KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Bakal calon gubernur NTT dari Partai Golkar, Emanuel Melkiades Laka Lena menyebut saat ini ada komunikasi intens yang dibangun oleh para pimpinan partai politik Koalisi Indonesia Maju (KIM) di tingkat pusat. Komunikasi ini terkait urusan pemilihan gubernur (pilgub) NTT.
Selain dengan KIM, Partai Golkar juga membangun komunikasi dengan partai lain entah itu untuk pilgub ataupun di tingkat kabupaten/kota. Seperti PDIP, Partai Nasdem, PKB dan partai-partai di luar KIM.
"Sejauh ini baik dengan PAN, PKB sudah UKK, Demokrat dengan pak Benny, PSI, intinya empat partai ini sudah komunikasi intensif di pilkada gubernur. Saya bersyukur informasi yang kami terima bahwa Partai Gerindra juga ternyata bisa bareng juga di pilkada kali ini. Sudah ada pertemuan dengan pimpinan KIM dan nampaknya di pilgub NTT Gerindra bisa bareng kami," ujar Melki di kantor DPD I Partai Golkar NTT, Jumat (14/6).
Sementara untuk bakal calon wakil gubernur yang akan mendampinginya, Melki menyebut masih menunggu hasil pembicaraan para pimpinan partai KIM di pusat. Sebab, menurutnya, KIM lah yang mendiskusikan terkait pilgub di seluruh Indonesia. Karena itu, Melki berprinsip untuk mengikuti putusan para pimpinan partai.
"Prinsipnya kalau itu mandat dari pimpinan di pusat, siapapun yang diputuskan para pimpinan partai tentu kami akan melaksanakan," tegasnya.
Hal itu berarti, dengan siapapun Melki dipasangkan nanti, dirinya siap untuk bekerja bersama.
Diperkirakan, sekitar Juli mendatang sudah ada survei kedua dalam rangka persiapan menjelang keputusan terkait paslon di provinsi maupun tingkat dua seluruh NTT. Dikatakan, survei ini bukan sekadar memutuskan paslon, melainkan bagian dari survei untuk memotret bagaimana kondisi politik di NTT untuk mempersiapkan kemenangan masing-masing tingkatan.
Sementara, menurut pengamat politik dari Unmuh Kupang, Ahmad Atang menilai, jika dilihat dari modal politik, maka Melki Laka Lena sudah dapat dipastikan akan maju sebagai calon gubernur karena telah mendapatkan pintu partai.
Apabila merujuk pada KIM sebagaimana saat pilpres, maka akan terbangun gerbong besar, yakni Partai Golkar, Partai Gerindra, PAN, Partai Demokrat dan PSI. Dengan koalisi besar seperti ini, maka yang muncul adalah negosiasi soal wakil gubernur yang akan mendampingi Melki Laka Lena.
"Golkar datang dengan mengajukan calon gubernur, maka dalam keadaan politik tentu wakil merupakan hasil kompromi antarsesama partai koalisi. Apakah wakil muncul dari kader salah satu partai koalisi atau bisa di luar partai koalisi. Di sini dibutuhkan komunikasi, dialog, lobi dan negosiasi," ujarnya.
Sungguhpun begitu, menurut Ahmad, suatu hal yang pasti bahwa penentuan wakil harus merepresentasikan politik elektoral. Karena itu, Melki Laka Lena dan partai koalisi akan mendorong wakil dari daratan Timor dan Sumba, bahkan bisa diluar itu.
"Hal ini dimungkinkan karena basis kulturalnya dari Flores. Ini membutuhkan kompromi untuk menjadi soliditas partai koalisi. Figur yang dipilih untuk mendampingi Melki Laka Lena bisa jadi merupakan politisi, birokrat atau akademisi," tandasnya. (cr1/ays/dek)