Pentahelix Dilibatkan Dalam PB

  • Bagikan
ORANIS HERMAN/TIMEX DISKUSI KELOMPOK. Peserta fokus group discussion pemetaan masalah prioritas rencana penanggulangan bencana Provinsi NTT bersama lembaga non pemerintah saat diskusi kelompok di hotel Aston, Kamis (27/6).

BPBD-Siap Siaga Gelar FGD Pemetaan Masalah Penanggulangan Bencana

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT bersama Siap Siaga menggelar focus group discussion (FGD) pemetaan masalah prioritas rencana penanggulangan bencana Provinsi NTT bersama lembaga non pemerintah. Kegiatan terselenggara atas kemitraan Australia Indonesia untuk manajemen risiko bencana di hotel Aston Kupang, Kamis (27/6).

Wakil Koordinator Siap Siaga, Silvester Ndaparoka dalam sepatah kata menekankan hal yang mau didiskusikan adalah pemetaan masalah prioritas untuk rencana penanggulangan bencana Provinsi NTT.

"Biasanya kita belum sampai ke isu strategis kalau belum tahu masalah strategisnya, masalah utamanya. Kita berharap, potret ini kita buka, kita coba identifikasi dan kita rumuskan," katanya.

Ia menggarisbawahi, tidak mengidentifikasi masalah prioritas untuk BPBD, karena urusan bencana urusan bersama.

"Setelah masalah prioritas kita akan melihat dia menjadi isu strategis. Kita fokus dulu di masalah prioritas daerah kita hubungan dengan bencana. Ini sangat penting karena kita berharap ini akan menjadi masukan bagi kandidat-kandidat kepala daerah. Saat yang bersamaan akan disusun rencana pembangunan jangka menengah. Ini kita berharap bisa pakai ke sana," ungkapnya.

Dikatakan, secara legitimasi penanggulangan bencana (PB) ada di bawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang fokusnya mengkoordinasi pentahelix.

"Saya sangat berharap untuk membuka ruang cara kita menganalisis dari kacamata disabilitas, kacamata inklusinya," ujarnya.

Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT, Cornelis Wadu dalam sambutannya mengatakan, dalam FGD lebih fokus mencari persoalan-persoalan pentahelix minus pemerintah.

"Hari ini kita bersama-sama non pemerintah, saya berharap mari kita keluarkan semua potensi bagaimana kita melihat terkait dengan persoalan-persoalan kebencanaan," katanya.

Cornelis mengajak seluruh peserta untuk keluarkan semua potensi dalam rangka berpikir bahwa demi kepentingan daerah khususnya Provinsi NTT.

"Kita didorong untuk mengeluarkan seluruh potensi yang merupakan anugerah Sang Pencipta pada diri kita pada kelompok lembaga masing-masing untuk melihat potret NTT dalam konteks kebencanaan untuk kita keluarkan semua ide dan potensi kita," kata Cornelis.

Sementara, Cornelis Wadu saat membawakan materinya tentang 'Masalah Pokok dan Isu Strategis Penanggulangan Bencana di Provinsi NTT' menguraikan, Provinsi NTT memiliki 1.192 pulau dengan perincian 42 pulau yang dihuni dan 1.150 tidak dihuni dengan luas wilayah 47.391,54 Km.

Dikatakan, Provinsi NTT rawan terhadap banjir, gempa bumi, gunung api, kekeringan, longsor, tsunami, angin kencang serta karhutla serta gunung berapi ada di 15 titik.

Diuraikan, jumlah data gempa bumi tahun 1814 hinggga November 2022 sebanyak 25.336 kejadian. Rata-rata jumlah gempa bumi per tahun 1.117 kejadian. Jumlah gempa bumi tahun 2021 sebanyak 2.627 kejadian.

Kegiatan ditutup dengan diskusi kelompok. Dalam diskusi, dibentuk tiga kelompok yang membahas mengenai analisis pohon masalah untuk ancaman cuaca ekstrem, banjir dan gelombang ekstrem dan abrasi, analisis pohon masalah untuk ancaman kekeringan, karhutla dan tanah longsor serta analisis pohon masalah untuk ancaman gempa bumi, tsunami, letusan gunung api.

Selain itu membahas juga mengenai kurangnya edukasi terkait dengan penanggulangan bencana sampai ke level masyarakat, penyebaran media KIE sebagai informasi kesiapsiagaan belum merata sampai ke level masyarakat dan usulan strategis pelibatan pentahelix dalam kerja penanggulangan bencana di NTT agar lebih maksimal. (ays/dek)

  • Bagikan