Nasdem-Gerindra Mainkan Taktik Wait and See

  • Bagikan
Mikhael Bataona

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Kontestasi pemilihan gubernur (pilgub) NTT kian menarik untuk disaksikan. Pasalnya, meskipun belum terdengar manuver dari beberapa partai, namun nyatanya hening bukan berarti diam. Hal itu yang dilakukan DPW Partai Nasdem NTT dan DPD Partai Gerindra NTT.

Keduanya bukan sekadar diam tanpa arah, melainkan dua partai ini sedang berhitung dengan cermat sembari menunggu siapa jagoan yang akan didorong oleh partai lain, terutama oleh PDI Perjuangan.

Hal itu terungkap dari koalisi yang dibangun keduanya. Nasdem dan Gerindra telah sepakat membangun koalisi dalam pilgub mendatang.

Ketua Bappilu DPW Partai Nasdem NTT, Alexander Ofong yang ditemui, Kamis (6/6) mengatakan, berdasarkan pleno pada 5 Juni lalu, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem memberikan rekomendasi kepada satu bakal calon gubernur dan wakil gubernur, yaitu Simon Petrus Kamlasi-Adrianus Garu.

"DPP telah mengeluarkan rekomendasi untuk bacagub dan bacawagub NTT atas nama Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu. Partai Nasdem hanya mengeluarkan rekomendasi untuk satu paket bakal calon," ungkap Alexander.

Ia mengatakan, soal koalisi pilgub merupakan fatsun DPP, sehingga komunikasi lebih intens dilakukan oleh DPP dan sejauh ini, Partai Nasdem telah berkoalisi dengan Partai Gerindra, sementara lainnya masih dalam proses komunikasi.

Bersamaan dengan dikeluarkannya rekomendasi paket bacagub dan bacawagub, dikeluarkan juga rekomendasi untuk paket bakal calon di lima kabupaten. Yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Nagekeo, Sumba Timur, Sumba Tengah dan Kabupaten Sumba Barat Daya.

Pengamat politik dari Unwira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona menilai, pergerakan politik Partai Nasdem terkesan diam, tetapi sesungguhnya sangat aktif bergerak di lapangan. Elit partai ini tetap aktif mendorong calon-calon mereka untuk terus bergerak dalam senyap.

Hal ini terbaca dari manuver partai yang menjadi jawara pilgub NTT 2018 ini dua bulan terakhir. Di mana, yang paling eksplisit secara politik adalah lewat safari politik calon gubernur mereka, Simon Petrus Kamlasi (SPK). Meskipun figur ini masih aktif sebagai TNI, SPK terus berkeliling untuk melakukan sosialisasi diri.

"Menurut saya, itu atas restu dari elit Partai Nasdem di Jakarta. Jadi, di atas kertas, figur ini sepertinya sudah mendekati kebenaran untuk didorong Partai Nasdem di pilgub 2024 ini. Artinya, selama tidak ada perubahan di level elit di Jakarta, maka kemungkinan besar, Petrus Kamlasi adalah cagub dari Partai Nasdem bersama koalisinya," ungkap Mikhael kepada Timor Express, Rabu (5/6).

Menurutnya, pola partai yang akan berkoalisi dengan Partai Nasdem pun salah satunya bisa saja Partai Hanura. Berbeda dengan Partai Nasdem, sebaliknya Partai Gerindra terlihat adem dan diam. Mikhael menyebut, hal itu akibat pergerakan Partai Gerindra yang selalu berdasarkan komando dari Ketua Umum, Prabowo Subianto.

"Jadi siapa yang ditetapkan Prabowo, itulah yang disosialisasikan para kader. Nah, hingga saat ini belum ada yang didorong Prabowo. Jadi Prabowo akan sangat menentukan siapa calon yang diusung di pilgub ini. Sebagai simulasi sementara, bacaan saya, Prabowo bisa saja mendorong Fary Francis atau Johni Asadoma sebagai calon gubernur untuk mendapatkan teman koalisi," tutur Mikhael.

Dikatakan, Fary dan Johni dinilai mempunyai peluang yang sama. Jadi, bisa saja dua figur ini yang didorong atau sebaliknya, Prabowo akan lebih pragmatis bermain di pilgub NTT kali ini dengan memutuskan untuk berkoalisi dengan partai barisan Koalisi Indonesia Maju (KIM) di pilpres kemarin.

