Susahnya Sarjana Dapat Kerja Hingga Masalah Pendidikan

  • Bagikan
IMRAN LIARIAN/TIMEX PENJELASAN. Anggota Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah memberikan penjelasan kepada masyarakat di GMIT Pukan Aknino Naioni, Kamis (27/6).

Momen Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan Dipadu Curahan Hati Masyarakat Bersama Anggota Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah

Sosialisasi empat pilar kebangsaan kepada masyarakat merupakan tugas yang dilaksanakan oleh anggota DPR RI. Namun, pada momen sosialisasi ini, warga juga berkesempatan menyampaikan curahan hati kepada wakil rakyat.

IMRAN LIARIAN, Kupang_

GEREJA Masehi Injili di Timor (GMIT) Pukan Aknino Naioni menjadi pusat kegiatan sosialisasi empat pilar kebangsaan oleh anggota Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah, Kamis (27/6). Sebanyak 150 orang warga Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang hadir dalam kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat jiwa nasionalisme, cinta tanah air dengan empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

"Ini adalah tugas negara untuk memasyarakatkan empat pilar kebangsaan. Semoga masyarakat yang hadir ini bisa sampaikan kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa," kata Anita Gah.

Kendati demikian, momen itu juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyampaikan keluh kesahnya. Seperti yang disampaikan Bernadus, 71. Warga menyoroti soal susahnya para sarjana mendapatkan kerja. Lapangan pekerjaan sekarang tak mudah didapat.

"Semoga anak-anak kami yang sudah Sarjana bisa dapat kerja," harapnya.

Selain itu, Bernadus juga menyampaikan keluhan mengenai ujian sekolah yang dilakukan secara online. Namun, sekolah tidak ada jaringan internet dan komputer.

Warga lainnya, Soleman, menanyakan soal guru yang mendapatkan nilai tinggi tapi tidak lolos PPPK. Selain itu, Nindi juga menanyakan tentang pendidikan. Dia mengeluh soal hak guru yang didapat tidak sesuai.

Kemudian mengenai anak-anak yang takut ke sekolah karena dicubit dan dipukul. Padahal informasi yang didapat di sekolah tidak seperti itu. Pihak sekolah juga sudah mendatangi rumah anak itu tapi tetap anak tidak mau sekolah.

"Apakah ini yang dinamakan telantarkan anak"? tanya Nindi.

Pada kesempatan itu, Anita Jacoba Gah menjelaskan bahwa anak-anak Indonesia wajib bersekolah dan pemerintah wajib membiayai. Hal ini sesuai dengan Pasal 31 UUD 1945. Karena itu, ada program Indonesia Pintar. Tujuannya hilang putus mata rantai buta huruf.

"Kalau di Naioni ada anak-anak yang putus sekolah, apalagi buta huruf tolong data dan kasih ke saya," tegasnya.

Jika jaringan internet tidak ada, komputer tidak ada jadi ujiannya bagaimana? "Ini jadi catatan saya karena akan saya tanya pihak dinas," ujar Anita.

Mengenai sarjana yang belum bekerja, kata Anita Gah, hal ini adalah kebijakan pemerintah.

"Ini menjadi tugas pemerintah," tandasnya.

Pada kesempatan itu, Anita berharap kepada pemerintah agar jangan mempersulit investor ketika datang ke Kota Kupang.

"Kehadiran investor inilah dapat menyerap lapangan kerja," ungkapnya.

Anita menyarankan agar anak-anak juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Diakui, saat ini masih banyak pengangguran. Sementara mengenai hak-hak guru harus diberikan dengan baik.

"Kalau ada masalah hak guru yang dihambat tolong saya diberitahu," pintanya. (gat/dek)

  • Bagikan