Kesadaran Warga Terhadap Sampah Masih Minim

  • Bagikan
INTHO HERISON TIHU/TIMEX WORKSHOP. Asisten III Setda Kota Kupang, Yanuar Dali saat membuka kegiatan talkshow evaluasi tim bisnis pengelolaan limbah untuk membantu perkembangan, Kamis (30/5).

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Tingkat kesadaran warga Kota Kupang dalam menangani sampai masih sangat minim. Ini karena sampah dibuang di sembarang tempat sehingga berserakan ke mana-mana. Untuk menanggulanginya, Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang bekerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya Plan Internasional.

Dari kerja sama ini, Plan Internasional telah membentuk projek penanganan sampah berbasis bank sampah. Empat kelurahan yakni Maulafa, Oebufu, Nefonaek dan kelurahan Naioni menjadi pailit projek. Terdapat unit bank sampah yang dibentuk guna memungut sampah dan memilah lalu di timbang.

Dari empat kelurahan ini masih menunjukan minimnya nasabah yang mengikuti program tersebut. Hal ini terungkap pada Workshop bertajuk Evaluasi tim bisnis pengelolaan limbah untuk membantu perkembangan di Hotel Kristal, Kamis (30/5).

Kegiatan yang dihadiri Asisten III Setda Kota Kupang, Yanwar Dali tersebut melibatkan lembaga-lembaga pendidikan, kesehatan, bank sampah dan komunitas anak-anak disabilitas yang ada di NTT dan juga beberapa lembaga terkait lainnya.

“Tujuan digelarnya evaluasi tim bisnis pengelolaan limbah ini untuk membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana bahaya dan dampak sampah terhadap perubahan iklim dan bagaimana cara adaptasi, selain itu juga mengurangi limbah sampah namun menambah ekonomi masyarakat,” ujar Provincial Koordinator WFW NTT, Juliana Fransiska Talan.

Juliana mengatakan, persoalan penanganan limbah sampah menjadi perhatian serius sehingga Plan Internasional bermitra dengan lembaga terkait melakukan sosialisasi dan edukasi di beberapa titik di kelurahan.

“Kerja sama dengan pemerintah ini sudah berlangsung sejak tahun 2018 untuk memberikan informasi tentang dampak positif maupun negatif dari pengelolaan limbah sampah,” katanya.

Selain itu, berbagai pelatihan dan pendampingan telah dilakukan pihaknya agar meningkatkan pemahaman masyarakat terkait dampak perubahan iklim serta cara mitigasi dan adaptasi.

Selama pendampingan, masyarakat melukai menunjukan perubahan dan perkembangan. Setiap harinya produksi sampah di kota Kupang yang mencapai 400 ton menurun hingga 3,5 ton.

"Kita berpikir secara sederhana dan realistis yang bisa kita lakukan adalah mitigasi air dan sampah karena dari sepersekian persen kita dapat menjaga ketahanan iklim," ungkapnya.

Dari hasil evaluasi tersebut pihaknya akan turun ke kelurahan untuk melakukan sosialisasi bagaimana pentingnya penanganan sampah dan pengolahannya sehingga bisa menghasilkan.

“Sejauh ini di unit bank sampah mulai terjadi peningkatan nasabah. Namun masih sedikit. Kita terus berupaya mengedukasi masyarakat agar bisa memiliki kesadaran dari diri sendiri guna memilih sampahnya sendiri, sebutnya.

Asisten III Setda Kota Kupang, Yanwar Dali mengatakan penanganan sampah ini bentuk pengembangan dan memberikan kesadaran kepada masyarakat melalui pemilahan sampah.

Ia menyambut gembira kegiatan yang dilakukan Plan Internasional karena dengan pemilahan sampah baru dikatakan bank sampah.

“Pemilahan sampah sangat penting. Kita jangan omong-omong saja tetapi harus eksen. Sikap masa bodoh ini sudah dilakukan di atas kapal saat berlayar dari Sabu ke Kupang,” bebernya.

Kepada OPD dipesankan agar memberikan kesadaran pentingnya pemilahan sampah. Dengan workshop ini dapat memberikan pengetahuan dan praktek. Karena kota ini tidak ada kesadaran sangat sulit.

“Di Jalan Jalur 40, Bukit Cinta sebagai wilayah perbatasan saling melempar tanggung jawab dalam penanganan sampah karena tidak adanya kesadaran masyarakat dalam membuang dan memilah sampah,” cetusnya.

Dengan kesadaran saja, sudah menjadi bagian dari upaya mendukung program 3R. Penerapan di lapangan sampah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penanganan sampah secara keseluruhan.

“Kita harus menentukan sikap di hati bahwa kita peduli sampah di rumah maupun lingkungan dimana kita berada,” terangnya.

Koordinator Manajemen Bank Sampah Nefonaek Hana Natun dalam kesempatan tersebut mengaku sudah melakukan sosialisasi dan edukasi di sejumlah RT, termasuk lembaga pendidikan.

“Yang mau menerima kegiatan kami memegang sangat sedikit. 2 berbanding 10,” katanya.

Ia mengisahkan bahwa awalnya, unit bank sampah yang dikelolanya hanya memiliki enam anggota dan kini sudah berkembang menjadi 12 orang.

Peluang yang dimiliki yakni memiliki komitmen untuk terus berlanjut meski program plan ini dihentikan karena ini menjadi peluang pendapatan hidup.

Ia juga menyampaikan terima kasih karena mendapat dukungan luar biasa dari pemerintah kelurahan dan staf.

“Teman-teman disabilitas juga memberikan dukungan luar biasa sehingga menjadi motivasi tersendiri,” ungkapnya.

Selain itu tantangan yang dialami yakni keterbatasan armada pengangkutan sampah. Kesadaran masyarakat juga masih sangat rendah. Ia juga mengaku pengurus juga memiliki pekerjaan rumah yang harus ditangani yakni kurang aktifnya pengurus.

Ia menambahkan jenis sampah yang dipilah yakni sampah berbahan dasar plastik, kardus dan bahan yang mengandung bahan kimia atau berbahaya.

Ia menjelaskan pihaknya berupaya agar memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana pengumpulan, waktu pengangkutan di titik-titik penjemputan. (cr6/gat)

  • Bagikan