KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Garis kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Maret 2024 sebesar Rp 527.275 atau naik 3,96 persen, dibandingkan Maret 2023. Profil kemiskinan NTT ini dihitung berdasarkan survey sosial ekonomi nasional yang dilaksanakan pada Maret 2024.
Jumlah penduduk miskin di NTT pada Maret 2024 sebesar 1,13 juta orang, turun 13,54 ribu orang terhadap Maret 2023 dan turun 21,6 ribu orang terhadap September 2022. Persentase penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 19,48 persen turun 0,48 persen poin terhadap Maret 2023 dan turun 0,75 persen poin terhadap September 2022.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTT, Matamira B Kale, saat menggelar konferensi pers di kantornya, Senin (1/7).
Kepala BPS NTT mengatakan, garis kemiskinan di NTT, disumbang oleh kelompok makanan sebesar 76,61 persen, dan 23,39 persen disumbang oleh kelompok non makanan. "Jika dibandingkan dengan angka nasional, komposisi dari komoditas makanan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional," jelasnya.
Dia juga menguraikan garis kemiskinan berdasarkan perkotaan dan pedesaan, menunjukan bahwa peningkatan garis kemiskinan di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan.
Perubahan garis kemiskinan pada Maret 2023 ke Maret 2024 di wilayah perkotaan meningkat 3,88 persen, atau Rp 614.436 menjadi Rp 638.261. Sedangkan untuk wilayah pedesaan, perubahannya lebih rendah yaitu meningkatkan 3,71 persen saja.
Beberapa komoditas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan di wilayah perkotaan, untuk komoditas makanan yaitu beras sebesar 30,78 persen, rokok kretek filter sebesar 6,79 persen, ikan kembung, ikan tongkol atau tuna cakalang, dan telur ayam RAS.
Sedangkan untuk komoditas non makanan yang memberi kontribusi terbesar yaitu perumahan sebesar 9,14 persen, bensin 1,77 persen, listrik dan pendidikan.
Matamira melanjutkan, untuk wilayah pedesaan, komoditas yang berkontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan, yaitu beras sebesar 39,23 persen, rokok kretek filter sebesar 6,22 persen, kopi bubuk dan kopi instan 2,62 persen, ikan tuna atau cakalang 2,55 persen dan gula pasir 2,45 persen.
Sementara komoditas non makanan disumbang oleh perumahan sebesar 9,14 persen, bensin 1,77 persen, kayu bakar 1,48 persen dan pendidikan sebesar 1,27 persen.
"Rata-rata satu rumah tangga miskin di NTT memiliki lima sampai enam anggota rumah tangga, atau 5,75 anggota keluarga. Interpretasi dari garis kemiskinan perkapita atau per orang, dikalikan dengan jumlah anggota rumah tangga, " jelasnya.
Jika dibandingkan dengan garis kemiskinan nasional dan provinsi lain di Indonesia, maka Provinsi NTT berasa pada posisi Provinsi keempat terbawah.
"Karena Indonesia sudah menambah beberapa provinsi lain di Papua, jika dibandingkan dengan Papua, Papua Selatan dan Papua Barat Daya, levelnya lebih rendah tingkat kemiskinannya dibanding Provinsi NTT.
"Hal ini menjadi tanggungjawab kita bersama, untuk menurunkan angka kemiskinan di NTT sesuai porsi atau tugas kita masing-masing," pungkasnya. (thi/dek)