Muhardjir Tinjau Contoh Penerapannya di Brasil
SOLO, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – Sayurnya tak dimakan. ”Kepedesan, dia tidak terbiasa,” kata Lestari, menirukan ucapan anaknya yang duduk di kelas I SDN Jebres, Solo, yang kemarin mengikuti uji coba makan siang gratis.
Buah, lanjut Lestari, kepada Jawa Pos Radar Solo (grup Timex), juga tak dimakan. Padahal, di rumah, sang anak biasanya doyan buah, terutama yang dingin.
”Tapi, secara keseluruhan (makan siang gratis) ini bagus,” katanya.
Uji coba makan siang gratis rangkaian dari uji coba makan siang bergizi, program pemerintahan presiden serta wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Seperti disampaikan Gibran dalam uji coba sebelumnya di Kabupaten Bogor, uji coba serupa bakal terus dihelat sampai Oktober.
Kepala SDN Tugu Jebres Nuning Harmini menjelaskan, pihak sekolah memesan 240 paket makanan dengan jumlah siswa mencapai 213 siswa.
”Sesuai jumlah siswa, yaitu 213 paket. Tapi, kami memesan lebih, sekitar 240 paket,” ujar Nuning kepada awak media.
Nuning menambahkan, menu yang disajikan telah memenuhi kadar empat sehat lima sempurna. ”Ada nasi, sayur, lauk, buah dan juga susu,’’ imbuhnya.
Nuning menyebut, pihaknya hanya memesan paket makanan dari beberapa rumah makan di sekitar sekolah. Pihaknya tidak mengetahui anggaran atau biaya yang diperlukan dalam pengadaan makan bergizi bagi siswa tersebut.
”Kami hanya menerima ya dan kami yang order jumlahnya sekian,’’ ucap dia.
Program uji coba makan siang itu akan berlangsung selama 12 hari, mulai Senin sampai Jumat. Nuning membenarkan bahwa sekolah yang dipimpinnya menjadi salah satu tempat uji coba program makan siang gratis sesuai pertimbangan Dinas Pendidikan Kota Solo dalam memilih tiga lokasi SD negeri. Yakni, terdapat banyak siswa afirmasi atau yang termasuk dalam keluarga miskin.
”Kebetulan, lingkungan kami termasuk ekonomi menengah ke bawah. Harapannya, untuk perbaikan gizi anak-anak sekaligus mengedukasi anak-anak juga orang tua bahwa dia seharusnya makan layak itu seperti ini,’’ paparnya.
Lestari biasanya memberikan bekal anaknya berupa nasi goreng, telur, sosis, ataupun ayam. ”Kalau ada program makan siang gratis begini, paling tidak bisa menghemat Rp 10 ribu,” katanya.
Contoh dari Negeri Samba
Pada kesempatan berbeda, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengunjungi dua lokasi makan siang gratis di Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (23/7) siang waktu setempat. Kunjungan dilakukan sebelum kegiatan pokok mewakili Indonesia dalam Ministerial Meeting G20: Task Force for a Global Alliance against Hunger and Poverty yang dihelat di bekas ibu kota negeri Samba tersebut, Rabu (24/7).
Dua lokasi itu diketahui dikelola oleh dua lembaga yang berbeda. Masing-masing Colegio Estadual Souza Aguiar (SMA Souza Aguiar) dan Restaurante do Povo (Restoran Rakyat) Herbert de Souza.
Menurut Muhadjir, kebijakan itu merupakan salah satu contoh dari upaya pemerintah Brasil dalam memerangi kemiskinan dan melawan kelaparan. ”Ini saya kira contoh yang sangat bagus,” ujarnya, kemarin.
Dalam kunjungan ke Colegio Estadual Souza Aguiar, Muhadjir disambut langsung oleh Kepala Sekolah Andrea Montalvao dan para siswa. Dia kemudian berdialog dengan mereka sebelum akhirnya meninjau dapur dan ruang kelas di sekolah tiga lantai tersebut.
Di papan pengumuman dekat dapur sekolah, tertulis maklumat transparansi biaya makan gratis tersebut yang berasal dari anggaran pemerintah pusat dan negara bagian. Dalam perbincangan dengan para siswa, Muhadjir juga bertanya soal makanan yang disediakan oleh dapur sekolah.
Mereka kompak mengatakan bahwa setiap hari mereka mendapat makanan bervariasi dengan menu pokok nasi, telur, daging, sayuran serta buah-buahan.
”Mereka juga mengaku, makanan gratis itu sangat membantu karena jam sekolah siswa di sana sekitar enam jam,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga berbincang dengan koki sekolah, Rosa, di dapur sekolah. Di dapur berukuran sekitar 4x4 meter itu, alat-alatnya sederhana seperti dapur kebanyakan. Namun, kebersihan sangat dijaga.
Untuk diketahui, program makanan untuk sekolah ”the Campanha de Merenda Escolar” di Brasil sudah berlangsung sejak 1955. Awalnya, program itu diselenggarakan untuk memerangi kelaparan dan malanutrisi di kalangan anak-anak. Sebelum kemudian berkembang menjadi peningkatan gizi. (zia/mia/c6/ttg/jpg/ays/dek)