JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJARA.CO.ID– Maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, optimistis mampu mencatatkan pendapatan sekitar Rp 49 triliun pada 2024. Emiten berkode GIAA itu juga menegaskan bahwa upaya penggabungan usaha (merger) ke dalam ekosistem PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney) terus bergulir.
Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra mengatakan, kinerja maskapai pelat merah tersebut mulai membaik meski pendapatan perusahaan terbatas. Yang disebabkan jumlah armada sedikit. Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan Rp 6,7 triliun pada kuartal I 2024. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal IV 2023, tapi lebih tinggi dibandingkan kuartal II dan III 2023.
”Kalau melihat tren ini, mestinya angka di atas USD 49 triliun sebagai pendapatan lebih mudah bisa kami capai,” ujar Irfan kemarin (4/7).
Untuk mencapai target setahun ini, sambung Irfan, GIAA berencana menambah sembilan pesawat pada 2024. Tahun lalu perseroan telah menambah empat armada.
Garuda juga menerapkan berbagai program untuk meningkatkan pendapatan mereka. Salah satunya, kerja sama dengan Singapore Airlines (SQ). ”Ini kami menaruh banyak tim untuk memastikan revenue kami bisa naik,” beber Irfan.
Soal update merger, Irfan mengatakan bahwa shareholder action akan fokus dilakukan ketika ekuitas GIAA sudah kembali positif.
’’Jadi, memang sempat ada pemikiran sebaiknya Garuda bergabung ke InJourney ketika ekuitas sudah positif. Karena jika tidak, akan membebani InJourney,” tegas Irfan.
Karena itu, Kementerian BUMN sudah membentuk tim project management office (PMO) bernama inklusi industri aviasi untuk membahas inisiatif penggabungan usaha tersebut. Selain Garuda, kementerian memasukkan Citilink, Pelita Air, termasuk InJourney itu sendiri.
’’Jadi, memang hal ini masih dalam tahap pembahasan. Modelnya seperti apa, kapan, dan bagaimana Garuda masuk ke InJourney masih dibahas,” beber Irfan.
Sebelumnya, integrasi GIAA dan Pelita Air ke ekosistem InJourney diperkirakan rampung sebelum Oktober 2024. (agf/c7/dio/thi/dek)