Juli, APBN Defisit 0,41 Persen

  • Bagikan
MUHAMAD ALI/JAWA POS PENDAPATAN TURUN: Sri Mulyani (tengah) didampingi Wamenkeu Thomas Djiwandono (kanan) dan Suahasil Nazara seusai melaporkan APBN Kita di gedung Kemenkeu, Jakarta, kemarin (13/8).

PPN DTP Pembelian Rumah Dorong Sektor Konstruksi Tumbuh di Atas 7 Persen

JAKARTA,TIMEXKUPAN.FAJAR.CO.ID- Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) per Juli mencatat defisit Rp 93,4 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memerinci, belanja negara Rp 1.638 triliun yang lebih besar dibandingkan pendapatan sebesar Rp 1.545,4 triliun.

Perempuan yang akrab disapa Ani itu menyebutkan, defisit tersebut setara dengan 0,41 persen terhadap PDB. "Ini masih kecil dibandingkan total target defisit seperti di dalam APBN 2024, yakni 2,29 persen," ujarnya dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta kemarin (13/8).

Dari sisi pendapatan yang mencapai Rp 1.545,4 triliun, itu turun 4,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebaliknya, belanja negara mencapai Rp 1.638,8 triliun atau melonjak 12,2 persen.

"Kita sudah membelanjakan 49,3 persen dari pagu. Kalau kita lihat growth dari belanja kita cukup tinggi," katanya.

Dari sisi makroekonomi, meski kinerja ekonomi hingga kuartal II 2024 masih resilien, bendahara negara itu menyebut RI perlu waspada terhadap situasi ekonomi dan politik dunia.

Lebih spesifik, dia menyoroti dinamika pasar keuangan AS yang masih sangat volatil menjelang proyeksi penurunan suku bunga acuan, eskalasi perang dagang antara AS dan Tiongkok, serta eskalasi tensi geopolitik di Timur Tengah dan antara Rusia dengan Ukraina.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu menambahkan, pemberian insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian rumah telah memberikan dampak positif.

"Dampaknya sudah cukup besar untuk semester I 2024 ini. Jumlah rumah yang sudah memanfaatkan PPN DTP ini itu sebanyak 22.449 unit rumah," katanya.

Febrio optimistis, banyaknya pemanfaatan insentif PPN DTP untuk pembelian rumah itu akan mendorong sektor konstruksi bisa tumbuh di atas 7 persen. Hal tersebut tentunya bakal berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi investasi maupun dari sisi belanja. (dee/c6/dio/thi/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version