Tono Sutami Ambil Alih Ketua HP2SK NTT

  • Bagikan
INTHO HERISON TIHU/TIMEX MUSDA. Ketua HP2SK NTT, Tono Sutami pose bersama undangan pada acara Musda III di Hotel Harper Kupang, Rabu (14/8).

Siap Perjuangkan Kepentingan Pengusaha dan Petani

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Kepengurusan Himpunan Pengusaha Peternak Sapi dan Kerbau (HP2SK) Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 2024-2029 resmi diambil alih Tono Sutami setelah Musyawarah Daerah (Musda) III di Hotel Harper, Kupang, Rabu (14/8).

Organisasi yang menaungi para pengusaha sapi dan kerbau ini sebelumnya dipimpin Deki Budiyanto. Tono terpilih secara aklamasi dalam kegiatan Musda III kemarin. Tono juga mengaku siap memperjuangkan kepentingan pengusaha dan petani.

Pada kesempatan itu, Tono Sutami menyampaikan terima kasih kepada seluruh panitia Musda yang sudah bekerja keras menyukseskan kegiatan tersebut.

Pada kesempatan tersebut, tak lupa ia juga menyampaikan terima kasih kepada ketua dan kepengurusan lama sebab sudah meletakan dasar dan memperjuangkan kepentingan pengusaha dan peternak di NTT selama ini.

Ia mengatakan dalam Musda tersebut banyak hal yang telah dibahas mulai dari kepentingan pengusaha hingga kesejahteraan petani. Kelompok tani juga dilibatkan dalam kegiatan tersebut agar dapat memberikan kritik dan masukan.

“Kami akan berupaya untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas daging sapi. Selain itu terus membantu petani agar harga lebih baik lagi kedepannya.

Dengan tema Musda III "Bangkit Bersama dan Berinovasi” menjadi tantangan dan motivasi agar terus berkarya agar bisa membantu petani dan asosiasi mendapatkan keuntungan serta kesejahteraan.

Ia menjelaskan bahwa pada Musda ini tidak hanya melibatkan para pengusaha namun juga melibatkan petani sebagai mitra utama para pengusaha.

"Selama ini, setiap pengusaha diwajibkan membina atau mendampingi kelompok tani dalam pengembangan sapi sehingga mereka perlu dilibatkan,” katanya.

Disinggung terkait kuota pengiriman sapi tahun 2024, Ia mengaku sedikit mengalami kendala namun pihaknya berjuang dan tetapi penuhi kuota yang ada.

"Kendala yang kami alami selama ini yakni soal perizinan. Terutama di Kabupaten Kupang," katanya.

"Di masa kepemimpinan pengurus yang baru, persoalan ini terus diperjuangkan dan diselesaikan bersama pemerintah daerah," tambahnya.

Ia menegaskan agar terus mendampingi kelompok tani yang ada agar menjaga kualitas daging sapi NTT sebagai kelas original.

"Daging sapi asal NTT berkualitas original karena pakannya sangat alami,” katanya.

Sebagai pengusaha, Tono merasa belum mendapat keadilan dari pemerintah daerah karena terkesan dipersulit melalui izin.

“Kesulitan yang selama ini dialami soal bobot sapi. Sesuai aturan yang diberlakukan pemerintah Kabupaten Kupang harus 275 Kg. Sedangkan saat pengusaha timbang dengan standar tersebut di petani, berat badan akan susut 15-25 Kg ketika dibawa ke penampungan. Dan jika ditimbang kembali oleh petugas maka tidak memenuhi syarat lagi,” katanya.

Untuk mengatasi hal ini, kami menawarkan agar petugas timbang langsung dari petani. Tetapi belum juga mendapatkan tanggapan dari pemerintah. Padahal dalam Pergub hanya mengatur terkait berat badan saja tetapi tidak mengatur tentang dimana tempat timbangnya. Sehingga kita usulkan agar petugas ikut dan timbang langsung di petani.

"Di dalam aturan tersebut juga tidak mengatur tentang dokter hewan ikut menimbang sapi tapi kenyataannya dokter ikut terlibat. Hal ini perlu dibicarakan kembali,” ungkapnya.

Ia juga mengusulkan agar bobot sapi 150-200 Kg itu masuk bakalan (Dipelihara), 200 keatas itu sapi potong karena genetik sapi NTT semakin kecil.

David Anunu selaku pengurus HP2SK NTT menambahkan kelompok tani yang dihadirkan merupakan perwakilan sebab banyak sekali kelompok tani yang menjadi mitra dari pengusaha.

"Mitra kami ini juga terdaftar di Dinas Peternakan. Kenapa dihadirkan, agar mereka juga bisa mengetahui kesulitan pengusaha. Jangan terkesan kami yang menyusahkan mereka. Mereka juga diminta tanggapan,” tutur David.

“Bagaimana kami bisa membeli ternak petani sedangkan kami dipersulitkan oleh perizinan,” tandasnya dengan nada kesal.

Ia juga mengaku bahwa Petani itu mengalami kerugian besar. Petani memiliki ekspresi yang tinggi terhadap sektor peternakan namun kemudian yang diperoleh malah berbanding terbalik akibat dari perizinan sendiri.

"Kami pengusaha pada dasarnya siap saja untuk menjualkan ternak ini ke luar pulau namun jika dipersulit, bagaimana kami mau bantu petani,” pungkasnya. (cr6/gat/dek)

  • Bagikan