Ansy Lema Figur Muda Energik,Miliki Rekam Jejak Politik Fenomenal

  • Bagikan
Ahmad Atang

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Peta politik pemilihan kepala daerah (pilkada) NTT kian memanas. Sejumlah figur mulai ditugaskan partai agar bertarung pada pesta demokrasi lima tahunan itu. Salah satunya Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema yang ditugaskan PDIP.

Dengan dukungan ini, pengamat politik asal Universitas Muhammadiyah Kupang, Ahmad Atang mengatakan, secara struktural, DPP PDIP telah menetapkan Ansy Lema sebagai bakal calon gubernur NTT. Selama ini memang muncul dua figur yang mendominasi dalam tubuh PDIP sebagai calon gubernur, yakni Ansy Lema dan Emelia Nomleni. Namun dengan penunjukkan DPP PDIP tersebut, maka spekulasi tentang figur siapa yang di usung terjawab sudah.

Dilihat dari posisi masing-masing figur, maka Emelia Nomleni merupakan Ketua DPD PDIP Provinsi NTT yang cukup berhasil memimpin partai hingga menang pemilu dua kali, yakni 2019 dan 2024 dan menempatkan PDIP sebagai ketua DPRD. Karena itu, kiprah Emelia Nomleni sebagai kader tidak perlu diragukan. Namun demikian, sebagai kader ia tentu taat asas dan mendukung penuh kebijakan partai.

Sementara Ansy Lema merupakan figur muda yang energik dimiliki oleh PDIP saat ini. Rekam jejak politik cukup fenomenal karena sebagai pendatang baru di politik pileg, Ansy Lema mampu menunjukkan performanya sebagai politik dan mendapatkan dukungan rakyat di dapil NTT 2 sebagai anggota DPR dua periode. Maka dengan majunya Ansy Lema menjadi calon gubernur telah didukung oleh pengalaman politik sebagai anggota dewan.

Pilihan politik partai menunjuk Ansy Lema, maka secara politik, PDIP sebagai partai pengusung mulai dari tingkat satu provinsi hingga tingkat dua kabupaten/kota harus satu sikap mendukung Ansy Lema. Oleh karena itu, hari-hari ke depan pekerjaan rumah PDIP adalah memastikan kemana arah koalisi PDIP dan figur siapa yang dijagokan menjadi wakil untuk mendampingi Ansy Lema.

“Jika menggunakan parameter pilpres, maka pintu koalisi bisa saja dengan Hanura dan Perindo atau bisa dengan partai politik lain tergantung komunikasi dan negosiasi politik yang dibangun,” katanya.

Sementara, akademis Undana, Yohanes Jimmy Nami mengatakan pascaditugaskannya Ansy Lema sebagai cagub NTT oleh DPP PDIP struktur partai di bawahnya wajib menaati dan mengamankan penugasan tersebut.

Penunjukkan ada ditangan DPP, jika selama ini sebelum diterbitkan surat tugas tersebut kader-kader internal PDIP boleh-boleh saja membuka ruang sosialisasi dan komunikasi politik dengan siapapun lalu kemudian ditakar siapa yang secara politik lebih diterima oleh publik NTT.

“Nama-nama kader internal PDIP yang cukup getol melakukan sosialisasi yakni Ansy Lema dan Emelia Nomleni, wajar saja menurut saya kedua kader ini punya track record yang cukup baik di NTT,” katanya.

Ansy Lema sebagai anggota DPR RI sangat intens memperjuangkan persoalan yang ada di NTT sesuai dengan tupoksinya di parlemen, jika sekarang ia sudah mengundurkan diri sebagai anggota DPR RI untuk berkontestasi pada pilgub NTT, menurutnya menunjukkan sebuah komitmen yang kuat dari seorang Ansy.

“Untuk serius dan mendedikasikan dirinya bagi masyarakat NTT, pilgub NTT butuh pengorbanan dan energi politik yang kuat mengingat kondisi geografis dan demografis NTT cukup menantang,” katanya.

Sedangkan Emelia Nomleni, kata Jimmy, pernah berkontestasi pada pilgub periode lalu, tingkat penerima cukup baik sebagai single fighter kala itu. Setelah itu duduk sebagai ketua DPRD NTT sangat strategis secara politik.

“Antara Ansy Lema dan Emelia Nomleni rupannya aktivitas politik lebih nyata dan dirasakan langsung oleh publik ada pada postur politik Ansy Lema. Saya pikir ini yang mendasari DPP menunjuknya sebagai cagub NTT,” ujarnya.

PDIP sebenarnya parpol yang cukup kuat ideologinya, jadi pendisiplinan sikap-sikap kader terhadap sikap politik partai menjadi keutamaan sebuah parpol untuk tetap eksis. Dengan kata lain jika ada sikap yang berbeda dengan sikap partai wajib keluar dari partai.

Terkait koalisi, menurutnya sangat bergantung pada bangunan politik yang dirancang, posisi cawagub juga jadi pertimbangan, harus bisa diterima oleh koalisi dan ini menjadi tugas dari Ansy Lema untuk meyakinkan koalisi bahwa cawagub adalah person yang dibutuhkan oleh masyarakat NTT saat ini. (cr6/ays/dek)

  • Bagikan