Penuhi Lapangan Pancasila dan Jalan Soekarno

  • Bagikan
ALEX SEKO/TIMEX SALAT. Umat Islam di Kota Ende saat mengikuti salat Id di lapangan Pancasila, Senin (17/6).

Pelaksanaan Salat Idul Adha di Ende

ENDE, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Ribuan jemaah mengikuti salat Idul Adha 1445 H di Kota Ende, Senin (17/6). Para jemaah  memenuhi lapangan Pancasila Ende. Selain itu, salat Id juga dilaksanakan di enam titik di Kota Ende.

Keenam titik salat masing-masing  Masjid Babussalam Kuzazo Kotaratu, Masjid Baiturrahman Paupanda Bawah, lapangan Pu'unaka Tanjung, Masjid Ar-Rahman Ipi Kelurahan Tetandara, Masjid Nur Hidayah Agung Kelurahan  Kelimutu dan stadion Marilonga.

Untuk salat Idul Adha 1445 tingkat Kabupaten Ende dilaksanakan di lapangan Pancasila. Menjadi khatib salat Idul Adha di lapangan Pancasila, H Syamsudin Thalib, kepala MTsN Ende dan imam H Muhammad Nasir, imam masjid Jami Ar-Rabitha Kotaratu.

Nampak umat muslim memenuhi lapangan Pancasila dan juga sepanjang jalan Soekarno mulai dari kantor BRI Cabang Ende hingga kantor Dinas Pariwisata.

Hadir saat salat Id di lapangan Pancasila, mantan Bupati Ende, Djafar Achmad, Asisten Setda Bidang Pemerintahan, Dahlan, Ketua PBHI serta umat Islam lainnya.

H Syamsudin Thalib dalam khotbahnya mengambil tema "Tiga Hikmah Idul Adha”. Dia mengatakan, hari raya Idul Adha merupakan hari raya kedua bagi umat muslim setelah hari raya Idul Fitri.

Dikatakan, hari raya ini bagi kaum muslim mempunyai makna Rabbani maupun makna insani.

Pada tanggal 9 Zulhijjah kemarin sebutnya, jemaah melaksanakan wukuf di Arafah beriringan dengan kaum muslimin di dunia melaksanakan ibadah puasa Arafah, di mana keutamaannya menghapus dosa selama dua tahun, tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.

"Hari ini tanggal 10 Zulhijjah, umat muslim di seluruh dunia berkumpul melakukan libur Idul Adha, memproklamirkan diri dihadapan Allah SWT untuk menunjukkan kita kerja dihadapan Allah," ujar dia.

Dijelaskan, umat muslim dalam perayaan Idul Adha bisa mengambil tiga hikmah dari perayaan Idul Adha. Yang pertama jelas dia, persatuan umat Islam. Dia mengatakan, kaum muslimin di seluruh dunia melaksanakan ibadah salat Idul Adha baik di masjid, musala, di lapangan membuat panorama lautan manusia yang luar biasa.

"Semua berbaur menjadi satu, tidak membedakan-bedakan. Semua serempak menyerukan Allahu Akbar. Yang di padang Arafah mengenakan pakaian yang sama, kain putih seperti kain kafan tanpa terkecuali, yang muda, yang tua, pejabat atau rakyat biasa, miskin maupun kaya semua sama," kata  Syamsudin.

Disini kata dia, diajarkan bahwa persaudaraan para jemaah dari berbagai asal dan berkumpul diikat dengan kalimat syahadat.

Hikmah yang kedua lanjutnya, belajar dari pengorbanan Nabi Ibrahim, seorang nabi yang dinobatkan menjadi khaliluloh kekasihnya Allah.

Nabi Ibrahim kata dia, adalah sosok seorang bapak yang iman dan cintanya kepada Allah SWT sangat kuat, dengan mengorbankan anaknya. Sebagai bapak yang bijaksana kata dia, Ibrahim menghormati hak anaknya, dengan tidak segera melakukan perintah, namun meminta pendapat anaknya. Ini lanjutnya, merupakan bentuk konsultasi yang demokratis.

"Disini ditemukan pribadi Ibrahim yang sabar, kuat imannya meski ada pertarungan dalam jiwa antara sayang anak atau taat kepada perintah Allah SWT," sebutnya.

Dan keutamaan yang ketiga, kata Syamsudin, umat muslim akan senang dengan penyembelihan hewan kurban. Peyembelihan hewan kurban lanjut dia, sebagai bentuk atau tanda lebih dekat dengan Allah Khalikul 'Alam.

"Orang-orang mampu mau mewujudkan keimanan kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan kurban dan ini memiliki hikmah yang luar biasa," tandasnya.

Lanjut dia, dari semua itu, hikmah ibadah berkorban adalah membunuh karakter manusia seperti keserakahan, tidak peduli, ingin memerintah tanpa malu. Semua ini perlu dijauhkan dari orang-orang beriman.

"Bagi penerima daging kurban, akan merasa bersyukur kepada Allah SWT  dan berterima kasih kepada orang yang berkorban," kata dia.

Lanjutnya, begitu indahnya nilai kepedulian, kebersamaan dan persahabatan terhadap nasib orang yang belum beruntung ekonominya. Sehingga lahirlah rasa persaudaraan sejati dari kaum muslimin dalam kehidupan  sosial. (kr4/ays/dek)

  • Bagikan