PDIP dan Golkar Tetap Jadi Rival

  • Bagikan
Mikael Bataona

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Kontestasi pemilihan gubernur (pilgub) NTT terus menarik minat para kandidat bakal calon gubernur (bacagub) dan bakal calon wakil gubernur (bacawagub).

Sejauh ini, partai masih membuka pendaftaran untuk menjaring bacagub dan bacawagub. Sebab, pendaftaran untuk menjadi calon gubernur dan wakil  di Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru akan berlangsung pada 27-29 Agustus 2024 mendatang.

"Penetapan pasangan calon tetap akan dilakukan oleh KPU pada 22 September nanti," ujar Ketua Divisi Perencanaan Data dan Informasi KPU Provinsi NTT, Lodowyk Fredrik kepada Timor Express, Selasa (21/5).

Sementara itu, di setiap partai politik hingga saat ini belasan kandidat telah mendaftar sebagai bacagub dan ada beberapa yang melirik posisi cawagub.

Ketua Bappilu PDIP Provinsi NTT, Cendana Abubakar kepada Timor Express, Selasa (21/5) menyebut, sejauh ini pendaftaran bacagub dan bacawagub di PDIP sudah ada sembilan orang. Diantaranya bacagub Emelia Nomleni (PDIP), Yohanis Fransiskus Lema (PDIP), Kornelis Kodi Mete (PDIP), Fransiskus Xaverius Lara Aba (non partai), Orias Petrus Moedak (non partai) dan Refafi Gah (Hanura). Sementara untuk bacawagub Jane Natalia Suryanto (PSI), Roy Oktovianus Bulan (non partai) dan Sebastian Salang (non partai).

Cendana menuturkan, soal pilgub merupakan domain mutlak dari DPP. Sementara untuk DPD hanya sebatas memberi masukan saja.

"Gubernur itu memang betul-betul DPP. Kita hanya memberi masukan," tegasnya.

Meskipun PDIP mengutamakan kader internal, namun jelas PDIP membutuhkan koalisi untuk bisa memenuhi batas minimal mengusung calon gubernur dan wakil gubernur, yakni minimal 13 kursi. Hal ini bukan saja berlaku di PDIP, melainkan pada semua partai yang ada. Sehingga, dipastikan partai akan saling membangun koalisi.

"Kalau soal koalisi, ya teman-teman yang mendaftar secara personal juga membangun komunikasi politik dan DPP akan melihat itu. Jadi komunikasi personal pendaftar juga dibantu DPP," terangnya.

Disamping itu, PDIP akan tetap melakukan pemetaan dan survei untuk melihat elektabilitas dan peluang dari pada calon.

Sementara itu, Ketua Bappilu DPD I Partai Golkar NTT, Frans Sarong menegaskan, Golkar tidak membuka pendaftaran untuk gubernur. Sebab, sudah ada kader internal yang didorong bahkan oleh ketua umum langsung yakni Melki Laka Lena.

"Untuk Golkar tak ada pengumuman cagub karena cagubnya tunggal, yaitu pak Emanuel Melkiades Laka Lena," kata Frans.

Meskipun begitu, Golkar harus berkoalisi dengan partai lain. Karena itu, Melki Laka Lena pun telah mendaftar di sejumlah partai seperti di PAN, PKB dan Demokrat.

"Akan menyusul pendaftaran di beberapa partai lain," ujarnya.

Untuk bacawagub, Frans menyebut masih harus didiskusikan dengan partai lain. Dia menegaskan, koalisi yang dibangun tidak saja mengutamakan koalisi waktu pilpres, yaitu Koalisi Indonesia Maju (KIM).

"Tidak harus, contohnya PKB itu diluar KIM," bebernya.

"Sekarang kita mendaftar di PAN, Demokrat dan PKB, kita belum tahu rekomendasinya ke bacagub mana. Jadi yang dimaksud kelompok koalisi adalah partai yang ujungnya memastikan dukungan ke pak Melki," tambah Frans.

