Dosen Poltekkes Ciptakan Alat Cakram Deteksi Dini Stunting

  • Bagikan
IST SOSIALISASI. Yurissetiowati, dosen Jurusan Kebidanan di Kampus Poltekkes Kemenkes Kupang mensosialisasikan tentang alat cakram deteksi dini stunting kepada kader ibu balita dan kader Posyandu di Puskesmas Oesapa, belum lama ini

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Stunting adalah suatu kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya, sebagai akibat dari masalah gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama.
Pertumbuhan adalah proses perubahan yang ditandai dengan bertambahnya ukuran fisik dan bentuk tubuh.

Pertumbuhan anak dapat dinilai melalui pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Normal tidaknya pengukuran atau laju pertumbuhan diketahui melalui standar pengukuran yang tersedia.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur. Penilaian dari perkembangan didasarkan kepada motorik kasar, motorik halus, personal sosial dan Bahasa.

Kasus stunting di Indonesia pada tahun 2023 lalu, tercatat sebesar 21,5 persen dan untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat sebesar 15,2 persen. Tingginya angka stunting di Indonesia khususnya NTT menjadi perhatian penuh bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun Institusi yang berada di wilayah NTT untuk bisa memberikan kontribusi guna mempercepat penurunan angka stunting di NTT.

Salah satu tim dosen dari kampus kesehatan di wilayah NTT yaitu Poltekkes Kemenkes Kupang berhasil membuat penelitian alat yang akan membantu melakukan deteksi dini stunting yang disebut dengan Alat Cakram Deteksi Dini Stunting.

Tim dosen tersebut terdiri dari Ketua peneliti Yurissetiowati, SST., M.Kes, 2 orang anggota peneliti yaitu Ignasensia D. Mirong, SST., M.kes dan Namsyah Baso, SST., M.Keb.

“Stunting sebenarnya bisa dilakukan pencegahan di 1.000 hari pertama kelahiran (HPK). 1.000 HPK adalah periode emas dalam tumbuh kembang anak. Hal tersebut dikarenakan sebesar 80 persen perkembangan otak anak berkembang pada masa ini yaitu dari mulai sejak terbentuknya janin sampai dengan anak berusia 2 tahun.

"Awalnya sempat berpikir bagaimana caranya agar kami bisa membuat alat untuk mempermudah dalam penilaian tumbuh kembang anak terutama bagi anak yang berusia dibawah 2 tahun agar stunting ini bisa dicegah. Akhirnya terciptalah alat Cakram deteksi dini stunting ini yang diharapkan bisa membantu bagi petugas kesehatan, kader, maupun masyarakat luas untuk memantau tumbuh kembang anak sehingga bisa dilakukan deteksi dini dan pencegahan stunting.,” jelas Yurissetiowati, dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang, Kamis (5/9).

Alat ini mulai diperkenalkan kepada kader posyandu di wilayah Puskesmas Oesapa tepatnya kepada kader ibu balita di wilayah Kelurahan Kelapa Lima yang terdiri dari 9 posyandu, yaitu Posyandu Permata Ibu 1-9.
Setelah diberikan sosialisasi dan pembekalan, kata Yurissetiowati, didapatkan hasil terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap kader mengenai deteksi dini stunting.

Seluruh kader menyampaikan bahwa alat tersebut sangat mudah, praktis dan sangat membantu bagi para kader dalam melakukan pengukuran tumbuh kembang anak.

“Besar harapan kami alat ini bisa benar-benar dimanfaatkan dan membantu seluruh lapisan masyarakat dalam memantau tumbuh kembang anak. Mengingat alat ini mudah dalam penggunaannya diharapkan masyarakat siapapun itu bisa dengan mudah menggunakannya,” tandas Yurissetiowati. (r1/gat/dek)

  • Bagikan