Dampak Kebakaran Lahan dan Hutan bagi Kesehatan
Musim kemarau memang identik dengan kekurangan air bersih serta kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Dampaknya bukan saja mengancam lingkungan tapi juga kesehatan manusia.
IMRAN LIARIAN, Kupang_
BELAKANGAN ini, kebakaran lahan kering memang menjadi momok setiap tahunnya di wilayah Kota Kupang. Pihak yang dibuat kelimpungan yakni Dinas Pemdam Kebakaran (Disdamkar) Kota Kupang karena harus memadamkan kobaran api.
Karena itu, upaya pencegahan harus dilakukan sehingga kebakaran jangan sampai terjadi. Sebab, bisa berdampak buruk bagi lingkungan dan bahkan kesehatan manusia.
"Kami imbau warga jangan membakar lahan sembarangan," kata Analisis Kebakaran Ahli Muda, Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kupang, Polce Ndolu.
Imbauan serupa juga dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi El Tari Kupang. Masyarakat diminta untuk tidak membakar lahan karna asap dari pembakaran akan berdampak besar bagi masyarakat seperti gangguan pernapasan (ISPA).
Selain itu, akan berpengaruh terhadap jarak pandang bagi pengguna transportasi.
"Waspadai potensi angin kencang yang sifatnya kering di musim kemarau yang berpotensi menyebabkan meluasnya kebakaran hutan dan lahan di wilayah NTT," jelas Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, Sti Nenot'ek, Minggu (7/7).
Dijelaskan, wilayah yang berpotensi dilanda angin kencang sejak tanggal 7-9 Juli yaitu Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Sabu Raijua dan sebagian Pulau Sumba.
Secara umum sebagian besar wilayah NTT telah memasuki Musim Kemarau. Pertumbuhan awan mulai menurun dan angin Monsoon Timur sudah mulai aktif.
"Waspada sebaran debu vulkanik dari Gunung Lewotobi yang terdeteksi bergerak ke arah Barat Daya hingga Barat Laut," pungkasnya. (gat/dek)