Expo PBL, Ajang Kreativitas Mahasiswa

  • Bagikan
EFRENDI NABEN/TIMEX STAND. Wadir 1 Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Max Arthur Julian Supit melihat-lihat stand yang disiapkan oleh para mahasiswa serta hasil karyanya dalam kegiatan Expo PBL, Rabu (12/6).

Politeknik Pertanian Negeri Libatkan Mahasiswa

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Guna mengasah kreativitas para mahasiswa, maka Politeknik Pertanian Negeri Kupang (Politani) menggelar kegiatan Expo Produk Project Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek. Kegiatan Expo ini menampilkan hasil karya para mahasiswa, Rabu (12/6).

Kegiatan ini juga merupakan bagian dari upaya kampus untuk memperkenalkan produk-produk inovatif yang merupakan hasil karya para mahasiswa. Sesuai agenda, Expo PBL ini akan berlangsung selama beberapa hari ke depan dan akan digelar dalam dua sesi yakni pada Rabu (12/6) di Kampus Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan Sabtu (15/6) bertempat di arena Car Free Day (CFD). Lokasi CFD dipilih untuk menjangkau lebih banyak masyarakat.

Wakil Direktur I, Max Arthur Julian Supit dalam sambutannya mewakili Direktur Politeknik Pertanian Negeri Kupang menyampaikan bahwa program PBL telah diterapkan sejak tiga semester yang lalu.

"Dari tiga semester yang lalu kita mulai menerapkan PBL. Memang, kita terkendala, tapi sedikit demi sedikit kita maju," ungkapnya.

Max juga menyoroti peningkatan jumlah mata kuliah yang terlibat dalam PBL yang kini sudah mencapai target. Ia menekankan pentingnya peningkatan jumlah PBL dan mahasiswa yang terlibat.

"Jumlah mata kuliah yang terlibat PBL itu sudah mencapai target. Sekali lagi, kita harus berbangga untuk itu," tambahnya.

Max berharap juga agar mata kuliah yang belum bisa menghasilkan produk dapat menggunakan metode kasus. Ia juga menekankan bahwa keberhasilan PBL adalah hasil kerja keras semua pihak, termasuk mahasiswa, dosen, manajer proyek, teknisi dan keluarga.

"Case Method juga akan dihitung di dalam capaian IQ kita," jelasnya.

Perkembangan program PBL juga terlihat dari pesanan produk yang mulai datang dari mitra luar kampus. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas produk mahasiswa diakui oleh pihak luar.

"Proyeknya Ibu Linda dan Pak Pace itu sudah mulai dipesan oleh mitra dari luar," ungkap Max.

Tidak lupa, ia juga mengingat kembali pengalamannya menjual produk pertanian ke luar negeri. Ia berharap agar semakin banyak pesanan dari luar kampus di masa mendatang.

"Dulu saya kerja tanam tomat, saya jualnya ke Soekarang, Malaysia," katanya.

Namun, ia juga menekankan perlunya penyempurnaan dalam beberapa aspek. Seperti pengadaan bahan praktik.

"Waktu pengadaan bahan praktik seringkali terlambat," ujarnya.

Karena itu, ia berharap agar keterlambatan ini dapat diatasi untuk meningkatkan efisiensi PBL. Lebih dari itu, Max mengingatkan pentingnya keterbukaan dalam pengelolaan proyek. Keterbukaan ini penting agar mahasiswa memahami aspek bisnis dari proyek mereka.

"Mahasiswa perlu tahu, program yang kita hasilkan ini menghabiskan modal berapa? Setelah dipasarkan, mendapatkan berapa? Jadi keuntungannya berapa?" paparnya.

Ia juga mendorong para mahasiswa untuk aktif bertanya jika ada informasi yang belum jelas. Max menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara mahasiswa dan dosen.

"Jangan pernah ragu untuk bertanya tentang informasi itu. Kalian berhak untuk bertanya," tegasnya.

Terkait kewirausahaan, Max menekankan pentingnya pemahaman tentang keuntungan usaha. Ia berharap mahasiswa dapat belajar dari pengalaman praktik PBL dan menerapkannya di dunia nyata,serta mahasiswa harus tahu berapa keuntungan usaha ini.

Ia juga mengajak dosen untuk berpikir secara bisnis dalam memanfaatkan PBL sebagai modal awal untuk mengembangkan usaha. "Kalau kita cara berpikirnya, gaya pegawai BLU, meniwa tenaga kerja dari luar, pembayaran ulang, saya pikir hasilnya tidak akan ada," ungkapnya.

Max juga menekankan pentingnya keterlibatan mahasiswa dalam semua tahap produksi. Ia berharap keterlibatan ini akan memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa.

"Mulai dari beli bahan bakunya. Mereka harus belajar kualitas bahan bakunya macam apa, bagaimana cara mengukurnya," katanya.

Terakhir, Max berharap agar mahasiswa memanfaatkan pengalaman PBL untuk membangun perusahaan mahasiswa (student company). Ia berharap mahasiswa tidak hanya memandang PBL sebagai mata kuliah, tetapi sebagai modal untuk masa depan mereka.

"Kalian sudah belajar cara menghasilkan produk-produk ini. Kalian juga belajar memasarkannya," tutupnya. (cr3/gat/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version