KUPANG.TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Tiga pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT 2024 telah mendaftar di KPU Provinsi NTT. Ketiga paslon ini adalah Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema dan Jane Natalia Suryanto, Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma dan pasangan Simon Petrus Kamlasi dan Andre Garu.
Dari tiga paslon itu, hanya ada satu figur perempuan, yakni Jane Natalia Suryanto, pendamping cagub Ansy Lema.
Saat berorasi di acara deklarasi Ansy-Jane di halaman kantor DPD PDIP NTT, Kamis (29/8), Ansy Lema membeberkan alasannya milih figur perempuan sebagai calon wakil gubernur. Ia menegaskan, ini adalah wujud penghormatan dan apresiasi tertinggi kepada kaum perempuan.
"Saya besar dan dibesarkan PDI Perjuangan yang menempatkan perempuan pada posisi yang terhormat," demikian kata Ansy.
Salah satu Pejuang '98 itu mengutip kata-kata Bung Karno yang mengatakan laki-laki dan perempuan bagaikan sepasang sayap burung, yang bisa menerbangkan burung hingga puncak tertinggi. Namun jika satu sayapnya patah, burung tidak bisa terbang.
"Ketua umum kami Ibu Megawati Soekarnoputri, Ketua DPR RI Ibu Puan Maharani, Ketua DPD PDI Perjuangan NTT sekaligus Ketua DPRD provinsi ini Ibu Emi Nomleni, dan juga Ibu Adinda Lebu Raya kita dorong menjadi Wakil Wali Kota Kupang, dan semua ini menjadi lengkap dengan kehadiran Kaka Jane Natalia yang adalah kaum perempuan," kata Ansy disambut tepuk tangan riuh ribuan pendukung yang hadir di acara deklarasi.
Ansy membeberkan alasannya memilih Jane Natalia Suryanto sebagai cawagub, karena persoalan NTT saat ini terkait dengan masalah kesejahteraan perempuan. Masih banyak kasus diskriminasi terhadap perempuan. Kualitas pendidikan dan kesehatan kaum perempuan yang mesti jadi perhatian.
Karena itu, menurutnya, dengan kehadiran seorang perempuan sebagai pemimpin NTT, maka menjadi motivator dan inspirator bagi perempuan NTT untuk bisa bangkit lebih maju.
"Kaka Jane akan memberi perhatian kepada UMKM yang digeluti mama-mama. Inilah yang akan kami kerjakan lima tahun ke depan. Dengan doa mama-mama, dengan perjuangan dari mama-mama dan kaum perempuan, sebenarnya kita berinvestasi terhadap masa depan Provinsi NTT," terang Ansy.
Sementara itu, Jane Natalia Suryanto dalam orasinya menegaskan dirinya sudah benar-benar jatuh cinta dengan NTT. Ini sejalan dengan tagline bakal calon Gubernur NTT, Ansy Lema 'Beta Cinta NTT'.
"Saya konsisten turun untuk membantu masyarakat sejak tahun 2015. Akhirnya lama-lama jatuh cinta dengan NTT. Jadi kalau ada yang bilang Ibu Jane baru datang ke NTT, Ibu Jane sudah di sini melewati masa-masa sulit kurang lebih 10 tahun," kenang Jane.
Sosok yang pernah menjadi calon anggota DPR RI dari dapil NTT 2 ini mengatakan politik adalah pelayanan di tingkat yang paling tinggi. Itu yang menjadi alasan dirinya berani terjun ke politik.
"Kami keluar masuk kampung, pagi siang malam. Saya berpikir kalau begini terus masyarakat tidak berubah karena kami hanya bisa membantu sedikit orang. Kami pun bergabung dengan grupnya Pak Ahok dan dari situ kami sadari bahwa di politiklah pelayanan tertinggi karena melayani jutaan orang," kata Jane.
"Saya berharap dengan kesempatan mendampingi orang hebat seperti Kaka Ansy yang selalu turun ke masyarakat, maka kita akan ciptakan NTT yang lebih baik," kata Jane.
Pengamat Politik Undana Diana San Tabun menilai pemilihan Jane Natalia Suryanto sebagai Calon Wakil Gubernur NTT menjadi komitmen dan konsistensi Ansy Lema menempatkan perempuan sebagai subjek dalam kepemimpinan di NTT.
"Sejak awal kandidasi Ansy sudah membidik sejumlah nama potensial sebagai Bakal Calon Wakil Gubernur seperti Pendeta Dr Melly Kolimon, Anggota DPRD Provinsi Fraksi Demokrat Reny Marlina Un, Anggota DPR RI Anita Jacoba Gah, dan lain-lain. Konsistensi ini ditunjukkan sampai akhir dengan ditunjuknya Ibu Jane," paparnya.
Menurut Diana, kemunculan Jane dalam Pilgub NTT memberikan alternatif yang bagus kepada masyarakat untuk memilih. Karena ada ceruk pemilih yang menentukan pilihannya kepada figur yang memiliki perhatian kepada kebijakan dan politik berbasis gender.
"Saat ini masalah kesehatan, kemiskinan dan penjualan manusia erat kaitannya dengan peran kaum perempuan. Kehadiran Ibu Jane dianggap menjadi representasi kaum perempuan untuk memperjuangkan hak-haknya yang selama ini masih menjadi isu pinggiran," tutupnya.(*)