Ribuan Warga Matim Sambut Ansy Lema

  • Bagikan
DISAMBUT SECARA ADAT : Calon gubernur NT Ansy Lema didampingi isterinya Maria Immaculata Inge Nioty ketika disambut secara adat di kampung halaman isteri, Kampung Mukun, Manggarai Timur. (IST)

BORONG,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Calon Gubernur (Cagub) Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) mendapat sambutan hangat nan meriah saat hadir Manggarai Timur.

Masyarakat antusias menyambut kunjungan Ansy Lema setiap titik kunjungan. Hal ini seperti kunjungan di Mukun, Kecamatan Kota Komba Utara, Manggarai Timur.

Ribuan warga masyarakat setempat berkumpul menyambut kehadiran politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang disapa mereka dengan sebutan Koa Momang (menantu tersayang).

Sapaan tersebut bukan sekadar basa-basi atau sapaan simbolis penyambutan. Ansy mempersunting putri Mukun, Maria Immaculata Inge Nioty (Inge), sebagai istrinya sejak tahun 2007 silam.

“Kami bangga atas kehadiran Pak Ansy, yang adalah anak kami sendiri. Karena itu, kami mendukung penuh langkah anak kami, koa momang kami menjadi Gubernur NTT,” kata Blasius Frans Akam, tokoh masyarakat Mukun, menjelaskan alasan sambutan meriah masyarakat setempat.

Ansy dan Inge diterima secara adat oleh warga Mukun. Tarian penyambutan menghadirkan kegembiraan sekaligus haru bagi Ansy dan Inge menyaksikan antusiasnya keluarga besar menerima kehadiran keduanya.

Selanjutnya keduanya mengikuti rangkaian prosesi adat yang dalam Bahasa Manggarai disebut “Selek”. Ritual ini merupakan penyiapan seseorang untuk maju ke jenjang kepemimpinan tertentu.

Prosesi adat ini berlangsung selama lebih dari tiga jam. Acara diawali penerimaan secara adat di Kampung Pong Bali.

Setelah itu keduanya diarak menuju rumah adat (Mbaru Gendang) Suku Mokel oleh para tokoh adat kelompok masyarakat Mokel, Manus, Mukun, dan Deru.

Sebelum memasuki rumah adat, Ansy dan Inge terlebih dahulu menyalakan lilin dan berdoa di makam nenek moyang (empo) Suku Mokel.

Selanjutnya keduanya memasuki Mbaru Gendang Mokel mengikuti para tua adat. Acara diawali dengan “Kepok” atau sapaan adat secara bergantian oleh para tongka (juru bicara) yang mewakili empat kelompok masyarakat Suku Mokel.

Kemudian, acara berlanjut dengan doa adat yang dilangsungkan dengan menyertakan seekor ayam jantan sebagai persembahan. Doa ini ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Mori agu Ngaran) dan leluhur (Wura) untuk memberkati langkah Ansy.

Hadir dalam kegiatan ini mantan Bupati Manggarai Timur Yoseph Tote. Dia menilai langkah Ansy untuk datang secara langsung di Mbaru Gendang Mokel sebagai langkah yang tepat.

“Sudah benar kehadiran anak Ansy di sini. Itu artinya anak Ansy mengawali langkahnya dengan meminta restu leluhur dan keluarga besar. Selanjutnya adalah tanggung jawab kami untuk menjawab dengan dukungan bulat dari seluruh keluarga besar,” ujar Yoseph Tote.

Dari Mbaru Gendang Mokel, kegiatan berlanjut dengan doa bersama di makam keluarga besar Mukun.

Kemudian rombongan kembali ke Pong Bali untuk berdoa di makam keluarga kandung Inge.

Puncak ritual “Selek” diadakan di rumah kelahiran Almarhum Walter Djalang, ayah Inge. Acara tersebut berupa pengenaan pakaian dan atribut adat Manggarai kepada Ansy dan Inge. Secara berurutan keduanya dipakaikan kain songke Manggarai serta songkok (peci) dan selendang songke Manggarai.

Usai ritual adat, kebersamaan itu ditutup dengan acara makan bersama ratusan warga yang hadir.

“Rangkaian acara adat yang panjang ini kami berdua jalani dengan khidmat dan haru. Karena seluruh proses ini menunjukkan bahwa kami diterima sebagai bagian dari keluarga besar Suku Mokel dan langkah saya mendapat dukungan penuh dan restu dari seluruh keluarga besar,” ungkap Ansy yang akan berpasangan dengan Jane Natalia Suryanto dalam kontestasi Pilgub NTT 2024.

Sebelumnya langkah serupa dilakukan Ansy dan Inge dengan memohon restu leluhur dan keluarga besar Wolojita, Ende, kampung asal Raymundus Lema dan keluarga besar Pemo, Wolosoko, kampung asal mama Tina Wake, kedua orang tua Ansy.

Gerardus, warga Pong Bali yang mendapat kesempatan bicara dalam acara ramah tamah mengungkapkan keyakinannya segala prosesi adat yang dijalani alumni Seminari Pius XII Kisol itu akan membawa berkah.

“Sudah tiga bulan kampung kami tidak turun hujan. Dan, hari ini hujan turun untuk pertama kalinya saat acara berlangsung. Kamu datang hari ini membawa rahmat. Kamu akan pulang juga dengan mendapat rahmat,” ujarnya.

Pernyataan itu langsung disambut tepuk tangan riuh seluruh warga yang hadir. Slogan “Manyala Kaka” pun berkali-kali diteriakan mereka sebagai pernyataan dukungan.(*/yl).

  • Bagikan