Sementara itu, Sekretaris Bappilu PKB NTT, Kaharudin menyebut, sejauh ini sudah ada delapan kandidat pendaftar bacagub. Yakni Yohanis Fransiskus Lema (PDIP), Emelia Nomleni (PDIP), Melki Laka Lena (Golkar), Refafi Gah (Hanura), Fransiskus Go (non partai), Fransiskus Lara Aba (non partai), Johni Asadoma (Gerindra) dan Orias Petrus Moedak (non partai). Sementara untuk bacawagub Jane Natalia Suryanto (PSI).

Ia menyebutkan, saat ini sedang dalam tahap pengusulan ke DPP untuk diuji kelayakan dan kepatutan (UKK) para kandidat.

"Setelah UKK selesai DPP akan mengeluarkan SK penugasan ke bakal calon untuk melakukan komunikasi politik untuk mencapai koalisi dukungan," kata Kaharudin.

Selanjunya, akan diteruskan dengan SK definitif untuk didaftarkan ke KPU.

Berbeda dengan itu, DPW PSI NTT pun masih sementara berproses untuk pendaftaran bacagub dan bacwagub.

"Untuk sementara masih proses pendaftaran, belum diusulkan ke DPP. Untuk pendaftaran sekalian proses seleksi sampai 31 Juli 2024," ujar Ketua Bappilu DPW PSI NTT, Kanisius To.

Sejauh ini ada nama-nama yang telah mendaftar di PSI. Yakni untuk bacagub Johni Asadoma, Fransiskus Lara Aba, Fransiskus Go, Roy Oktovianus Bulan dan Orias Petrus Moedak. Sementara untuk bacawagub ada kader PSI yaitu Jane Natalia Suryanto serta Sebastian Salang.

Disamping itu, ada kandidat yang telah mendaftar di partai lainnya yakni di Gerindra untuk bacagub Johni Asadoma, Fransiskus Lara Aba, Fransiskus Go, Roy Oktavianus Bulan, Simon Petrus Kamlasi, Andreas Garu dan Orias Petrus Moedak. Untuk bacawagub Sebastian Salang, Jamin Habid dan Jane Natalia Suryanto.

Untuk PAN ada bacagub Emelia Nomleni, Yohanis Fransiskus Lema, Melki Laka Lena, Fransiskus Lara Aba, Johni Asadoma, Refafi Gah dan Orias Petrus Moedak. Untuk bacawagub Sebastian Salang dan Jane Natalia Suryanto.

Sementara di Nasdem, bacagub Julie Sutrisno Laiskodat, Simon Petrus Kamlasi, Fransiskus Lara Aba, Roy Oktavianus Bulan, Refafi Gah dan Andreas Garu. Untuk bacawagub Maher Syalal Hasbaz Ora.

Demokrat ada dua yang mendaftar bacagub, yakni Melki Laka Lena dan Orias Petrus Moedak. Sementara untuk bacawagub Sebastian Salang.

Melihat komposisi para kandidat di tiap parpol, pengamat politik dari Unwira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona mengatakan, peluang koalisi antarpartai politik untuk pilgub NTT masih sangat cair dan terbuka. Demikian juga jumlah pasangan calon yang akan maju dalam pilgub NTT, belum bisa dipastikan.

"Hanya Partai Golkar saja yang sudah bisa dipastikan akan mengusung Melki Laka Lena. Di mana, Golkar berpeluang besar akan berkoalisi dengan PAN," kata Mikhael.

Dalam hal ini jika Melki bisa melobi PDIP untuk berpasangan dengan salah satu figur dengan basis elektoral serta ketokohan mumpuni dari pulau Timor dari PDIP yaitu Emelia Nomleni, maka posisi PDIP akan jelas.

Tetapi, jika itu sulit, maka PDIP dan Golkar akan tetap menjadi rival seperti pilgub lima tahun silam. Artinya, Melki akhirnya akan mengambil calon wakil dari partai lainnya setelah koalisi Golkar untuk pilgub NTT difinalisasi di Jakarta.

Sehingga, lanjutnya, PDIP tentu akan mengajukan calonnya sendiri. Karena, menurut dosen Komunikasi Politik itu, bandul politik arah koalisi partai menuju pilgub NTT sangat bergantung di Jakarta. Yaitu bergantung pada kepentingan para elit politik di Jakarta.

