Tanam Anakan Mangrove di Pantai Oesapa

  • Bagikan
FENTI ANIN/TIMEX TANAM POHON. Pj Wali Kota Kupang, Fahrensy Funay dan Ketua DPD WKRI NTT, Josephina Seran-Gheta serta jajarannya menanam anakan mangrove di Pantai Oesapa, Sabtu (8/5).

Momen Perayaan HUT ke-100 WKRI NTT dan Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) DPD Provinsi NTT memaknai Hari Ulang Tahun (HUT) ke-100 dan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dengan menanam anakan mangrove. Seperti apa kegiatan itu?

FENTI ANIN, Kupang_

SETIAP organisasi atau lembaga selalu memanfaatkan momen-momen penting untuk berbuat bagi sesama dan lingkungan. Seperti yang dilakukan WKRI DPD NTT.

Pada momen perayaan HUT ke-100 yang bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, WKRI DPD NTT memilih menggelar kegiatan peduli lingkungan. Kegiatan peduli lingkungan ini ditandai dengan penanaman anakan mangrove di pantai Oesapa, Sabtu (8/5).

Acara ini juga dihadiri oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Kupang, Fahrensy Funay, Asisten II Setda Kota Kupang, Ignasius Lega, Kepala Dinas Kominfo Kota Kupang, Ariantje Baun dan jajaran lainnya. Acara ini juga melibatkan organisasi keagamaan lainnya, seperti Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) NTT, Majelis Sinode GMIT dan lainnya.

Pj Wali Kota Kupang, Fahrensy Funay pada kesempatan itu mengatakan, atas nama pemerintah dan masyarakat Kota Kupang, ia memberikan apresiasi dan terima kasih kepada pengurus Wanita Katolik RI DPD NTT yang telah menyelenggarakan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

"Semoga kegiatan ini dapat membawa dampak positif bagi upaya perlindungan lingkungan terutama kawasan pantai di Kota Kupang," jelasnya.

Pj Wali Kota Kupang mengatakan, kegiatan yang digelar Sabtu itu menjadi bukti komitmen yang kuat dari WKRI sebagai bagian dari masyarakat Kota Kupang untuk berperan aktif memelihara kelestarian pantai. Hal itu dalam rangka peningkatan sumber pendapatan bagi daerah ini dan mendorong peningkatan kualitas pembangunan.

Menurutnya, tanaman mangrove sendiri mempunyai peran yang sangat penting dalam melestarikan pantai, di samping secara fisik berfungsi untuk menahan air laut serta mencegah terjadinya abrasi dan lebih khusus merupakan upaya konservasi lingkungan. Caranya dengan menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat wisata alam atau ekowisata yang merupakan konsep wisata yang mencerminkan wawasan lingkungan, mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian lingkungan.

Kegiatan ini juga merupakan bagian integral dari pariwisata dan tata ruang yang mengutamakan upaya konservasi sumber daya alam, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.

Dia menegaskan, upaya melestarikan pantai tidak akan memberi manfaat yang signifikan, jika tidak diimbangi dengan keberhasilan memberikan sosialisasi atau pemahaman kepada masyarakat.

"Saya menaruh harapan besar kepada kita semua untuk tetap bekerja keras menyukseskan program ini dan memberikan pemahaman kepada seluruh masyarakat khususnya masyarakat pada daerah pesisir pantai agar dapat menjaga kawasan mangrove ini," tandasnya.

Ketua Presidium WKRI DPD NTT, Josephine Seran-Gheta mengatakan, penanaman anakan mangrove ini sudah pernah dilakukan WKRI NTT pada tahun 2019 lalu, dan ini merupakan kegiatan kedua kalinya.

"Kami berharap agar dengan adanya kolaborasi dengan masyarakat dan yayasan lainnya, dan organisasi perempuan lintas agama, untuk peduli terhadap lingkungan," jelasnya.

Dia berharap agar kegiatan peduli lingkungan tidak sebatas hanya wacana saja tetapi harus ada aksi nyata.

"Kami juga berterima kasih kepada semua pihak terkait, dalam menyukseskan kegiatan ini," tandasnya.

Sementara itu, mewakili Pemerintah Provinsi NTT, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi NTT, Ruth Laiskodat memberikan apresiasi kepada WKRI NTT yang merayakan HUT ke-100 dengan menanam anakan pohon mangrove.

"Kita mengingat kembali peristiwa Covid-19 dan bencana alam, yang tentunya juga ada hubungannya dengan alam yang tidak dijaga. Karena itu perempuan menjadi bagian penting dalam aksi ini," jelasnya.

Isu perubahan iklim juga menjadi perhatian serius saat ini, sehingga apa yang dilakukan oleh WKRI NTT ini menjadi hal yang baik untuk dicontoh oleh semua pihak lain, termasuk pemerintah juga agar bisa meningkatkan kerja dalam menghadapi isu perubahan iklim.

Menurut Ruth Laiskodat bahwa kalau terjadi bencana alam, tentunya menjadi ancaman juga terhadap kenaikan harga pangan, yang akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan gizi keluarga.

"Perempuan hebat di WKRI telah memulai kegiatan yang baik ini, diharapkan dapat dilanjutkan ke depannya, dan menjadi inspirasi bagi organisasi lainnya," pungkasnya. (gat/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version