Sebanyak 73 PMI NTT Meninggal di Luar Negeri

  • Bagikan
IST JENAZAH. Pihak BP3MI NTT kembali menerima jenazah PMI yang tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang, Kamis (8/8).

Sembilan PMI Nonprosedural Tenggelam di Selat Malaka

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang meninggal di luar negeri hingga saat ini terus bertambah. Pasalnya, Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) NTT kembali menerima dua jenazah PMI yang tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang, Kamis (8/8).

Sebelumnya, pada Jumat (9/8) ada satu jenazah lagi yang tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang dan sudah difasilitasi pemulangan jenazah tersebut ke kampung halamannya oleh BP3MI NTT.

"Jumlah PMI asal NTT yang meninggal di luar negeri hingga saat ini terus bertambah menjadi 73 orang," kata Kepala BP3MI NTT, Suratmi Hamida.

Dari total jenazah PMI yang meninggal dunia di luar negeri itu, sebanyak 71 jenzah yang dipulangkan ke daerah asal untuk dimakamkan. Sedangkan 2 jenazah PMI terpaksa dimakamkan di luar negeri.

Suratmi mengaku bahwa ada dua jenazah PMI yang tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang pada Kamis (8/8). Jenazah pertama atas nama Rensisius Usatnesi, 39, berasal dari Desa Oekopa Kecamatan Biboki Tanpah, Kabupaten TTU.

"Jadi, Rensisius Usatnesi berangkat secara nonprosedural ke Malaysia dan lama bekerja selama 22 tahun," ujarnya.

Dia meninggal di Hospital Kuala Lumpur, tanggal 4 Agustus 2024. Penyebab kematian Extensive Pulmonary Embolism. Jenazah PMI ini tiba di Kupang dengan Pesawat Garuda sekira pukul 12.55 Wita.

"Kami fasilitasi pemulangan ke daerah asalnya di Kabupaten TTU menggunakan mobil ambulans milik BP3MI NTT," jelasnya.

Jenazah PMI kedua atas nama Anjelinus Rikardus Jata Wea, 23, asal Kabupaten Nagekeo. Anjelinus berangkat kerja ke Malaysia secara nonprosedural.

"Dia baru bekerja selama 7 bulan di Malaysia," ujarnya.

Anjelinus meninggal di Bintulu, Sarawak tanggal 3 Agustus 2024. Penyebab kematian tidak diketahui.

"Keluarga mendiang tidak mengizinkan jenazah diotopsi," ungkapnya.

Suratmi menambahkan bahwa jenazah PMI ini tiba Kupang dengan Pesawat Batik Air sekira pukul 06.10 Wita. Jenazah PMI telah dibawa ke Pelabuhan Tenau Kupang menggunakan mobil Ambulans BP3MI NTT untuk selanjutnya di kirim ke kampung halamannya.

"Proses pemulangan lanjutan ke daerah asal di Kabupaten Nagekeo menggunakan Kapal Wilis rute Kupang-Ende sekira pukul 14.00 Wita," jelasnya.

Suratmi menambahkan bahwa jenazah yang tiba nanti merupakan korban kapal tenggelam di Selat Malaka.Terkait kronologisnya, kecelakaan kapal/perahu pembawa PMI terkendala/nonprosedural di perairan laut Malaysia.

Berdasarkan kesaksian dari PMI nonprosedural yang selamat dari kecelakaan kapal tenggelam dan petugas Ditpolairud Belawan bahwa rombongan PMI nonprosedural berangkat dari Malaysia pada hari Jumat malam (26/7) yang berjumlah 9 orang penumpang (PMI nonprosedural) dan 2 orang awak kapal/perahu.

"Berdasarkan kesaksian mereka bahwa tujuan akhir mereka adalah Tanjung Balai Asahan," ujarnya.

Mereka dibawa kapal/perahu melalui perairan Malaysia, lalu mereka tertidur sampai akhirnya mereka terbangun dalam kondisi sudah pagi (terang) dan perahu dalam kondisi hampir tenggelam.

Air sudah memasuki kapal/perahu serta mereka mendapati awak kapal/perahu (2 orang) sudah tidak ada lagi di kapal/perahu tersebut. Sesaat sebelum kapal/perahu sepenuhnya tenggelam, kata Suratmi, mereka lompat menyelamatkan diri dengan sebagian dari mereka berpegangan dengan jerigen air kosong dan sebagian lainnya berpegangan stereofoam/gabus agar dapat tetap mengambang.

Para PMI ini terombang-ambing di tengah laut selama kurang lebih 3-4 hari tanpa makan dan minum dengan kondisi memprihatinkan, sembari meminta pertolongan kepada kapal/perahu yang terlihat lewat di dekat mereka. Kondisi para PMI ini terpencar karena arus ombak laut.

Pada Senin 29 Juli 2024 sekira pukul 16.58 WIB, Kapal Tanker TTC Vishaka dengan rute pelayaran Malaysia–Bangladesh menemukan 7 orang yang diduga TKI ilegal Indonesia diperkirakan Malaysia yang terombang ambang selama 4 hari.

Kemudian, Kapten Kapal tanker tersebut menghubungi Kantor SAR Medan untuk meminta bantuan intercept serta Medevac terhadap korban yang ditemukan oleh kapal Kapal Tanker TTC Vishaka tersebut.

Sebanyak 7 orang yang ditemukan terdiri dari 6 orang selamat (1 perempuan dan 5 laki-laki) dan 1 orang Jenazah (perempuan). Sedang 2 orang lagi tidak ditemukan. Sekira pukul 12.00 WIB, pada titik koordinat : 4° 1'10.00" N l98°47'18.67"E. Korban dievakuasi Tim SAR Gabungan menggunakan kapal Basarnas.

Selanjutnya, ke 6 korban selamat ini diserahkan kepada petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan dan petugas Imigrasi belawan untuk penangan medis di RS PHC Belawan dan 1 jenazah dibawa ke RS Bhayangkara Medan untuk proses identifikasi.

Tim BP3MI Sumatera Utara pada pukul 5.00 WIB pagi langsung menuju Polairud Belawan dan ikut memantau kondisi korban yang selamat di RS PHC Belawan dan berkoordinasi dengan Ditpolairud Belawan, khususnya terkait proses kepulangan para korban setelah kondisi mereka memungkinkan untuk bisa kembali ke daerah asal, serta membantu menginformasikan perihal kejadian ini kepada pihak keluarga korban.

"Satu jenazah akan tiba pukul 06.00 Wita pada Jumat (9/8)," pungkas Suratmi.(r1/gat/dek)

  • Bagikan