN," jelas Ahmad.
Terkait rekomendasi untuk calon kepala daerah, Ahmad menyebut masih dikomunikasikan di DPP. Sehingga, DPW pun masih menunggu surat rekomendasi tersebut.
Sementara itu, kehadiran bakal calon kepala dan bakal calon wakil kepala daerah dari NTT itu menandakan niat serius dari bacalon untuk berkontestasi.
Terpisah, pengamat politik dari Unmuh Kupang, Ahmad Atang menilai, dari tiga figur bacagub yakni Emelia Nomleni, Melki Laka Lena dari latar belakang politisi, sedangkan Frans Aba merupakan figur non partisan.
Sebagai ketua partai, Melki Laka Lena dan Emelia Nomleni memiliki modal politik, sehingga jalan untuk membangun koalisi lebih mendekati kenyataan. Hal ini berbeda dengan Frans Aba, jika mendapatkan tiket dari PAN, maka pekerjaan lebih lanjut adalah mencapai mitra koalisi.
"Karena itu, secara matematis, PAN lebih berpeluang berkoalisi dengan partai yang memiliki kursi besar. Terlepas dari itu, PAN mesti memiliki mekanisme internal untuk menyeleksi figur. Ketika memutuskan salah satu dari sekian banyak yang mendaftar tentu ada pola yang menjadi acuan, termasuk menggunakan survei sebagai cara yang lebih moderat," jelas Ahmad.
Namun lanjutnya, melihat relasi politik, PAN lebih nyaman dengan Golkar karena sama-sama pengusung Prabowo-Gibran, dibandingkan dengan PDIP. Namun, jika tuntutan dalam membangun konfigurasi berbasis lokal, maka PDIP merupakan mitra koalisi yang punya prospektif dengan PAN. Karena itu, dengan PDIP, PAN tidak hanya mendorong partai tapi juga figur.
Sementara itu, pengamat politik dari Unwira Kupang, Urbanus Ola Hurek menyampaikan, langkah yang diambil para bacagub NTT untuk menghadiri rakornas PAN sebagai langkah strategis untuk meraih dukungan PAN.
Perhitungan politik lainnya adalah untuk memperkuat koalisi, jika para kandidat tersebut telah dicalonkan partai tertentu, maka ini untuk memperkuat koalisi dan memperluas dukungan pemilih.
"Kehadiran bakal calon gubernur ini juga menunjukkan diri sebagai sikap keadaban dalam politik. Ketika parpol membuka pintu pendaftaran dan sudah mendaftarkan diri di PAN, maka secara etis politis wajib menghadiri rakornas sebagai indikasi politisi yang punya keadaban berpolitik," katanya.
Menurutnya, kemungkinan besar dalam rakornas itu diagendakan pula mendengarkan visi misi para kandidat kepala daerah yang mendaftar di PAN. Dalam konteks seperti ini politisi yang telah mendaftarkan diri kemudian memperkenalkan diri, menyampaikan visi misinya agar menjadi pertimbangan struktur partai dalam menentukan dukungan partainya.
"Sebagai politisi dan kandidat yang menjunjung keadaban dalam berpolitik, maka sepantasnya mengikuti semua proses tahapan politik. Mulai dari mendaftarkan diri, memperkenalkan diri dalam agenda-agenda partai sampai pada tahapan akhir penetapan kandidat yang akan diusung PAN dalam kontestasi pilkada. Jadi bukan sekadar daftarkan diri saja," tandasnya. (cr1/ays)