Bicara Pembangunan Berbasis Budaya Bersama NU
KUPANG,TIMEX.FAJAR.CO.ID- Pagi menjelang siang, Senin 29 Juli 2024, Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema mendarat di Bandar Udara Internasional Komodo, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tujuan politisi muda putra asli NTT ini datang ke Labuan Bajo adalah untuk melakukan safari politik di Kabupaten Manggarai Barat setelah mendapat tugas sebagai bakal calon Gubernur NTT dari Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDIP).
Sesampainya di Bandara Komodo, Ansy Lema disambut meriah ratusan kader PDIP, relawan, dan juga simpatisan. Penyambutan juga berlangsung khidmat karena diiringi ritual adat penyambutan tamu kehormatan khas Manggarai.
Dari Bandara, Ansy Lema yang didampingi istri tercinta Maria Immaculata Inge Nioty dan rombongan segera bergeser menuju Kantor Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Manggarai Barat untuk melakukan konsolidasi internal.
Di tengah perjalanan, Ansy Lema melihat tiga mama-mama yang sedang berdiri di pinggir jalan, tampak seperti hendak menyeberang jalan. Dia pun meminta sopir mobil yang dikendarainya untuk berhenti sebentar.
Seketika pria kelahiran Kota Kupang yang akrab disapa Kaka Ansy ini turun dari mobil untuk menyapa mama-mama tersebut. Tampak tanpa ragu-ragu mama-mama itu langsung memeluk Kaka Ansy. Hangat dan haru terpancar di sana.
Percakapan selanjutnya menjelaskan mengapa salah satu mama tampak begitu kuat memeluk Ansy Lema. Lebih haru.
"Di'a dite bae lami," kata mama itu menggunakan bahasa Manggarai. Ternyata mama itu tidak bisa berbahasa Indonesia.
Apa yang diucapkannya itu berarti "kebaikanmu kami sudah tahu."
Ansy Lema tampak bingung sejenak. Tapi mama itu tetap melanjutkan perkataannya. Seorang pria mendekat berinisitif menjadi penerjemah.
"Karena Bapak Ansy Lema pernah membantu menyumbang petani,"kata sang penerjemah.
"O, sudah, sudah terima? Jadi saya sudah bantu Mama e? Combine [harvester] e, buat panen?" kata Ansy.
"Iyo," jawab sang mama sambil menganggukkan kepala.
"Baik alatnya?" tanya Ansy lagi.
Mama itu kembali mengganggukkan kepala. Kini Kaka Ansy tak lagi bingung. Dia paham kenapa mama itu memeluknya begitu kuat tadi, begitu haru. Dia terjemahkan itu sebagai ganti ucapan terima kasih.
Tak lama berselang, datang lagi dua mama-mama berjilbab menghampiri.
"Semoga sukses. Semoga sukses!" doa salah satu mama berjilbab itu sambil menyalami Kaka Ansy.
"Mohon doa, dukungan, ya," timpal putra NTT berdarah campuran Ende (Flores) dan Belu (Timor) itu.
Combine harvester merupakan alat pemanen padi yang mampu menggabungkan kegiatan pemotongan, pengangkutan, perontokkan, pembersihan, sortasi, dan pengantongan dalam satu proses kegiatan yang terkontrol.
Waktu aktif di Komisi IV DPR RI, Ansy Lema memang kerap membantu menyalurkan alat-alat bantu pertanian, seperti traktor dan combine.
Bantuan itu disalurkan langsung ke sasaran,tanpa embel-embel, tanpa biaya apapun, apalagi prosedur yang menyulitkan. Hal inilah yang membuat banyak petani, juga peternak dan nelayan, begitu terkesan dengan bantuan yang disalurkan Kaka Ansy.
Lebih-lebih bantuan itu tidak hanya diberikan kepada konstituennya di daerah pemilihan (Dapil) NTT II. Masayarakat di Dapil NTT I pun turut merasakannya, contohnya di Labuan Bajo tersebut. Kaka Ansy sendiri sering menyebut itu sebagai bukti kecintaannya kepada rakyat NTT.
Bicara Pembangunan Berbasis Budaya Bersama NU
Cagub Ansy Lema menyadari betul bahwa membangun NTT, salah satunya Kabupaten Manggarai Barat, butuh sinergi dan gotong-royong berbagai kelompok. Oleh karena itu saat melakukan safari politik di kabupaten paling barat Pulau Flores ini, Ansy Lema tak mau menyia-nyiakan kesempatan bertemu tokoh agama setempat.