Dengan melihat bahwa PDIP saat ini cenderung untuk berhadapan dengan partai koalisi Prabowo sebagaimana rivalitas mereka dalam pilpres kemarin, juga hubungan Surya Paloh dan Mega yang belum membaik, maka menyaksikan Golkar dan PDIP bersatu di NTT atau Nasdem dan PDIP bersatu di NTT itu agak sulit.

"Meskipun itu peluangnya selalu ada karena politik itu soal kompromi kepentingan. Tetapi menurut saya, untuk saat ini sangat berat untuk terwujud. Untuk itu, yang bisa  secara rasional dihitung adalah, format koalisi pilgub itu untuk sementara akan berdasarkan jumlah sebaran kursi partai-partai ini di DPRD Provinsi NTT," terangnya.

Mikhael menilai, jika dikalkulasikan di atas kertas, maka peluang terbentuknya empat pasangan calon gubernur NTT sangat mungkin terjadi. Situasinya bisa berubah, di mana bisa saja dipaksakan hanya ada dua pasangan calon juga sangat tergantung kompromi kepentingan ekonomi politik para elit di Jakarta.

"Jika tidak ada kompromi atau selama kompromi itu gagal, maka empat pasangan calon atau paling kurang tiga pasangan calon adalah formasi yang paling mungkin untuk pilgub NTT November 2024," katanya.

Sebab, dia melihat bahwa hampir semua partai besar dengan jumlah kursi besar yang memiliki tokoh-tokoh dengan popularitas cukup baik, cenderung untuk mengajukan calonnya sendiri-sendiri. PDIP misalnya akan berusaha mengajukan Emelia Nomleni atau Ansy Lema. Demikian juga dengan Nasdem. Ada peluang Julie Sutrisno Laiskodat atau Petrus Kamlasi yang didorong sebagai calon gubernur. Sedangkan Gerindra bisa saja mengajukan Fary Francis atau Johni Asadoma.

"Nah, dengan adanya Golkar yang sudah resmi mengajukan Melki Laka Lena, maka Gerindra bisa saja berubah dan masuk ke koalisi Golkar atau tetap akan mencari teman koalisi untuk bisa mengajukan calonnya sendiri," ungkapnya.

Untuk Gerindra, dia menyebut akan sangat ditentukan oleh apakah direstui Prabowo atau tidak. Sebagai presiden terpilih, Prabowo bisa saja secara pragmatis mengamankan kemenangan pilgub di NTT dengan mengajukan calon yang paling berpeluang menang dari koalisi mereka.

Dalam hal ini, Melki bisa menjadi opsi untuk mengamankan kepentingan Gerindra, Golkar dan PAN di NTT.

"Menurut saya, dengan dorongan dari Ketum PAN Zulkilfi Hasan kepada Melki, maka komunikasi Zulkilfi Hasan dengan Prabowo dan Airlangga Hartarto akan sangat menentukan. Meskipun harus diakui bahwa standing position Gerindra adalah menang bersama kadernya sendiri yang maju menjadi calon gubernur. Tapi dalam poltik semuanya bisa terjadi," terangnya.

Sedangkan, partai-partai lainnya seperti PKB, menurutnya akan lebih rasional. PKB bisa saja berkoalisi dengan Golkar atau dengan PDIP di pilgub NTT. Mereka mungkin menjagokan calon yang memastikan kekuasaan lima tahun ini bersama mereka.

Sedangkan PSI, kemungkinan besar akan bersama Gerindra karena kedekatan Kaesang dan Prabowo.

"Nah, jika dikompromikan di level Jakarta, maka poros PSI dan Gerindra bisa saja bersama Golkar dan PAN dalam pilgub kali ini. Hal berbeda terjadi dengan Hanura. Partai ini saya kira akan berkoalisi bersama Nasdem. Sedangkan PPP bisa saja bersama PDIP. Formasi ini masih sangat cair hingga ada partai yang menyusul Golkar menetapkan calon gubernurnya dalam satu bulan ke depan," tandasnya. (cr1/ays)

  • Bagikan