MAHAKARYA MONTELLA

  • Bagikan
UEFA.Com TUNTASKAN DENDAM. Pelatih Turki, Vicenzo Montella merayakan kemenangan timnya bersama para Pemain, usai menumbangkan Austria dinihari kemarin

Turki Lolos ke Perempat Final Tidak dengan Kekuatan Terbaik

LEIPZIG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – Takluk dengan skor 1-6 oleh Austria dalam friendly match di Ernst Happel Stadion, Wina, pada 27 Maret lalu merupakan rekor kekalahan terburuk Turki sejak dekade 1990-an. Kekalahan yang jadiwarningbagitacticianTurki Vincenzo Montella dalam masa persiapan menghadapi Euro 2024.

Kemarin (3/7) Montella sukses membalaskan dendam atas aib di Wina seiring mengalahkan Austria 2-1 dalam babak 16 besar Euro 2024 di Leipzig Arena. Ay-Yildizar –julukan Turki– pun mengulang capaian pada Euro 2000 dengan menjadi satu di antara delapan tim terbaik. Prestasi terbaik Turki adalah semifinalis Euro 2008.

Fatih Terim, pelatih legendaris Turki sekaligus juru taktik di Euro 2008, memberi apresiasi kepada Montella yang mengubah penampilan Hakan Calhanoglu dkk dari sebuah tim yang diragukan sebelum Euro 2024 menjadi tim yang penuh potensi ketika turnamen empat tahunan di Jerman itu bergulir.

’’Sepak bola memang selalu seperti ini. Anda harus bersabar dan percaya kepada pelatih. Tetaplah berada di sampingnya, sekalipun di hari-hari terburuknya,’’ tutur Terim kepadaFanatik.

Terim menilai strategi Montella cocok dengan karakter pemain yang dimilikinya di Euro 2024. Yaitu, sekumpulan pemain muda bertalenta, punya semangat juang tinggi, dan jauh dari ego selayaknya pemain bintang.

”Tim ini menguasai bola dengan bagus dan sangat dinamis,’’ sambung Terim.

Turki sejatinya menghadapi Austria tanpa kapten sekaligus gelandang Hakan Calhanoglu dan bek tengah reguler Samet Akaydin. Keduanya menjalani akumulasi kartu. Tapi, tanpa kekuatan terbaik, Montella bisa merancang taktik yang membuat Turki bisa menang.

Salah satu perubahan paling penting adalah memainkan gelandang serang/wide attacker Arda Guler sebagai false 9. Guler yang masih 19 tahun dan berpostur 175 sentimeter itu pun seperti hanya jadi pancingan. Sebab, pemain Real Madrid tersebut malah bergerak bebas selayaknya pemain nomor 10.

Guler merupakan kreator di balik terjadinya gol kedua Merih Demiral pada menit ke-59. Enam kali umpan lambung Guler juga kerap menyulitkan pertahanan lawan.

’’Dia berlari lebih banyak dari yang sering aku saksikan. Dia melakukan sesuatu yang berbeda. Malam ini (kemarin, Red) dia bekerja lebih keras,’’ puji Montella di laman resmi UEFA.

Skema main Turki yang cair pun menyulitkan Austria mengembangkan permainan meski penguasaan bola Das Team –sebutan Austria– 61 persen. Itu karena hanya ada tiga pemain outfield Turki yang tetap di posisinya. Yakni, bek kanan Mert Muldur, Demiral, dan bek tengah Abdulkerim Bardakci. Tujuh pemain lainnya bisa berada di area yang bukan posisinya.

’’Kami butuh banyak pemain untuk memotong garis operan pemain lawan. Dengan cara seperti itu, kami bisa mengontrol bola,’’ tutur Montella.

Di perempat final, Turki bakal menghadapi Belanda yang menemukanformlini serang seiring menghajar Rumania tiga gol tanpa balas di Fussball Arena, Munchen, kemarin. Tantangan bagi Turki pun mirip seperti saat lawan Austria. Yakni, membalas kekalahan terbesar sejak 1990-an.

Belanda pernah menghajar Turki 6-1 pada kualifikasi Piala Dunia 2022 di Johan Cruijff ArenA, Amsterdam (7/9/2021).

’’Malam-malam yang hebat akan kami tunjukkan lagi (di perempat final, Red),’’ koar kapten Calhanoglu seperti dikutip dari Fotomac.(ren/c17/dns/jpg/rum/dek)

  • Bagikan