Persiapan PON Terburuk di Depan Mata

  • Bagikan
RUDY MANDALLING/TIMEX RAKOR. Flouri Rita Wuisang selaku sebagia Plh Kadispora NTT, saat memimpin rapat di ruang Asisten, didamping SekdisPora, Karel Muskanan, Kabin Binpres KONI NTT, George Hadjo dan Bendahara KONI NTT, Bobby Pitoby, Jumat (9/8).

Seragam Defile, TC Sentralisasi, Peralatan Pertandingan dan Perlengkapan Kontingen Tak Jelas.

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Persiapan PON terburuk dan mungkin juga teraneh bagi Provinsi NTT sudah di depan mata. Pasalnya, tinggal 30 hari menuju PON XXI/2024 Aceh-sumut, Kontingen PON NTT dari 25 Cabang Olahraga belum memiliki seragam defile, pakaian dan perlengkapan pertandingan, perlengkapan kontingen, bahkan jadwal keberangkatan yang pasti.

Hal ini terungkap dalam rapat koordinasi yang digelar Dispora NTT serta KONI dan 25 Pengprov cabang Olahraga (Cabor) lolos pon di ruang rapat Asisten, Lantai 2 kantor Gubernur NTT, Jumat kemarin.

Rapat ini dipandu langsung Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi NTT Flouri Rita Wuisang sekaligus sebagia Plh Kadispora NTT, didampingi SekdisPora, Karel Muskanan, Kabin Binpres KONI NTT, George Hadjo dan Bendahara KONI NTT, Bobby Pitoby.

Persoalannya lebih kepada alokasi anggaran yang sangat minim, dan belum mampu mencover seluruh kebutuhan kontingen NTT menuju PON XXI/2024 Aceh-sumut.

Kabid Binpres KONI NTT sekaligus Ketua Satgas PON NTT, George Hadjoh mengungkapkan, pada PON Papua XX lalu, NTT meloloskan 68 atlet dengan jumlah kontingen seluruhnya mencapai 121 orang. Anggaran yang dialokasikan saat itu adalah Rp 6 miliar lebih.

Untuk PON XXI/2024, NTT berhasil meloloskan 188 atlet, ditambah 58 pelatih/official, serta CDM dan staf, total kontingen NTT kali ini mencapai hampir 301 orang.

"Dengan jumlah kontingen yang naik 3 kali lipat, dan alokasi anggaran tetap sama dengan PON Papua yakni Rp 6 miliar, apakah ini mungkin?." kata George Hadjoh.

Selain itu, sampai saat ini belum ada kejelasan soal alokasi anggaran untuk TC sentralisasi.

"Kalau jadi, maka ini PON pertama bagi NTT dimana tidak ada TC sentralisasi. Kalau seperti itu, apa yang kita harapkan?, ungkapnya.

Belum lagi lanjutnya, pakaian defile yang belum ada sama sekali.

"Kalau hanya pakai jeans dan tenun NTT tidak apa-apa, tapi ini kita akan tampil di hadapan presiden," ingatnya.

Demikian juga pakaian pertandingan dan peralatan pertandingan.

"Apa mungkin pakaian pertandingan 4 tahun yang digunakan di PON Papua, lalu di gunakan lagi di PON XXI,"

"Bertahun-tahun ikut PON, baru kali ini terjadi tidak ada TC sentralisasi kalau memang tidak ada," imbuhnya.

"Saya tidak membayangkan kita turun dengan pakaian kumuh di tingkat nasional," lanjutnya.

Seluruh Cabor lanjut George, tidak minta di perhatikan. Tapi itu kletentuan yang diatur dalam UU yang mewajibkan, dan Mendagri juga sudah mengeluarkan surat khusus.

"Ini yang menjadi persoalan, dan sekarang ini kita mau menghadap siapa untuk mendapat dukungan. Power sepenuhnya ada di pemerintah," katanya.

Sebelumnya Plh. Kadispora NTT, Rita Wuisang dalam paparannya mengungkapkan bahwa Pemprov telah mengalokasikan dana ke KONI NTT melalui Dispora NTT sebesar Rp 6. 275 999.998
.
Dari dana tersebut, Rp 227.000.000 diperuntukkan bagi dana rutin KONI 200 juta lebih. Sisanya Rp 6 miliar lebih untuk PON, dan sudah dicairkan ke KONI NTT.

"Ada juga dana Rp 2 miliar untuk diberikan cabor oleh Dispora dna sudah disalurkan Juni 2024. Dan pencairan harus penuhi syarat dan proposal," terangnya.

Terkait dana Rp 6 Miliar ke KONI NTT, Bobby Pitoby selaku Bendahara KONI NTT, dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa alokasi dana tersebut sangat kurang.

"Pada PON Jabar 2016 dengan meloloskan 88 orang alokasi dana ke KONI NTT Rp 9,5 miliar. Pada Papua Rp 6 miliar dengan 121 orang dan sekarang dengan 301 orang alokasi dana juga tetap Rp. 6 miliar," katanya.

Dengan laokasi dana tersebut, maka dengan sendirinya KONI tidak bisa mengadakan peralatan dan pakaian pertandingan, seragam defile.

"Dari Rp 6 miliar lebih tersebut, Rp, 3,3 miliar dialokasikan untuk keberangkatan, Kontribusi ke PB PON Rp 1,9 milian. Jadi anggara yang ada habis untuk di item tersebut," terangnya.

Jadi pertanyaan kata Bobby dengan kondisi ini apakah Kontingen NTT bisa pergi (berangkat, red) atau tidak?

"Jangan sampai kita pergi dan telantarkan orang disana," terangnya.

Bobby juga memaparkan, untuk seragam kontingen sudah dianggarkan melalui anggaran sisa yang ada.
"Tapi ini belum termasuk ekstra foding dan lainnya," beber Bobby.

Karena itu, Bobby mengungkapkan bahwa kondisi ini tentunya perlu disampaikan ke Pj Gubernur, apakah dana PON ini memungkinkan ditambahkan.

"Tanggal 20 Agustus sudah pelepasan atlet, Karena beberapa Cabor, seperti criket, futsal, sepakbola pada 24 Agustus sudah berangkat karena akan melakoni pertandingan lebih awal," kata Bobby.

"Uang saku atlet, manajer dan ofisial hanya dianggarakan sekitar Rp 2 jutaan saja yang bisa dialokasikan, dan dengan dana yang ada tidak memungkinkan untuk hal lain, termasuk biaya kelebihan bagasi, kata Bobby.

Menanggapi hal tersebut Plh Kadispora, Rita Wuisang mengatakan tengat waktu sudah sangat mepet, dengan kondisi yang ada, dirinya akan memfasilitasi dan mengkomunikasikan dengan pimpinan.

"Hari ini Pemprov sudah ajukan KUA PPAS ke DPRD NTT, termasuk tambahan anggaran untuk PON, namun belum bisa dipastikan karena tentunya masih akan berproses," katanya.

"Kewenangan bisa menambah/merubah dan mengurangi anggara ada di DPRD.
Yang pasti pemerintah harus mengambil keputusan terbaik untuk keikutsertaan NTT ke PON. Dan mesti ada solusi walau nantinya tidak mengenakkan. Tapi kondisi ini tidak akan menghambat keikutsertaan NTT di PON karena itu wajib," tegasnya. (rum/dek)

  • Bagikan