Pesilat NTT Tolak Pelatih Yang di Tetapkan KONI dan IPSI NTT

  • Bagikan
RUDI MANDALLING/TIMEX TOLAK PELATIH. Tujuh Atlet Silat NTT yang akan berlaga di PON XXI saat berdialog dengan Kabid Organisasi KONI NTT, Alfridus Bria Seran, Selasa (16/7) kemarin.

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Tujuh atlet NTT dari Cabang Olahraga pencak Silat yang akan berlaga di PON XXI/2024 Aceh-Sumut, menolak pelatih yang ditunjuk KONI NTT dan IPSI NTT.

Penolakan tersebut disampaikan tujuh pesilat NTT yang akan berlaga di PON XXI/2024 Aceh-Sumut, diantaranya Jeni Kause, Ronaldo Neno, Andini, Rendi, Kholik Aklis dan Muhammad Zikri saat mendatangi KONI NTT, dan di terima Kabid Organisasi KONI NTT, Alfridus Bria Seran, Selasa (16/7) kemarin.

KONI NTT yang diwakili Sekum KONI, Lambert Tukan Jumat pekan lalu menggelar pertemuan dengan Ketua Pengprov IPSI NTT di sekretariat KONI NTT, yang dihadiri Sekretaris Dispora NTT, Karel Muskanan.
Dalam pertemuan tersebut, KONI dan IPSI NTT menyepakati, pelatih yang akan mendampingi para pesilat NTT yang akan berlaga di PON nanti, yakni Bobby Boimau dan Syahri Mubarok, serta Aleks Panggo, tanpa melibatkan para atlet.

Jeni Kause dan Ronaldo Neno dalam pertemuan dengan Kabir Organisasi, menyatakan keberatannya dilatih oleh Syahril dan juga Alex, apalagi penunjukan pelatih tersebut tidak melibatkan para atlet.

"Kemarin kami diinformasikan Sekum KONI, Lambert Tukan bahwa pelatih yang akan menangani Pesilat NTT menuju PON ada tiga pelatih, yakni Bobi, Syahrir dan Alex," kata Jeni.

Selama ini lanjut Jeni, yang menangani dan mendampingi mereka dalam latihan adalah adalah Bobby Boimau dan Junaidin Aklis, sedangkan Syahrir dan Alex tidak pernah terlibat dalam pelatihan sejak Januari 2024.

Perubahan ini terjadi setelah Pengprov IPSI NTT menggelar rapat dengan KONI NTT, dengan alasan bahwa Junaidin tidak memiliki Lisensi pelatih.

"Di PON 202O lalu, Junaidin ikut mendampingi para atlet dan tidak ditanya lisensi, dan atlet yang lolos PON juga berasal dari tiga perguruan," kata Jeni.

Dari tujuh pesilat NTT yang lolos ke PON, 4 diantaranya merupakan berasal dari Perguruan Perisai Diri (PD), dua dari kipas Cendana dan satu orang dari Tapak suci 1.

"Kalau memang harus menganti pelatih, maka harusnya menunjuk satu pelatih dari PD, karena
ada 4 atlet PD yang berlaga di PON," ungkap Jeni.

Bobbi maupun Junaidin yang selama ini melatih para talet, merupakan pelatih dari Kipas Cendana, sehingga jika mau mengganti pelatih, harusnya ditambah pelatih dari PD.

"Selama ini yang melatih kami adalah Bobbi dan Junaidin. Jika memang mau menganti Junaidin dan menambah pelatih, maka harusnya diambil dari PD yakni Mad Badu," Kata jeni yang diaminkan para atlet.

Syahri Mubarok merupakan pelatih Pencak Silat PPLP. Dan bersama Aleks Panggo selama ini tidak pernah terlibat mendampingi atlet PON dalam latihan.

"Alex Panggo sejak bulan Januari tidak pernah muncul atau datang melihat latihan atlet PON. Sedangkan Syahrin merupakan pelatih PPLP. Dan selama ini yang melatih kami, adalah Bobbi Boimau dan Junaidin Aklis," ungkap Jeani.

"Jika mau menganti pelatih, harusnya Mad Badu yang masuk, karena ada empat atlet PD dan juga Mad Badu rutin mengikuti latihan kami," imbuhnya.

Menanggapi keberatan para atlet silat tersebut, Alfridus Bria Seran dalam kesempatan tersebut mengatakan, aspirasi yang disampaikan para atlet akan ditampung dan dibahas dalam rapat internal KONI untuk diputuskan.

Bahkan Afridus dalam kesempatan tersebut langsung menghubungi Kadispora NTT, George Hadjoh selaku ketua satgas PON untuk menyampaikan keluhan para atlet tersebut.

"Aspirasi ini tentu jadi pertimbangan, tapi kalian jangan sampai Jangan terbebani dengan persoalan ini," kat Alfridus.

Afridus meminta para atlet untuk fokus berlatih menghadapi PON, dan aspirasi para atlet tetap akan di perhatikan dan akan dibicarakan lebih lanjut dalam Rapat KONI.

"Faktor non teknis seperti ini harus di selesaikan supaya tidak melemahkan tim. Dan atlet juga harus sportif untuk update diri jadi terbaik.

"ingatnya masih menurut Afridus, masih ada range waktu 1 bulan untuk menuntaskan masalah ini, tetapi para atlet dimintanya jangan terpengaruh dengan persoalan ini, yang akan menggangu psikologis atlet.

"Namanya aspirasi bisa diterima bisa tidak. Saya minta apapun hasilnya nanti harus di hormati, jika kondisi tidak sesuai yang diinginkan," ingatnya.(rum/dek)

  • Bagikan