KUPANG,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Otoritas Jasa Keuangan Provinsi NTT mengungkapkan bahwa kredit di sektor perikanan hanya sebesar 0,81 persen dari total kredit yang diberikan seluruhnya yang ada di Provinsi NTT.
"Angka ini sangat kecil atau rendah, hal ini tentunya menjadi perhatian, namun prinsip dari industri perbankan yaitu mengedepankan prinsip kehati-hatian," kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTT, Japarmen Manalu.
Menurut Kepala OJK, risiko nelayan di NTT masih sangat tinggi, misalnya alat tangkap, kualitas sumber daya manusia, harga dari hasil tangkapan pun tidak stabil.
Secara bertahap, kata Kepala OJK, sudah ada asuransi kapal rusak tetapi untuk saat ini belum berdampak secara luas.
"Ada beberapa asuransi yang memberikan layanan ini, untuk menambah keyakinan dari nelayan, kalau mereka gagal tangkap, harga turun atau kapal rusak,ada jaminan kredit untuk nelayan," jelasnya.
Japarmen mengaku selalu mengimbau kepada perbankan agar menjadi bankers bukan pedagang uang, bankers harus bisa menciptakan peluang bagi masyarakat.
"Saat ini di Kabupaten Sumba Timur menjadi role model untuk pengembangan rumput laut, diharapkan semua pihak saling berkoordinasi dan membuat suatu program sehingga nelayan bisa mendapatkan perhatian lebih," katanya.
Namun demikian, Japarmen juga mengungkapkan faktor lain yang berdampak pada kesejahteraan nelayan, yaitu ketika mendapatkan hasil tangkapan yang banyak, nelayan tidak mengelolanya dengan baik, namun langsung membuat pesta sehingga tidak dipikirkan lagi musim tangkap berikutnya seperti apa.
"Kita sudah berdiskusi dengan salah satu bank, agar membuat festival lama mengendap hasil tangkapan ikan, jadi nelayan itu menabung, sehingga secara bertahap nelayan juga memikirkan saving," jelasnya.
Di samping itu, OJK NTT terus melakukan literasi keuangan, termasuk perencanaan keuangan terhadap berbagai komunitas, yang nantinya akan menyasar juga pada para nelayan.
"Karena kalau kondisi ini terus berlanjut, dimana para nelayan menghabiskan hasil tangkapan hanya untuk satu hari, tanpa memikirkan risiko angin barat atau cuaca ekstrim lain, maka mereka sendiri yang akan mengalami kesulitan," tambahnya.
Sementara itu, Head Area BNI NTT, Agung Prasetyo,mengatakan, berbicara kredit di NTT sangat unik, karena kredit produktif di BNI hanya 40 persen dibandingkan dengan kredit konsumtif.
Artinya masyarakat NTT perlu diedukasi kebiasaan-kebiasaan yang konsumtif harus dikurangi. Khusus untuk kredit di sektor perikanan, nelayan di NTT belum tersentuh, dan hanya bergerak di pertanian
"Kredit di BNI sendiri, yang dominan malah perdagangan, pada hal perekonomian di NTT dominannya di pertanian dan kelautan yang harus didorong dilihat dari potensi daerah," jelasnya.
Agung Prasetyo mengatakan, beberapa sinergitas yang harus dibangun diawal untuk menumbuhkan perekonomian, dana-dana dari luar NTT pun sebisa mungkin disimpan di daerah jangan berpusat di Jakarta.
BNI, sebagai Bank Himbara, kata dia, pastinya akan selalu mensupport apa pun kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. (thi/dek)