Sinergi BI-PLN, Limbah Operasional BI Jadi Bahan Cofiring PLTU Bolok

  • Bagikan
COFIRING BIOMASSA. Pertama kali, Kepala Perwakilan BI NTT Agus Sistyo Widjajati (tengah), Kepala OJK NTT, Japarman Manalu (kiri), dan GM PLN UIW NTT Ajrun Karim (kanan), mengambil limbah operasional BI untuk dicampur dengan woodchip, dan batu bara dalam program cofiring biomassa di PLTU Bolok, Kamis (29/8). (FOTO: Dok. PLN UIW NTT)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membangun kerja sama dengan PT PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTT melalui PLTU Bolok dalam hal pemanfaatan limba operasional kantor BI sebagai bahan co firing, yakni pengembangan sistem energi biomassa.

Sinergi atau kerja sama ini diwujudnyatakan lewat penandatanganan kesepakatan Bersama antara Kepala Perwakilan BI NTT, Agus Sistyo Widjajati dengan General Manager (GM) PLN UIW NTT, Arjun Karin bertempat di PLTU Bolok, Kamis (29/8). Kerja sama ini dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun. Hadir dalam acara tersebut pimpinan perangkat daerah, pimpinan OJK, pimpinan perbankan, dan undangan lainnya.

Usai penandatanganan kerja sama, pimpinan BI bersama PLN dan unsur Forkopimda meninjau ke lokasi mixing batu bara yang menjadi pilot project pengembangan energi biomassa memanfaatkan limba operasional BI yang dicampurkan dengan batu bara. Hasil pencampuran ini nantinya menjadi bahan bakar yang menghasilkan energi listrik yang dipakai mendukung system kelistrikan di Pulau Timor.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) NTT, Agus Sistyo Widjajati menjelaskan, sinergi BI bersama PLN ini merupakan upaya bersama untuk menekan emisi karbon dan mencapai net zero emission pada 2060 mendatang.

"Kerja sama ini kita laksanakan untuk bagaimana memanfaatkan limbah operasional ini menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat untuk masyarakat. Semua sudah diracik, sudah melebur, sehingga ini kita sebut menjadi limbah operasional yang daripada dibuang begitu saja," ungkap Agus.

Sementara itu, GM PLN UIW NTT, Ajrun Karim menyampaikan, cofiring pada PLTU merupakan salah satu upaya PLN mendukung capaian target EBT sebesar 23 persen dalam bauran energi pada 2025 dan net zero emission pada tahun 2060.

”Hingga bulan Juli 2024, PLN NTT telah berhasil mencampurkan 2.872,07 ton biomassa atau setara dengan 1,43 persen dan berhasil menurunkan CO2 sebesar 3.331 tC02," kata Ajrun.

Di Pulau Timor, lanjutnya, PLN masih membutuhkan pasokan biomassa, salah satunya potensi kemampuan hutan energi yang sudah tersedia di Pulau Timor sebesar 11.166 Ha. "Sementara hutan energi yang berpotensi untuk dikembangkangkan sebesar 126.620 Ha dengan vegetasi hutan lamtoro, gamal, dan kedondong hutan yang tersebar di daratan Pulau Timor,” beber Ajrun.

Salah satu pemasok bahan biomassa, Eduard Besi merasakan pemanfaatan penggunaan biomassa dalam PLTU ini bahkan juga memberikan multiplier effect, yaitu membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Melalui program cofiring batu bara dengan biomassa atau woodchip ini, saya merasa senang karena meningkatkan ekonomi berbasis kekuatan rakyat. Ketong dapat sedikit, dong ju dapat sedikit. Dengan adanya pekerjaan ini, orang di sana ju bisa kerja, dari pengumpul kayu, tukang antar bisa menambah penghasilan. Satu hari bisa kasi masuk 3-4 ret mobil atau setara empat ton. Untuk upahnya bisa mencapai 70 ribu per ret,” urai Eduard.

Rencana jangka panjang setelah penandatanganan berita acara kerja sama ini, BI siap memasok kebutuhan biomassa bagi PLN selama satu tahun sampai dengan Juli 2025.

Hadir menyaksikan dalam momen tersebut Kepala OJK Provinsi NTT, Kepala BPS Provinsi NTT, Perwakilan BIN Daerah NTT, Perwakilan Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT, Plt Direktur Bank NTT, Komisaris Bank NTT, Area Manajer Bank Mandiri, Pimpinan Cabang BRI, Pimpinan Cabang BNI, Pimpinan Cabang BTN, Kepala RRI Kupang, dan Camat Kupang Barat. (thi)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan

Exit mobile version