KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Kedutaan Australia untuk Indonesia membangun kerja sama dengan Indonesia. Salah satu fokusnya yakni pada program Inovasi untuk anak Sekolah Dasar (SD).
Karena itu, First Secretary Development Cooperation-Kedutaan Australia untuk Indonesia, Sanchi Davis melakukan kunjungan perdana ke Nusa Tenggara Timur (NTT). SD yang dikunjungi yaitu UPTD SD Inpres Tarus 1, Kabupaten Kupang. UPTD SD Inpres Tarus 1 juga telah menjalankan program inovasi yaitu Reading Camp atau kamp baca sehingga berdampak positif pada peningkatan minat baca anak-anak.
Setelah itu, rombongan kemudian berkunjung ke Sekolah Perempuan Nusantara Tesabela Desa Tanah Merah.
Sekolah Perempuan ini dibentuk oleh Perkumpulan Pendidikan Penguatan Kepemimpinan Perempuan dan Masyarakat (PEKA-PM). Kehadiran PEKA-PM ini memberikan edukasi kepada kaum perempuan untuk meningkatan keterampilan usaha, seperti tenun ikat dan lainnya.
First Secretary Development Cooperation- Kedutaan Australia untuk Indonesia, Sanchi Davis mengaku, kunjungan ke NTT ini merupakan yang pertama kali.
"Kami sangat senang dan melihat langsung kemitraan Australia dan Indonesia melalui program inovasi ini," kata Sanchi saat membuka kegiatan diskusi di Sotis Hotel, Rabu (26/6).
Hadir pada kesempatan itu, Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi NTT, Herdiana, Ketua STIKIP Citra Bakti Bajawa, Dek Ngurah Laba Laksana, Dekan FKIP Undana, Dr. Melkisedek Taneo, dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, Eliazer Teuf.
Pada kesempatan itu, Eliazer mengaku bahwa ada peningkatan literasi di sejumlah SD di Kabupaten Kupang. Terdapat strategi yang telah dijalankan yaitu mengaktifkan komunitas belajar dan program Reading Camp.
"Semangat kami untuk terus meningkatkan literasi itu bagian yang tidak bisa terpisahkan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang," ungkapnya.
Kendati demikian, kata Eliazer yang baru enam bulan menjabat Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang bahwa luas wilayah Kabupaten Kupang yang sangat besar sehingga tentunya menjadi tantangan tersendiri.
"Kami optimis karena kami ingin prestasi. Ini semangat kami," ujarnya.
Herdiana, selaku Kepala BPMP Provinsi NTT juga mengatakan bahwa situasi luasan wilayah bukan jadi hambatan, tapi menjadi tantangan.
"Daya juang inilah yang harus dipupuk," tegasnya.
Dekan FKIP Undana, Melkisedek Taneo mengatakan bahwa tugas utama FKIP Undana adalah menghasilkan calon guru yang bisa menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
"Harus bisa menangkap masalah paling aktual," ungkapnya.
Hal yang pertama adalah membenahi kurikulum sebagai dasar sehingga bisa bergerak. Kedua, pergi ke daerah untuk menjaring informasi dari alumni Undana dan diskusi. Hasilnya dibawa ke kampus dan dibuat dalam sebuah rumusan untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Hal yang ketiga adalah memperkuat posisi Prodi (Program Studi) sehingga dosen-dosen dapat mengembangkan potensi diri.
Pendidikan ini adalah tanggung jawab semua pihak sehingga harus ada kerja-kerja kolaborasi.
Ketua STKIP Citra Bakti, Dek Ngurah, mengatakan bahwa sudah mengimplementasikan bahasa ibu (bahasa daerah).
"Kami masukan dalam kurikulum Prodi sehingga berkelanjutan akan selalu ada," jelasnya.
Bagaimana dosen dan civitas juga bergerak bersama dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan tujuan utama membangun literasi dasar yang kuat pada anak-anak. (r1/gat/dek)