Diduga Berasal dari Bangladesh dan Myanmar
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Sebanyak 44 orang warga negara asing (WNA) berjenis kelamin laki-laki dewasa kini ditampung di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kupang. Ke-44 orang WNA itu diduga berasal dari Bangladesh dan Myanmar.
"Kami sudah terima 44 WNA ini dari Polres Rote Ndao," kata Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Kupang, Nanang Mustofa, Kamis (11/7).
Dikatakan Nanang Mustofa, dari ke-44 orang WNA itu, satu diantaranya mengalami luka ringan (keseleo) karena lompat dari atas kapal. Kendati demikian, semua WNA itu kondisinya kini dalam keadaan sehat.
"Ke-44 orang WNA ini tak memiliki dokumen apapun," ujarnya.
Berdasarkan pemeriksaan awal, kata Nanang, diduga 39 WNA berasal dari Bangladesh.
"Kita belum tahu sebenarnya warga negara apa karena tidak ada dokumen apapun," ungkapnya.
Selain itu, 5 orang WNA lainnya mengaku warga negara Myanmar.
"Kita dari Kantor Imigrasi akan periksa satu persatu WNA ini," tandasnya.
Jika benar para WNA ini merupakan warga Negara Bangladesh dan Myanmar maka pihaknya akan melaporkan kepada kedutaan besar Bangladesh dan Myanmar yang ada di Indonesia.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, para WNA ini berangkat dari wilayah Selatan Jawa Barat menuju ke Australia.
"Sampai di perbatasan Australia mereka ditangkap dan ditahan selama 18 hari di Australia," jelasnya.
Setelah itu, kata Nanang, para WNA ini diberikan fasilitas kapal oleh Negara Australia untuk pulang kembali. Mereka (WNA) itu kemudian terdampar di Pulau Rote.
"Mereka ke Australia untuk mencari kehidupan yang layak," pungkasnya.
Terpantau, ke-44 orang WNA ini dibawa dari Rote Ndao menggunakan Kapal Fery dan dikawal ketat kepolisian Polres Rote Ndao. Setibanya di Pelabuhan Bolok, ke-44 WNA ini kemudian diserahkan ke pihak Imigrasi Kupang lalu dibawa ke Rudenim Kupang menggunakan mobil truk milik TNI AL Lantamal VII Kupang.
Setibanya di Rudenim Kupang, Kepala Kantor Imigrasi Kupang Nanang Mustofa, langsung berkomunikasi dengan para WNA itu dengan bahasa Inggris. Saat ini, para WNA tersebut masih ditampung di Rudenim Kupang. (r1/gat/dek)