PAN Paling Berani Manuver Pilgub NTT

  • Bagikan
Mikhael Rajamuda Bataona. (FOTO: Dok. TIMEX)

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Pemilihan gubernur (pilgub) NTT selalu dinilai berada di bawah kendali Dewan Pimpinan Pusat (DPP) di Jakarta. Hal itu terlihat dari tiap kandidat yang mendaftar di partai-partai lokal sebagai bakal calon gubernur yang kemudian semua prosesnya diarahkan ke pusat.

Melihat hal ini, terdapat satu partai yang dilihat cukup berani bermanuver dalam pilgub kali ini, yaitu Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) NTT. Di bawah kepemimpinan Ahmad Yohan, PAN menjadi partai yang berani dalam pilgub saat ini.

Ahmad sendiri mengatakan, dulu biasanya semua calon diarahkan langsung mendaftar ke Jakarta (pusat). Namun, pilgub kali ini Ahmad meminta agar prosesnya dimulai dari daerah, yakni DPD dan DPW.

"Kami yang paham NTT ini lebih tahu siapa figur yang paling pantas membangun NTT, karena kami punya masalah yang begitu banyak. Karena itu saya bersyukur DPP mengizinkan, sehingga proses dimulai dari DPW," ujar Ahmad ketika jumpa pers usai menerima pendaftaran dari bakal calon gubernur NTT, Emelia Nomleni, Jumat (26/4) lalu.

Membaca manuver yang dilakukan PAN, pengamat politik dari Unwira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona menyampaikan, manuver paling berani menuju pilgub NTT pada November mendatang adalah yang dilakukan oleh DPW PAN NTT. Menurut Mikhael, sejak dipimpin oleh Ahmad Yohan, PAN dinilai mempunyai semacam DNA baru, yaitu DNA progresif dan berani dalam urusan pilgub NTT.

Meskipun harus diakui bahwa baru di pilgub kali ini, wacana di ruang publik tentang pilgub NTT yang seharusnya menjadi isu paling penting bagi publik NTT, sempat tenggelam dan sepi. Semuanya tenggelam oleh hiruk-pikuk urusan calon bupati di hampir semua kabupaten/kota. Selain itu, suasana dan situasi di internal partai-partai besar dan partai kecil di level provinsi, yang kelihatan sangat tergantung dengan Jakarta dalam hal pengambilan keputusan soal pilgub.

"Nah, jika semua partai itu begitu Jakarta sentris. Yaitu semua keputusan soal pilgub harus mendengar Jakarta. Maka, saya membaca hal yang justru berbeda dan unik dilakukan PAN NTT. Sejak dipimpin anggota DPR RI, Ahmad Yohan, PAN NTT harus diakui langsung mengalami transformasi radikal soal kultur politiknya," terang Dosen Komunikasi Politik itu, Senin (3/6).

Dikatakan, PAN NTT tiba-tiba muncul sebagai partai yang berani berbeda. PAN bahkan sudah menyelesaikan masalah rekomendasi kepada calon gubernur dan calon wakil gubernur. Hal ini merupakan sebuah kejutan politik. Artinya, PAN NTT sudah mengalami transformasi dalam gaya dan model kepemimpinan lama menjadi ke arah baru.

Karena Ahmad Yohan memimpin partai dengan energi baru dan target untuk menang. Bahkan, lanjutnya, bisa dikatakan bahwa sikap PAN di bawah Ahmad Yohan adalah anomali. Karena, saat ini sikap partai-partai politik di level provinsi masih ambigu dan Jakarta sentris.

"Mereka belum otonom di mana putusan soal pilgub itu masih sangat tergantung dengan Jakarta. Jadi, saya membaca bahwa apa yang dilakukan PAN itu sekaligus sebuah edukasi politik yang baik bagi publik NTT. Sebab fungsi utama partai politik adalah fungsi sosialisasi politik dan fungsi komunikasi politik," ujarnya.

Apalagi, tentang pilgub NTT ini yang menjadi urusan sangat penting bagi publik NTT. Sehingga, dengan melihat latar historis partai, di mana biasanya PAN NTT itu sangat hati-hati dan kurang berani atau sangat lambat mengambil langkah politik soal pilgub, maka, kali ini menurut Mikhael, sudah tercipta tradisi politik baru, yaitu keberanian dan kecepatan dalam pengambilan keputusan.

