Ritual Adat Marapu Awali Penebangan dan Penggilingan Tebu PT MSM

  • Bagikan
Managing Direktur PT Muria Sumba Manis Budi Hediana, ketika memberikan sambutan pada acara syukuran tebang dan giling perdana tebu di kawasan pabrik gula dan perkebunan di Desa Wanga, Sumba Timur. IST

WAINGAPU, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- PT. Muria Sumba Manis (MSM), sebuah perusahaan yang mengelola perkebunan tebu di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat menghargai kearifan local setempat. Betapa tidak, sebelum melakukan kegiatan panen dan penggiligan hasil perkebunan, terlebih dahulu melakukan ritual adat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat yakni Marapu.

Seperti yang terjadi pada Rabu (31/7), perusahaan terbesar di Pulau Sumba itu melakukan panen tebu sekaligus melakukan penggilingan hasil panen untuk diolah menjadi gula. Namun sebelum panen dilakukan, pada tanggal 24 Juli 2024 lalu digelar ritual hamayang atau doa adat yang di perkebunan tebu yang dilakukan oleh tua adat setempat.

Managing Direktur PT. MSM Budi Hediana dalam sambutannya mengawali panen tebu, Rabu (31/7) mengakui akan pentingnya menghargai adat setempat dan menjalin kerjasama dan kolaborasi sebagai bentuk penghargaan tehadap Masyarakat adat setempat. Hal itulah yang mendasari sehingga sebelum melakukan syukuran atau selamatan tebang dan giling tebu terlebih dahulu dilakukan ritual adat sesuai tradisi dan kepercayaan Marapu.

“Kalau di tempat lain ada istilah manten tebu. Dan kita sudah lakukan proses hamayang pada tanggal 24 Juli 2024 lalu yang dihadiri para tua adat atau Wunang Hamayang. Kita hadirkan mereka di perkebunan ini,” Budi Hediana yang saat itu didampingi Endro Endarto selaku Deputi Managing Direktur PT MSM.

Berdasarkan penglihatan atau penerawangan para tua adat dalam ritual Hamayang berdasarkan kepercayaan Marapu tersebut, lanjut Budi, unsur hewan dan telur ayam yang dipersembahkan disimpulkan bahwa pekerjaan tahun ini sudah berjalan dengan baik termasuk hasil panen yang baik dan menjanjikan.

“Ini hasil penerawangan para tua adat yang disimbolkan dengan unsur hewan dan telur ayam,” ujarnya seraya menambahkan ritual adat tersebut dihadiri para tokoh masyarakat, perwakilan pemilik lahan, pengurus koperasi, perwakilan masyarakat Desa Wanga dan karyawan PT MSM.

Pada bagian lainnya, Budi Hediana menjelaskan, panen tebu di perkebunan milik PT MSM dilakukan mengingat musim panennya telah tiba sehingga batang tebu tersebut harus segera ditebang dan selanjutnya digiling guna proses lanjutan hingga nantinya menjadi gula pasir.

Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan panen komersial yang kedua kalinya dan diharapkan hasilnya sesuai dengan harapan dan bahkan lebih baik dari tahun 2023 lalu.

“Semuanya berproses dengan baik karena ada keterlibatan banyak pihak termasuk masyarakat di sekitar perkebunan. Terima kasih pada semua stake holder, karyawan serta vendor. Tentunya pula seluruh masyarakat Sumba Timur khususnya di sekitar yang selalu memberikan dukungan bahkan memberikan masukan juga kritik membangun demi suksesnya operasional perusahaan untuk berupaya menjadikan Indonesia swasembada gula,” demikian Budii.

PT MSM merupakan perusahaan yang fokus pada pengembangkan industri perkebunan tebu dan pabrik gula. Sejak kehadirannya di Sumba Timur, perusahaan ini berupaya mengedepankan spirit Grow in Harmony.

“Brand dan tagline ini mempunyai tujuan yang diharapkan bisa lebih mengenalkan dan mengangkat citra daerah Sumba ke Indonesia terkhususnya dalam upaya mendukung pemerintah dalam swasembada gula pasir,” pungkas Budi Hediana.(*/yl)

  • Bagikan