Semester I 2024, Realisasi Investasi Rp 829,9 T

  • Bagikan
MUHAMAD ALI/JAWA POS PROSPEK TUMBUH: Gedung perkantoran di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Perumahan, kawasan industri, dan perkantoran termasuk lima besar industri dengan realisasi investasi tertinggi senilai Rp 62,9 triliun.

Survei Global DBS: Pembangunan Infrastruktur Kerek Kepercayaan Investor

JAKARTA,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan, realisasi investasi masih mencatatkan pertumbuhan. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebutkan, sepanjang semester I 2024, nilai penanaman modal tercatat Rp 829,9 triliun. Capaian itu meningkat 22,3 persen year-on-year (YoY).

"Kita sudah mencapai target 50,3 persen. Jadi, kalau siapa (menteri selanjutnya) yang jadi penerus saya ke depan, dia tinggal cari 49,7 persen," ujarnya pada konferensi pers di Jakarta kemarin (29/7).

Dari jumlah tersebut, penanaman modal asing (PMA) tercatat Rp 421,7 triliun (naik 16,1 persen YoY). Sementara, penanaman modal dalam negeri (PMDN) tercatat Rp 408,2 triliun (naik 29,4 persen YoY).

Bahlil memerinci, investasi di Pulau Jawa mencapai Rp 412,7 triliun, sedangkan di luar Pulau Jawa Rp 416,2 triliun.

"Ini harus kita pacu lagi, terutama tol-tol di Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, dan Jogjakarta. Itu cukup berdampak luar biasa terhadap investor karena cost logistic-nya jauh lebih murah. Misalnya, di Batang ada 18 perusahaan yang masuk karena kawasan industrinya hanya 300-an meter dari tol," jelasnya.

Lima besar subsektor realisasi (PMA dan PMDN) sepanjang semester I adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya (Rp 122,2 triliun); transportasi, gudang, dan telekomunikasi (Rp 89,2 triliun); pertambangan (Rp 87,9 triliun); perumahan, kawasan industri, dan perkantoran (Rp 62,9 triliun); serta jasa lainnya (Rp 59,5 triliun).

Sementara itu, kepercayaan investor asing terhadap Indonesia meningkat. Seiring dengan potensi perdagangan dan penciptaan nilai baru akibat teknologi digital. Didorong permintaan pada model-model bisnis yang berkelanjutan serta pergeseran keseimbangan kekuatan ekonomi di negara-negara berkembang akibat era globalisasi.

Hasil survei global DBS Financial Times Longitude menunjukkan, prioritas strategis utama bagi bisnis di Indonesia dalam dua tahun ke depan adalah meningkatkan produktivitas dan kinerja operasional serta kepuasan dan retensi pelanggan.

Mengingat, RI memiliki sumber daya alam yang melimpah dan telah mengalami pertumbuhan yang stabil di sektor logam, pertambangan, dan manufaktur yang mendukung permintaan industri kendaraan listrik (EV).

Investasi infrastruktur yang gencar dilakukan telah meningkatkan kepercayaan investor terhadap negara ini, kata Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie kemarin (29/7).

Diversifikasi bisnis, lanjut dia, menjadi tujuan utama investor asing. Terutama berfokus untuk membangun pertumbuhan bisnis di Asia dan mendapatkan keahlian maupun talenta baru.

Selain itu, kepercayaan pemodal dari luar negeri berdasar fundamental ekonomi yang kuat dan prospek pertumbuhan yang menjanjikan.

Sebanyak 73 persen menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan prioritas. Survei melibatkan 570 eksekutif dari 15 pasar di Asia-Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara, paparnya.

Meski demikian, bisnis-bisnis di RI menghadapi berbagai hambatan. Khususnya terhadap modal dan pembiayaan. Ditambah ketidakpastian geopolitik dan volatilitas ekonomi global yang cenderung lesu. (dee/han/c14/dio/thi/dek)

  • Bagikan