Kisah Inspiratif Paulus Henuk, SH dari seorang Sahabat
KUPANG,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Nama Paul Henuk, SH anggota DPRD Rote Ndao terus menjadi perbincangan warga di pulau terselatan RI, Rote Ndao. Pria yang sebelumnya berprofesi sebagai pengusaha ini kini menjadi calon bupati yang patut diperhitungkan.
Profilenya yang sederhana, objektif dan profesional serta memperjuangkankepentingan rakyat, membuatnya menjadi calon bupati yang disukai masyarakat Rote Ndao. Tak cuma itu, ia juga menjadi magnet bagi sejumlah partai untuk mengusungnya.
Lalu siapa sebenarnya anggota DPRD Rote Ndao ini. Adalah Pdt. Otniel Dhanny Liu, yang mengisahkan betapa seorang Paul Henuk yang dikenalnya sejak kecil, berjuang hingga mencapai sukses seperti sekarang ini.
Seperti diceritakan sang Pendeta. Ia bersama Paul Henuk adalah dua sahabat sejak mengenyam pendidikan di bangku sebuah SMP di kampungmerekadiRote.Paul sendiri berasal dari Dusun Ndeo, Desa Boni. Sejak kelas II SD, Paul Henuk telah menjadi yatim piatu. Meski kedua orang tuanya meninggal, ia memiliki kemauan tinggi untuk bersekolah dan harus tinggal bersama kerabatnya.
Saat di Kelas VI SD, sekolah mewajibkan muridnya memakai sepatu. Dan untuk mendapatkan sepatu, Paul menjadi pedagang keliling dan menumpang mobil milik seorang penjual dari Bugis untuk berjualan es dan roti.
Setamat SD, Paul melanjutkan ke SMP Oelua dan semeja dengan sahabat Otniel dan tinggal bersama Pak Andreas Samadara di Dusun Oedai. Demikian pula ketika SMA Negeri 1 Ba’a, ia tinggal berpindah-pindah pada beberapa orang kerabat, seperti Pak Malelak, Pak Efu Sipa, dan dua tahun terakhir tinggal bersama Bapak Arkimes Mole di sebuah rumah kecil di kampung Tondao-Ba’a hingga tamat.
Seperti kebanyakan anak sekolah, hidup kedua sahabat ini berjalan normal. Kebersamaan keduanya tidak hanya di sekolah, namun sepulang sekolah selalu bersama-sama mencari kayu api di hutan “Osi Tua”.
Bahkan ada satu kisah menarik ketika keduanya berada di hutan Osi Tua. Saat itu, mereka berbaring beralaskan daun kering di tengah hutan karena kelelahan sambil menikmati buah Kusambi. Keduanya menghayal sambil memikirkan nasib mereka jika sudah tamat sekolah.
“Kapan ya kita jadi “orang”. Lalu Paul menjawab. “Kalau kita sudah berhasil, kita harus tolong banyak orang,”. Rupanya itu jadi nazar keduanya.
Di bangku sekolah, kedua sahabat ini ternyata menjadi juara kelas. Setiap tahun pelajaran, Paul Henuk selalu menjadi rangking satu, sementara Otniel Dhanny Liu berada dirangking dua. Adapun wali kelas mereka saat itu adalah Zeth Ndaong. Di sekolah, nama Paul Henuk memang dikenal sebagai murid yang pintar. Bahkan hingga saat ini, para alumni selalu mengingat akan hal itu.
Ketika naik kelas 3, keduanya dipisahkan, Paulus Henuk ke Kelas 3A, dan Otniel ke Kelas 3B. Pada semester ganjil, Paulus mempertahankan prestasinya dengan tetap Juara 1, sedangkan Otniel melorot ke Juara 6. Otniel tak mau kalah, ketika ujian EBTANAS, Paulus Henuk meraih NEM tertinggi, sedangkan Otniel berada di urutan ketiga.
“Paulus itu orangnya terlalu pintar sudah sejak sekolah sampai sekarang, sedangkan saya hanya setengah pintar,” kenang Pendeta Otniel.
Masuk SMA, keduanya berpisah. Otniel Dhanny Liu melanjutkan sekolaah di SMA Negeri 2 Kupang, sementara sahabatnya Paulus melanjutkan ke SMA di Ba’a dan tinggal dengan Marhen Luther Henuk (Alm). Di SMA Ba’a, Paul termasuk orang yang pintar mencari uang dengan bekerja apa saja hingga tamat SMA. Tahun 1997, keduanya merantau ke Jakarta.
Paul memilih mengambil jurusan Hukum dan tinggal dengan Wellem Fanggidae di Kebun Jeruk, sedangkan Otniel kuliah Theologia di Seminari Bethel Petamburan. Selama kuliah, keduanya tidak pernah bertemu, padahal jarak tempat tinggal keduanya dekat. Pernah sekali, Otniel menelpon Paul, namua ia mendapat jawaban jika Paul sibuk belajar dan tidak bisa diganggu.
Setamat kuliah 2002, Otniel memilih pulang ke NTT sebagai pendeta yang melayani misi dan sosial kemanusiaan di seluruh pelosok NTT. Pelayanan itu merupakan bentuk membayar “nazar” bagi Otniel seperti yang ia pernah ucapkan bersama Paul Henuk.
