ENDE, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri telah tiba di Kota Ende, Kabupaten Ende, Provinsi NTT, Jumat (31/5). Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu tiba di Bandara Haji Hasan Aroebusman Ende sekitar pukul 13.48 Wita bersama Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto dan Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, Herman Herry bersama rombongan.
Megawati Soekarnoputri diterima dengan pengalungan kain tenun oleh Penjabat Bupati Ende, Dr. Agustinus Ngasu. Hadir saat menyambut kedatangan Megawati di bandara Ende, Ketua DPD PDI Perjuangan NTT, Emelia J. Nomleni, Anggota DPR RI, Andreas Hugo Parera, Ketua DPC DIP Ende, Feri Taso dan sejumlah politisi PDIP, ASN serta masyarakat umum.
Setibanya di Bandara Megawati Soekarno Putri dan rombongan langsung menuju ke penginapan di Wisma Negara Jalan El Tari, Kota Ende.
Megawati Soekarno Putri datang ke Ende dalam kapasitas sebagai Dewan Pengarah BPIP untuk mengikuti upacara peringatan Hari Lahir (Harlah) Pancasila 1 Juni 2024 yang akan berlangsung di Lapangan Pancasila, Kota Ende.
Selain Megawati Soekarnoputri, juga hadir Ganjar Pranowo dan Mahfud MD yang sebelumnya sudah berada di Kota Ende sejak pukul 12.45 Wita.
Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, Andreas Hugo Parera (AHP) mengatakan kedatangan Megawati Soekarno Putri ke Kota Ende dalam rangka memperingati Harlah Pancasila, dimana sudah direncanakan sejak tiga bulan lalu.
Politikus yang biasa disapa AHP ini menjelaskan, negara telah memperingati Hari Lahir Pancasila di Kota Ende untuk yang ketujuh kalinya. Tahun ini, Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri hadir dan mengikuti upacara tersebut.
Peringatan Harlah Pancasila di Kota Ende, lanjut AHP, merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Ende, Flores, dan NTT secara umum. Pasalnya, Kabupaten Ende merupakan kota bersejarah dan bagian penting napak tilas perjalanan Bung Karno sebagai pejuang sekaligus proklamator kemerdekaan Indonesia.
"Di sini lahir inspirasi butir-butir Pancasila yang dikenal di Indonesia bahkan di dunia. Bung Karno dibuang dan diasingkan di Ende pada tahun 1934 hingga 1938 oleh Pemerintah Hindia Belanda," beber AHP.
AHP juga menyebutkan, Bung Karno memikirkan dan merenung bagaimana mempersatukan Indonesia dengan inspirasi dari Pancasila.
Bagian napak tilas dari Bung Karno, demikian AHP, terlihat dengan adanya rumah pembuangan Bung Karno, pohon sukun tempat permenungan, semedi yang melahirkan inspirasi Pancasila, tempat memainkan tonil atau sandiwara. "Ini semua adalah bagian dari perjalanan sejarah Bung Karno dan juga sejarah Indonesia," kata AHP.
AHP berharap dengan momentum kedatangan Megawati lebih meningkatkan lagi kualitas kesejarahan dari kota Ende sebagai tempat napak tilas Bung Karno. (Kr4)