Jangan Anggap Remeh Masalah Kesehatan Jiwa

  • Bagikan
IMRAN LIARIAN/TIMEX PENJELASAN. Tampak dr. Shinta Widari (kanan) sementara menjelaskan mengenai kesehatan jiwa dalam kegiatan Webinar Kesehatan Jiwa di Klinik Utama Jiwa DMH, Rabu (10/7).

Dari Kegiatan Webinar Kesehatan Jiwa yang Digelar Klinik Utama Jiwa Dewanta Mental Healthcare

Kesehatan fisik harus diimbangi dengan kesehatan mental atau jiwa yang bagus. Tujuannya agar hidup bisa menjadi lebih damai dan tenang.

IMRAN LIARIAN, Kupang_

MASALAH kesehatan jiwa atau mental ini adalah salah satu permasalahan yang serius yang harus menjadi atensi bersama. Sejauh ini, kesadaran masyarakat terkait masalah kesehatan mental atau jiwa belum begitu baik.

Padahal, kesehatan mental atau jiwa perlu ditangani secara serius. Apalagi, masalah mental saat ini ini belum merata dilakukan dengan baik dan masih dianggap enteng. Bahkan, Pemerintah Daerah juga belum peduli terkait masalah kesehatan mental atau jiwa masyarakatnya.

Masalah kesehatan jiwa harus dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan jangan anggap remeh. Jika ada perubahan sikap seseorang yang awalnya periang menjadi pendiam, suka melamun maka harus segera didekati dan berikan perhatian sehingga tidak mengambil jalan pintas dengan bunuh diri.

"Kalau ada tanda-tanda dan gejala untuk melakukan bunuh diri maka segera berikan perhatian," tegas dr. Shinta Widari, selaku dokter spesialis kejiwaan, saat menjadi narasumber kegiatan Webinar Kesehatan Jiwa di Klinik Utama Jiwa Dewanta Mental Healthcare (DMH), Rabu (10/7).

Menurut dr. Shinta, saat membawakan materi webinar dengan judul 'Mengapa Harus Bunuh Diri' menjelaskan bahwa depresi yang berlebihan itu sebabkan halusinasi dan berdampak pada percobaan bunuh diri.

Seseorang yang pernah mengalami tindakan bunuh diri itu maka segera memberikan perhatian. Karena keinginan untuk bunuh diri sangat tinggi.

"Jangan anggap remeh ini," ujarnya.

Karena itu, kata dr. Shinta, yang harus dilakukan harus adalah kolaborasi. Misalnya, pihak keluarga mendampingi dan mendengar keluhannya serta memberikan motivasi. Bahkan bisa membawa untuk pergi ke psikiater atau klinik jiwa.

"Prinsipnya kita berkolaborasi untuk bisa menyelesaikan masalah," ungkapnya.

dr. Shinta berpesan agar jangan dibiarkan ketika orang yang diperhadapkan dengan masalah, tapi berikan bimbingan dengan baik sehingga tidak mengalami depresi.

Ditegaskan, bunuh diri itu sebenarnya sudah direncanakan oleh orang itu sendiri. Dia merencanakan.

"Tidak serta merta orang langsung bunuh diri, oh nggak (tidak)," ujarnya.

Ketika ada ungkapan "Saya sudah tidak sanggup lagi. Saya sudah tidak berguna" kata-kata ini ketika diucapkan adalah gejala-gejalanya maka pihak keluarga, kerabat ataupun teman harus peka karena itu adalah sinyal orang ingin akhiri hidup.

"Jangan dianggap biasa-biasa saja. Sebenarnya kita harus empati kepadanya dan berikan perhatian. Kadang orang-orang tidak tahu itu," sebut dr. Shinta.

Selain itu, ada juga orang yang sudah ancam untuk bunuh diri tapi belum melakukannya. Seharusnya segera mendampinginya dan memberikan perhatian. Wajib meluangkan waktu untuknya.

"Bunuh diri adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dan direncanakan karena dia merasa tidak ada orang yang mau peduli dan membantunya," tegas dr. Shinta.

Dalam webinar tersebut, ada yang mengikuti secara online dan offline.

Pada kesempatan itu, Ny. Oktaviani menanyakan bahwa jika ada anggota yang membuat depresi lalu solusinya bagaimana? dr. Shinta menjawab bahwa perlu diajak untuk komunikasi karena ada perubahan perilaku.

Apabila anggota keluarga ini sudah menyebabkan alami depresi maka keluarga yang lain yang disegani untuk membangun komunikasi yang baik sehingga bisa mengetahui akar permasalahannya.

"Saran saya untuk berkomunikasi dengan keluarga yang lain maka dari komunikasi itu bisa tahu masalah yang dihadapi," jelas dr. Shinta.

Sementara penanggung jawab Klinik Utama Jiwa DMH, dr. I Made Kawiana, menjelaskan bahwa dalam kegiatan Webinar ini menghadirkan lima pembicara merupakan dokter spesialis kejiwaan Klinik Utama Jiwa DMH.

Selain dr. Shinta Widari, ada juga dr. I Gede V. Hardika, dr. Niniek Wadiandriany, dr. Qurrota Aini, dan dr. Raymond J.M. Natanael.

"Webinar kesehatan jiwa ini menyongsong HUT ke-5 Klinik DMH pada tanggal 16 Juli 2024," ungkapnya.

Kegiatan yang sudah digelar yaitu donor darah, bakti sosial kesehatan jiwa yang akan digelar di arena Care Free Day (CFD). (gat/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version