KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Perubahan iklim atau climate change dinilai sebagai sesuatu yang pasti atau niscaya dan dialami secara global, Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang terus berupaya untuk meningkatkan ketahanan sosial dan ekologi iklim masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan melakukan riset atau penelitian di wilayah perbatasan RI-RDTL bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Sebijak Institut Fakultas Kehutanan UGM, CIFOR, Australian Nasional University, Universitas Mataram, Universitas Pattimura Ambon dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Setelah dilakukan riset, tim penelitian melakukan diseminasi hasil penelitian dan dialog kebijakan upaya mendorong ketahanan sosial-ekologi iklim dan penghidupan masyarakat berbasis bentang alam di pulau-pulau kecil di Indonesia Timur di Hotel Sahid T-More Kupang, Jumat (7/6).
Diseminasi ini dibuka oleh Rektor UKAW Kupang, Prof. Dr. Ir. Godlief Fredrik Neonufa, MT. Dilanjutkan dengan pengenalan penelitian KONEKSI oleh Dwiko Budi Permadi dan pemaparan hasil penelitian tim UKAW oleh Lintje Pellu.
Acara dilanjutkan dengan talkshow dengan pemateri Yohanes Paut Kabid Infrastruktur dan Kewilayahan BAPPERINDA NTT tentang Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon dan Berketahanan Iklim dalam Perspektif Pengelolaan Lahan Berkelanjutan. Dan Kebijakan FOLU Net Sink 2030 oleh Kadis DLHK NTT.
Kadis PMD NTT, Viktor Manek membawakan materi tentang Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Kasi Pengamatan dan Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman UPTD Proteksi TPMP Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Asma Kurniawati Karim tentang Strategi dan Kebijakan Penanganan Daerah Perubahan Iklim (DPI) Terhadap Sektor Pertanian.
Dilanjutkan dengan Kebijakan Peran Gender dalam Melaksanakan Program Adaptasi Perubahan Iklim oleh Ruth Laiskodat Kadis DP3A NTT dan materi terakhir dibawakan oleh perwakilan Kadis Perindustrian dan Perdagangan NTT tentang Kebijakan Agroindustri Cerdas Iklim Berbasis Agroforestry.
Rektor UKAW Kupang, Prof. Dr. Ir. Godlief Fredrik Neonufa, MT menjelaskan destinasi tersebut merupakan rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan sebelumnya di wilayah perbatasan RI-RDTL.
Dikatakan penelitian dilakukan di dua desa di Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka yakni Desa Alas dan Desa Alas Utara dengan difokuskan kepada penurunan ketahanan sosial dan ekologi iklim.
“Explore yang dilakukan sebagai upaya mengembalikan kondisi ekologi untuk menentukan dampak kehidupan sosial,” katanya.
Disebutkan, alasan memiliki wilayah perbatasan khususnya Malaka karena ada keunikan tersendiri. Sebab, garis keturunan perempuan memiliki hak untuk pengambilan keputusan adat. Sehingga perlu diketahui apakah keputusan yang diambil berdampak dalam mendorong ketahanan sosial dan ekologi iklim atau tidak.
Hasil ini, kata Prof Godlief akan dibandingkan dengan dua daerah lainnya yakni Mataram NTB dan Maluku.
Ia mengurai bahwa penyebab perubahan iklim dipengaruhi oleh alam dan diperparah dengan perilaku masyarakat yang berdampak pada menurunnya produksi pangan, ketersediaan air bawah tanah, degradasi lahan dan hutan.
“Ini semua karena pengaruh aktivitas manusia untuk mencari sumber energi untuk memenuhi kebutuhan domestik maka akan memperluas wilayah terdegradasi. Jika hal ini sudah terjadi dan tidak ditindaklanjuti dengan dikembalikannya fungsi ekologi dan sebagainya maka akan berdampak pada perubahan iklim,” ungkapnya.
Prof Godlief menambahkan, persoalan-persoalan ini menjadi sorotan dari penelitian untuk menemukan cara-cara mengatasi persoalan yang timbul.
Ia mencontohkan persoalan yang tidak bisa dilarang yakni penebangan pohon untuk kayu bakar karena sumber energi yang dihasilkan masyarakat datang dari kayu bakar. Dan akan terjadi penebangan pohon atau hutan lalu muncul masalah sosial lainnya.
Terhadap masalah yang terjadi, UKAW terus hadir dan berperan dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah penebangan pohon sebagai sumber energi. “Kita harus menemukan solusi lain seperti briket dari biomassa yang mudah ditemukan masyarakat,” ungkapnya.
“Ini mesti dilakukan pendampingan dan pengabdian agar masyarakat bisa mendapat bahan pengganti energi tanpa harus menebang pohon serta mengatasi persoalan ekonomi,” tambahnya.
Ditegaskan bahwa masalah perubahan iklim adalah sesuatu yang niscaya karena dialami dunia tetapi bagaimana menyikapinya agar tidak memperparah kerusakan. “UKAW bekerja sama dengan berbagai universitas dan lembaga-lembaga yang konsen terhadap perubahan iklim ini sebagai upaya menekan perubahan iklim,” sebutnya.
Ia juga menyebut, pihaknya telah menjejaki kerja sama dengan Universidade Oriental De Timor Lorosae (UNITAL) untuk riset yang lebih luas di wilayah perbatasan. (cr6/thi/dek)