Rupiah Menguat Tembus Rp 15.438 per Dolar AS

  • Bagikan
Ilustrasi mata uang rupiah terhadap dolar AS. (Dok. JawaPos.com)

JAKARTA,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Nilai tukar (kurs) rupiah sore ini ditutup menguat sebesar 53,5 point ke level Rp 15.438 per dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda ini bahkan sempat menguat 185 point di level Rp 15.492 per dolar AS.

Pengamat Pasar Uang sekaligus Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan indeks dollar yang melemah ini seiring dengan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang memberikan sinyal soal pemotongan suku bunga AS.

Di sisi lain, laporan media internasional mengatakan, gencatan senjata Gaza masih sulit dicapai dalam pembicaraan Kairo Laporan media menunjukkan bahwa pembicaraan antara Hamas dan Israel di Kairo tidak menghasilkan kesepakatan untuk gencatan senjata selama akhir pekan, mengurangi peluang de-eskalasi dalam perang yang telah berlangsung selama 10 bulan.

"Pejabat AS mengatakan pembicaraan itu konstruktif, meskipun kurangnya kesepakatan yang jelas merusak komentar optimis sebelumnya dari pejabat AS. Namun, pembicaraan akan terus berlanjut dalam beberapa hari mendatang," kata Ibrahim Assuaibi dalam risetnya yang diterima JawaPos.com, Senin (26/8).

Sementara itu, penguatan rupiah ini didukung oleh politik nasional yang akhir-akhir ini sedang tak baik-baik saja. Gelombang demonstrasi besar atas rencana pengesahan revisi Undang-Undang (RUU) Pilkada yang terjadi Kamis (22/8) menjadi headline pada hampir semua berita nasional, bahkan internasional. Walaupun akhirnya DPR menganulir pengesahan RUU Pilkada, isu politik itu sempat memengaruhi nilai tukar rupiah.

Merespons kondisi itu, Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa faktor politik saat ini tak lagi memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian nasional.

"Itu bisa dilihat dari tidak terlalu parahnya kontraksi yang dialami nilai tukar rupiah, serta masyarakat Indonesia sekarang sudah dewasa dalam menanggapi dinamika politik nasional," jelasnya.

Di samping itu, BI juga melihat bahwa fundamental ekonomi nasional saat ini sangatlah kuat, sehingga faktor politik tidak terlalu memberikan dampak signifikan bagi kinerja ekonomi nasional. Meliputi, pertumbuhan ekonomi yang sangat sehat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil dari instrumen investasi yang tinggi.

Hal Ini dapat dilihat dari nilai tukar rupiah yang tak terkontraksi terlalu dalam dan kembali menguat setelah sentimen global mulai mereda.

"Selain itu, secara domestik, pertumbuhan ekonomi hingga 5 persen dan tingkat inflasi sekitar 2 persen dalam jangka panjang menunjukkan ekonomi Indonesia sangat sustain dalam menghadapi setiap gejolak yang ada," pungkasnya.(jpc/thi/dek)

  • Bagikan