"Saya membaca bahwa baru di periode ini, di bawah kepemimpinan Ahmad Yohan, PAN NTT telah menjadi partai yang sangat pro aktif dan bahkan agresif mengkonsolidasi kekuatan koalisi untuk pilgub. PAN rupanya belajar dari pengalaman sebelumnya," terangnya.

Menurutnya, kali ini PAN dan Partai Golkar sepertinya bermitra untuk membentuk koalisi besar untuk pilgub. Karena, target PAN dan Partai Golkar serta kemungkinan PKB, adalah untuk menang. Jadi, Mikhael menyebut, logis saja jika PAN dan Partai Golkar juga bisa saja PKB dan PSI serta Gerindra membentuk koalisi besar di NTT untuk pillgub.

Karena, hal yang sama persis telah mereka lakukan saat pilpres lalu, minus PKB. Artinya, dengan melihat diamnya PDIP, Gerindra dan Demokrat, PAN adalah contoh partai politik yang aktif dan progresif.

"Mereka sukses menjalankan fungsi komunikasi politik dan agregasi kepentingan publik sebagai salah satu fungsi partai politik. Karena itu, partai-partai lain, apalagi PDIP dan Gerindra, perlu melihat gebrakan Ahmad Yohan. Sebab, hal ini bisa mematikan kartu politik partai lain yang masih diam dan abu-abu dalam rangka gubernur NTT," tambahnya.

Dengan lebih cepat merekomendasikan calon gubernur, PAN NTT adalah contoh partai yang punya citra baru, yaitu citra sebagai partai besar yang filosofinya adalah tengah, moderat dan nasionalis. Dengan basis yang sangat kuat, yaitu dengan topangan anggota legislatif PAN di seluruh NTT. PAN punya modal yang sangat kuat untuk menjadi salah satu pemain kunci dan penentu kemenangan calon gubernur mana pun dalam pilgub NTT kali ini.

"Nah, modal sebagai partai dengan banyak anggota legislatif di daerah inilah yang saya baca coba dikapitalisasi oleh Ahmad Yohan. Pertama adalah untuk menunjukan bahwa PAN NTT adalah salah satu kekuatan penentu dalam pilgub 2024. Dan yang kedua adalah karena sejak lama, PAN NTT tidak menunjukkan diri sebagai partai besar. Maka kali ini, di periode kepemimpinan Ahmad Yohan, PAN coba mengkonstruksi pesan tegas dan eksplisit ke publik bahwa partai ini partai besar, punya kekuatan di level nasional untuk mengarahkan dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan strategis nasional," ujarnya.

Sehingga, di level daerah pun, termasuk NTT, PAN adalah partai dengan kapasitas besar yang tidak boleh dipandang remeh.

Itu menjadi alasan mengapa PAN menjadi lebih berani mengambil inisiatif. Bahkan, ketika PDIP masih diam dan Gerindra belum banyak manuver, PAN justru tampil aktif mengkonsolidasi kekuatan politik dalam rangka pilgub.

"Bacaan saya,  PAN rupanya punya semacam alat analisis akademik di internal partai ini yang digunakan Ahmad Yohan untuk membuat keputusan. Selain itu dia rupanya diberi semacam dispensasi dan kewenangan khusus oleh Ketum PAN Zulkifli Hasan sehingga ia bisa sangat cepat menginisiasi banyak hal dalam rangka konsolidasi oilgub ini," bebernya.

Ketika Ahmad Yohan pekan sebelumnya sudah bertemu dan memberi rekomendasi kepada calon gubernur Melki Lakalena. Bahkan juga memberi rekomendasi kepada Jane Natalia sebagai calon wakil gubernur, partai ini sedang mempraktikkan politik jemput bola yang cerdas. Hal inilah yang menurut Mikhael sangat terlambat dilakukan oleh Gerindra dan PDIP sebagai dua partai besar di NTT selain Partai Golkar. (cr1/ays)

  • Bagikan

Exit mobile version