Penandatangan MoU Antara Direktur Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH dan Rektor Universitas Udayana
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (Stikum) Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH bekerja sama dengan Universitas Udayana Denpasar-Bali. Kerja sama ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Direktur Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH, Yohanes Usfunan dengan Rektor Universitas Udayana Denpasar-Bali, Ngakan Putu Gede Suardana di kampus Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH, Selasa (21/8).
Hadir pada kesempatan tersebut, Pembantu Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Informasi Universitas Udayana, I Putu Gede Adiatmika serta dosen dan mahasiswa Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH.
Rektor Universitas Udayana Denpasar-Bali, Ngakan Putu Gede Suardana mengawali sambutannya dengan membacakan pantun. ‘Kunang-kunang dari Semenanjung dan Jepang. Bertemu di atas lautan Atlantik. Senang dapat berkunjung ke Stikum Kupang, bertemu adek-adek yang ganteng dan cantik’.
Ngakan mengaku sangat senang sekali bisa berkunjung ke Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH karena Prof Yohanes Usfunan sudah beberapa kali mengundangnya secara pribadi untuk bisa hadir di Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH.
“Hari ini kita bahagia, berbangga karena bisa hadir di Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH dan mendapat sambutan yang luar biasa,” ujarnya.
Kepada mahasiswa Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH, Ngakan mengatakan, generasi milenial sangat-sangat berperan pada saat nanti di Indonesia Emas 2045.
“Karena umur kalian pada saat itu sedang-sedang produktifnya. Jadi di 2030-2040 adalah bonus demografi kita. Kalian termasuk di dalamnya. Anak-anak/orang-orang yang pada saat umur itu sedang produktifnya. Adek-adek inilah yang akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa ini. Pemimpin daerah ini, di NTT, Kupang. Kita tidak tahu ada yang jadi gubernur, ada yang jadi ketua DPRD dan sebagainya. Jadi jangan sia-siakan kesempatan ini, waktu ini untuk belajar. Di masa muda ini timba ilmu sebanyak-banyaknya. Jangan lelah untuk sekolah. Baru S1 tidak cukup, S2 tidak cukup, S3 lanjut,” ujarnya.
Ia mengaku, pihaknya sudah menandatangani MoU, sehingga untuk S2 Kenotariatan, Universitas Udayana akan siap membantu Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH.
“Jadi, Universitas Udayana membina ke timur. Kita tidak akan menolak jika ada permintaan untuk dibina dan sebagainya. Kebetulan Fakultas Hukum kita ada S1, S2, S3. Kita siap untuk itu. Belajar dengan tekun, belajar dengan rajin untuk masa depan kalian. Masa depan kalian masih panjang. Mungkin adek-adek bisa jadi direktur di Stikum. Bila jadi universitas, jadi rektornya,” ujarnya.
Dijelaskan, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah program pemerintah yang sangat baik untuk diikuti.
“Kita tidak cukup untuk belajar di kelas. Kita harus keluar selama satu semester, selama satu tahun untuk menimba ilmu di luar. Entah itu di perusahaan, entah itu pertukaran mahasiswa dan sebagainya untuk menambah wawasan kita bagaimana dunia di luar. Kalau kalian bisa membagi waktu untuk belajar dan berorganisasi, soft skills kalian akan meningkat. Hard skills oke, di kelas kalian belajar untuk mendapatkan pengetahuan dari dosen, tetapi soft skills ini sangat penting,” tegasnya.
Mengakhiri sambutannya, Ngakan kembali mengucapkan pantun. ‘Bunga selasih tumbuh di rawa, biarkan berbunga di pinggir jurang. Terima kasih adek-adek mahasiswa, maafkan bila ada yang kurang’.
Sebelumnya, Direktur Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH, Yohanes Usfunan dalam sambutannya mengatakan, kampus Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH berdiri tahun 2018 dengan segala keterbatasan. “Kalau mau diingat-ingat, ini kampus model Unud tahun 1970-an. Inilah keadaan kami,” katanya.
Dijelaskan, kampus Stikum Prof Dr Yohanes Usfunan, SH, MH terdiri dari beberapa bidang. Yakni jurusan Hukum Tata Negara, Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Hukum Perdata ada hubungan dengan pariwisata dan kajian budaya.
“Kami disini ada S2 Hukum Pemerintahan dan S2 Kajian Budaya bekerja sama dengan universitas dari Bali juga. Kuliah disini serba terbatas, tapi saya wajibkan mahasiswa-mahasiswa ujiannya harus lisan. Mulai dari sistem ujiannya sampai ujian proposal skripsi ujian lisan tanpa teks, tanpa membaca apapun. Dipaksa untuk menguasai tulisannya. Inilah cara-cara kami, maksudnya setidaknya ada endapan–endapan ilmu yang ada di dalam pikiran mahasiswa,” jelas Yohanes.
“Kita baru punya 523 orang. Nanti bulan Oktober wisuda yang ketiga kali. Saya memang berharap bapak rektor datang untuk melihat kesulitan-kesulitan kami. Siapa tahu Unud memberikan sumbangan semen satu dua sak kepada kami,” tambah Yohanes disambut tepuk tangan mahasiswa. (ays/dek)