JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – Pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Tengah menjadi sorotan. Belum adanya figur yang dominan menjadi penyebab. Situasi itu memunculkan analisis bahwa hasil pilgub Jateng akan sulit diprediksi.
Dibandingkan pilgub provinsi besar lain, Jateng belum memiliki sosok yang kuat dari sisi elektabilitas.
Di pilgub Jakarta saja, muncul mantan Gubernur DKI Anies Baswedan. Lalu, di Jawa Barat, mantan Gubernur Ridwan Kamil dinilai dominan. Termasuk di Jawa Timur, mantan Gubernur Khofifah Indar Parawansa memiliki elektabilitas lebih tinggi dibandingkan calon-calon lain.
Pengamat politik LSI Djayadi Hanan mengatakan, dibandingkan daerah lain di Jawa, Jateng saat ini terhitung paling dinamis. Bukan hanya masih minimnya partai yang menentukan pilihan, melainkan juga nyaris tidak ada figur yang kuat dan berpeluang besar menang. Faktor utama adalah tidak adanya sosok petahana di Jateng.
’’Kalau (mantan) Wagub (Taj Yasin) setengah petahana,’’ ujarnya dalam diskusi yang dihelat Indikator Politik kemarin.
Di sisi lain, ketiadaan petahana juga tidak dimanfaatkan partai untuk mendorong figur baru yang kuat. Bahkan, dari PDIP sebagai penguasa Jateng. Dia menduga, itu dipengaruhi situasi di internal PDIP yang pecah sepanjang pilpres.
’’Figur yang sekarang muncul sebenarnya banteng juga. Terutama Kaesang (Kaesang Pangarep, Red),’’ imbuhnya.
Mada Sukmajati, pakar politik Universitas Gadjah Mada, mengamini hal itu. Dibandingkan provinsi lain di Jawa, Jateng perlu perhitungan lebih.
’’Ini masih sangat dinamis. Ada banyak hal yang harus dihitung,’’ ujarnya.
Mada menjelaskan, secara sosial politik, Jateng punya karakteristik khusus dalam pemilu. Sejak Orde Baru, birokrasi sipil memiliki peran besar dalam pemilu Jateng. Maka, wajar jika Jateng selalu memiliki kerawanan dalam politisasi birokrasi. (far/c6/bay/jpg/rum/dek)