Di mana, Prabowo akan mendorong Melki Lakalena sebagai calon gubernur. Karena utang budi Prabowo dan pemahaman Prabowo akan kehandalan Melki yang sukses mengomandani pasukan KIM di NTT dan Prabowo menang sekitar 60 persen.

"Artinya, jika Melki, maka Prabowo dan Gerindra akan mengirim salah satu kader Gerindra sebagai calon wakil gubernur," kata Dosen Komunikasi Politik ini.

Dua partai pemenang ini, Partai Nasdem sebagai pemenang pilgub NTT 2018 dan Partai Gerindra pemenang pilpres 2024, kelihatan masih berhitung cermat soal pilgub NTT, karena tidak mau kalah. Lanjutnya, Partai Nasdem dan Partai Gerindra masih akan menunggu siapa calon gubernur dari PDI Perjuangan.

"Karena rivalitas paling ideologis di NTT itu antara PDI Perjuangan dan dua partai ini. Sejak pecah kongsi Frans dan Esthon di pilgub 2013, luka lama itu belum sembuh antara PDIP dan Gerindra. Sebaliknya untuk Nasdem, PDIP adalah kompetitor paling kuat di akar rumput. Sebab bagaimana pun juga, PDIP adalah salah satu partai dengan kekuatan massa ideologis yang paling solid di akar rumput di seluruh NTT selain Golkar," jelasnya.

Sehingga, melawan Partai Golkar yang akan maju dengan Melki Laka Lena sebagai cagub dan PDIP yang kelihatan akan mendorong kader sendiri, membuat Partai Nasdem masih berhitung cermat. Jika PDIP menyodorkan Ansy Lema dan bukan Emelia Nomleni, formasi calon di Partai Nasdem dan Partai Gerindra bisa berubah. Artinya, siapa yang diputuskan Megawati menjadi calon gubernur dari PDIP akan mengubah peta konstelasi pencalonan di internal Partai Nasdem dan Partai Gerindra.

"Bisa saja Nasdem menyiapkan Julie Sutrisno Laiskodat sebagai alternatif setelah mengetahui siapa calon gubernur yang didorong PDIP dan koalisinya. Sehingga Nasdem dan Gerindra sebenarnya sedang memainkan taktik politik wait and see. Sebab bagi mereka "Belanda masih jauh" sebab baru Golkar yang menentukan siapa calon gubernur mereka," tambahnya.

Sementara terkait peluang dua partai ini untuk berkoalisi, semuanya masih bisa terjadi karena komunikasi politik Surya Palloh dan Prabowo sudah kembali cair dan harmonis. Masalahnya adalah Partai Nasdem dan Partai Gerindra NTT mempunyai target untuk menang. Sehingga yang paling mungkin adalah mereka akan tetap berhadapan di mana Partai Nasdem dan koalisinya mengajukan calon sendiri dan Partai Gerindra pun sama.

Selain itu, menurut Mikhael, untuk Partai Gerindra, variabel Esthon Foenay masih akan sangat kuat bermain. Di mana, Esthon mempunyai kedekatan spesial dengan Prabowo. Dalam hal ini, siapa calon gubernur yang paling direkomendasikan Esthon, apalagi setelah berkompromi dengan Fary Francis, itulah yang akan ditetapkan Prabowo.

"Jadi bisa saja Fary Francis sendiri atau Johni Asadoma. Semuanya sangat tergantung komunikasi politik yang dibangun serta kompromi antara Bung Esthon dan Prabowo," katanya.

Untuk Partai Nasdem, hal yang berbeda akan terjadi. Di mana, siapa calon gubernur yang paling direkomendasikan Julie Laiskodat, itulah yang akan ditetapkan Surya Palloh. Artinya, Partai Nasdem NTT akan sangat bergantung pada hasil analisis rasional yang dibuat oleh Juli Sutrisno Laiskodat sebagai koordinator Partai Nasdem wilayah Nusra.

Analisis tersebut akan dilakukan setelah mereka mengetahui siapa calon gubernur dari PDIP dan koalisi. Meskipun demikian, untuk saat ini, figur yang sedang dipersiapkan Partai Nasdem dan terus didorong untuk melakukan sosialisasi diri keliling NTT adalah Simon Petrus Kamlasi. (cr1/ays)

  • Bagikan