KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang menggelar Festival Philosophia Sapere Aude (PSA) III Tahun 2024. Kegiatan yang mengusung tema "Mahasiswa dan Teknologi di Era Post Truth" ini digelar di aula St. Maria Immaculata pada Jumat-Sabtu (7-8/6).
Malam puncak kegiatan digelar, Sabtu malam (8/6) kemarin merupakan ajang pemberian penghargaan kepada para juara dari semua mata lomba yang telah diselenggarakan dalam festival tersebut sejak satu bulan yang lalu.
Terdapat dua jenis lomba yang telah digelar. Yakni lomba akademik diantaranya lomba esai, artikel ilmiah dan cipta puisi. Sementara lomba non akademik seperti cipta tari kreasi dan video kreatif. Para pemenang lomba telah melalui penilaian yang sangat ketat dari para dewan juri.
Mewakili Dekan Fakultas Filsasfat RD. Dr. Leonardus Mali mengatakan, tema yang sudah menginspirasi seluruh rangkaian festival ini menampilkan istlilah "Sapere Aude" yang berarti merdeka melalui keberanian berpikir.
RD. Leo menjelaskan, istilah ini muncul pertama kali sekitar tahun 20 sebelum masehi dalam konteks kosmosentrisme bahwa filsafat berusaha keluar dari tahap mitologi yang seringkali terjerat dalam sikap tahyul, sikap pasif terhadap kenyataan alam semesta dan melihat bahwa semua yang ada dalam kehidupan ini terjadi berkat satu kejadian atau sebuah hal yang ada di luar jangkauan manusia.
"Filsafat awal terutama dalam konteks filsafat barat muncul sebagai upaya keluar dari kungkungan mitologi ini, sehingga Sapere Aude ungkapkan yang dimaksudkan keberanian untuk berpikir atau berpikir atas nama diri sendiri itu dipahami sebagai upaya untuk keluar dari tahap mitologi ini," terangnya.
Dalam tahap kemudian, ungkapan ini menjadi lebih terkenal pada masa pencerahan abad 18, yang memaksudkan agar filsafat adalah upaya untuk keluar dari kungkungan, termasuk kungkungan agama karena dominasi gereja pada waktu itu sangat kuat yang membuat orang tidak bebas berpikir.
"Sehingga, tidak ada kemerdekaan berpikir. Maka, setiap orang harus berani berpikir menurut keyakinan sendiri, merdeka," tegasnya.
Tetapi, lanjutnya, kemudian terjadi juga pergeseran yang mencapai puncaknya pada sekarang ini di era post truth, maka tema ini penting untuk dimaknai kembali.
"Di era post truth kita ditantang untuk berpikir menemukan kembali kemerdekaan dengan keberanian untuk berpikir secara lurus dan teratur dengan menyandarkan diri pada fakta-fakta," ungkap RD. Leo.
Jadi, katanya, di era ini terutama dalam penggunaan Artificial Intelligence (AI) orang tidak lagi merujuk pada fakta, seringkali bergerak dari opini ke opini.
Maka, RD. Leo mengajak agar para mahasiswa harus berani untuk berpikir mendalam, berpikir sebagai subjek yang berpikir. Sebab, peradaban manusia sangat ditentukan terutama oleh kekuatan manusia untuk berpikir menurut kaidah-kaidah pemikiran yang benar.
"Inilah urgensi dari festival Sapere Aude ini, beranilah untuk berpikir sebagai orang-orang merdeka, juga merdeka dari AI di era Post Truth ini," tandasnya. (cr1/gat)