Pada kesempatan ini, Ansy Lema menyempatkan diri bersilaturahmi dengan pimpinan cabang Nahdlatul Ulama (NU) Manggarai Barat Haji Ishak Jabi, disusul kemudian dengan Pastor Vikep Labuan Bajo, Romo Rikar Mangu.
"Bicara Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, suatu daerah yang sangat beragam, plural, milik semua. Dan membangun NTT, Manggarai Barat, butuh sinergi dan gotong-royong berbagai kelompok," ungkap politisi muda kelahiran Kota Kupang ini.
Ansy Lema adalah putra asli NTT penganut Katolik taat yang dibesarkan di lingkungan pendidikan milik Societas Verbi Divini (SVD/Serikat Sabda Allah), SMP Seminari Pius XII Kisol, SMA Seminari Pius XII Kisol, dan kemudian dilanjutkan ke SMA Katolik Syuradikara.
Menurutnya semangat komunitas gereja Katolik yang telah menjalankan fungsi edukasi, memberdayakan ekonomi masyarakat, meperhatikan kelompok marjinal, dan selalu terbuka menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, sejalan dengan semangat membela Wong Cilik atau kaum Marhaen yang digaungkan PDI Perjuangan.
Sementara, Ansy menilai, NU merupakan organisasi keagamaan yang punya komitmen kuat dalam menjaga kebinekaan dan keberagaman di Indonesia, termasuk NTT. Hal ini juga sejalan dengan PDI Perjuangan.
Ansy mengungkap bahkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri pernah membela NU dan Muhammadiyah agar masuk nominasi Zayed Award for Human Fraternity (ZAHF) 2024.
"Itu senapas dengan semangat saya pribadi dan juga sebagai kader PDI Perjuangan. NU adalah sebuah entitas masyarakat yang harus kita ajak untuk bersama membangun NTT. Kita butuh sinergi gotong-royong dari semua pihak. Ansy Lema cocok dengan NU dan gereja Katolik," kata pria berdarah campuran Ende (Flores) dan Belu (Timor) ini.
Terkait pembangungan, Ansy memberi contoh, salah satunya adalah pengembangan kawasan konservasi Taman Nasional Komodo yang menjadi ikon pariwisata Labuan Bajo.
Ansy Lema ingin pengembangan kawasan tersebut harus berbasis budaya, tidak mengesampingkan masyarakat lokal. Dia meyakini NU dan Gereja Katolik berkomitmen untuk itu. Apalagi pimpinan umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, pernah menekankan prinsip-prinsip teologi tentang tanggung jawab lingkungan yang harus dilakukan untuk mengatasi krisis ekologi.
"Paus bilang dosa ekologis kita sudah terlalu banyak, ini saatnya kita melakukan pertobatan ekologis untuk membangun sebuah kesalehan ekologis. NU juga punya komitmen cukup kuat untuk itu, banyak jamaah NU yang berada di sekitar Taman Nasional Komodo," kata Ansy.
Selain bertemu pimpinan NU Manggarai Barat dan Vikep Labuan Bajo, Ansy Lema juga mengunjungi Seminari St Yohanes Paulus II Labuan Bajo dan kemudian menghadiri forum dialog dengan Paguyuban Flobamorata di Labuan Bajo.
"Bicara pariwisata Labuan Bajo itu basisnya komunitas, basisnya kultural. Itu identitas kita dan tidak boleh ditinggalkan dua hal ini," tegas Ansy Lema.
Gayung bersambut, Ketua Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Manggarai Barat Haji Ishak Jabi mengaku sudah mengetahui perjuangan Ansy Lema yang disapanya dengan panggilan akrab Kaka Ansy saat menjadi anggota Komisi IV DPR RI.
"Sungguh luar biasa perjuangan Kaka Ansy [terkait] konservasi di Senayan. [Tak ragu] tanya Ibu Menteri keberpihakan pada siapa. Berdiri membela masyarakat adat," ungkap Haji Ishak.
Segendang sepenarian, Ketua Muslimat Nahlatul Ulama Manggarai Barat Hajah Nurma Ahmad juga mengakui kerja nyata Kaka Ansy untuk rakyat NTT selama ini.
Oleh karena itu Hajah Nurma Ahmad terang-terangan mengatakan siap memenangkan Ansy Lema di Manggarai Barat, yang dianggapnya telah membuktikan keberpihakannya kepada masyarakat petani, peternak, dan nelayan.
"Sebelum Pak Ansy di sini, kami sudah tahu siapa itu Ansy Lema dan rekam perjuangannya. Kami Muslimat NU siap menangkan Pak Ansy," tegasnya tanpa tedeng aling-aling.(*/yl)