Sementara Paul, seusai tamat kuliah, ia tak tahu mau kerja apa. Secara mengejutkan ia ditawari kerja oleh temannya bernama Beny Luntungan untuk bekekerja pada sahabat baiknya Multi Wibowo, pemilik PT. Refconindo di Bogor yang memiliki cabang di Bintaro. Ia pun bekerja di perusahaan itu sebagai karyawan. Karena prestastasi dan kinerjanya bagus ia mencapai level Manejer dan namanya masuk dalam akta perusahaan. Setelah merasa mampu, Paul Henuk memilih mendirikan Perusahaan sendiri di Bumi Serpong Damai (BSD).
Di mata Otniel Dhanny Liu, Paul Henuk benar-benar diberkati Tuhan dan memperluas “kemah” kapasitasnya. Hati dan tangan seorang Paul Henuk yang murah memberi itu, selalu terbuka bagi siapa saja tanpa membeda-bedakan. Paul Henuk tetap sederhana walau sudah miliki apa yang menjadi ukuran sukses. Dari tangannya yang terbuka itu, sudah banyak orang anak dari Rote telah berhasil menjadi sarjana.
“Dan yang paling membuatnya bersahaja adalah Paul Henuk tidak ernahmelupakanteman,”kata Dhanny Liu.
Kesederhanaan dan sifat tidak melupakan teman menjadi ciri seorang Paul Henuk, meskipun ia telah menjadi anggota DPRD Rote Ndao.
Danny menceritakan ketika dirinya diajak menikmati hidangan masakan Jepang bersama keluarganya di Jakarta di restoran Jepang “Hanamasa” yang menghidangkan dua mangkok. Sambil makan dan ngobrol, pikiran Otniel melambung jauh ke masa kecil, saat SMP ketika keduanya hidup susah.
Secara tiba-tiba, Paul Henuk melayaninya dengan menuangkan kuah ke dalam mangkoknya. Tanpa sengaja, air mata Otniel menetes. Ia mengingat kembali persahabatan keduanya sejak kecil. Ia pun teringat sebuah renungan dari Pdt. Dr. Andar Ismail dengan judul
“Diangkat dari Periuk Kemiskinan yang Sama”.
Dalam renungan itu Andar, seorang Dekan Pasca Sarjana STT Jakarta, menceritakan pertemuan bersama temannya, yang juga pimpinan pasca sarjana Sekolah Alkitab di Bangkok-Thailand. Pendeta Andar mengisahkan kehidupan masa lalunya yang yatim, miskin, susah dan dapat pengasihan diakonia dari gereja, untuk menyambung hidup ibunya menjadi juru cuci dan acapkali mereka kehabisan makanan.
Bahkan mereka hanya makan malam dengan minum air putih. Beruntung dengan bantuan diakonia itu dia kuliah dan akhirnya jadi Pendeta dan mengajar sebagai dosen.
Mendengar cerita sahabatnya itu, Pendeta Andar memeluk pundaknya dan berkata “Kita diangkat dari periuk kemiskinan yang sama” lalu keduanyamenangisterharukarena cerita jalan hidup mereka sama.
Waktu membaca renungan itu, Otniel menangis sejadi-jadinya. Air mata ini kembali mengalir, air mata keharuan karna ajaib tangan Tuhan menjangkau kita, dan kedua tanganku lipat naikan doa khusus untukmu sahabatnya Paul Henuk.
Paul telah mengajarinya jiwa besar tentang apa arti kasih persahabatan. Keduanya pernah bertarung di Pileg 2019 namun Paul tidak menganggapnya sebagai lawan karena Paul tetap jaga hati dan persahabatan.
Berjuanglah mengangkat derajat rakyat miskin supaya kelak mereka pun mampu berkata “Pak Paul, kita diangkat dari periuk kemiskinan yang sama”, dan ingat periuk Hanamasa di Bintaro Plaza. Supaya genap pesan Tuhan Yesus, “Orang-orang miskin selalu ada padamu..”(Yoh.12:8a).
Kisah hidup Paul Henuk juga diceritakan dua sahabat nya Arkimes Mole dan Angky Hanas. “Pada saat mau berangkat ke Jakarta, sorenya kami jalan-jalan di Pantai Ba’a sambil cerita soal Jakarta. Paul hanya dikasih topi Ti, i Langga dan selimut Rote di leher sebagai tanda untuk orang yang jemput di pelabuhan,” demikian kenangan Arkimes Mole.
Arkimes berpesan jika suatu saat sukses di Jakarta, Paul tidak boleh lupa tempat dimana tali pusar ditanam. Dan paul berjanji jika selesai kuliah dan sukses akan kembali membangun daerahnya. Setelah mencapai kesuksesan, Arkimes meminta Paul untuk pulang membangun daerah sesusai komitmennya.
Saatnya kita jadikan Paul sebagai pemimpin,” ucapnya.
Sementara Angky Hanas mengatakan, Tahun 2009-2010 ia tinggal di Jakarta dan sering ke tempat Paulus Henuk. Ia melihat kehidupan pribadi dan keluarga Paulus sangat disiplin, taat beribadah dan mempunyai nilai-nilai ke-Kristenan yang dipegang teguh. Bahkan setiap hari Sabtu selalu ada persekutuan doa di rumahnya bagi anak-anak NTT yang direkrut Paulbekerja pada PT. Refconindo.
“Pak Paul sungguh luar biasa, sudah saatnya ia membangun daerah Rote Ndoa,” ucap Angky. (*)