Pernah Cari Nafkah di Tanah Rantau, Sekarang Jadi Bos di Tanah Sendiri

  • Bagikan
IMRAN LIARIAN/TIMEX PANEN MELON. Dominggus Anin sementara memanen buah melon perdana di atas lahan miliknya, Sabtu (21/9).

Perjalanan Hidup Dominggus Anin, Dulu Jadi Sopir, Kini Pilih Bertani

Sebuah proses tak akan mengkhianati hasil. Semangat kerja keras, bermental baja dan pantang menyerah merupakan salah satu kunci meraih impian.

IMRAN LIARIAN, Kupang_

DOMINGGUS Anin kini memilih menekuni profesi petani. Pria 37 tahun itu kini lebih fokus pada petani buah yaitu melon dan tomat.

Di atas lahan miliknya di wilayah RT 19/RW 09, Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Dominggus memilih menanam ribuan pohon tomat dan melon. Sabtu (21/9) merupakan hari istimewa bagi Dominggus Anin beserta istrinya Lony Liufnapu, 35. Pasalnya, pasangan suami istri ini melakukan panen perdana buah melon.

Ayah empat orang anak itu merasa senang karena usaha pertaniannya itu membuahkan hasil yang maksimal. Padahal, Dominggus sendiri pernah merantau mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.

"Saya pernah merantau ke Bali dan bekerja sebagai sopir," ujarnya.

Setelah sekian tahun mengadu nasib di tanah rantau, Dominggus milih kembali ke kampungnya di Kota Kupang. Ia pun dipilih warga sebagai Ketua RT 19, Kelurahan Naioni.

Sebelumnya juga, Dominggus juga pernah melakoni usaha menjual jasa yang dimilikinya yaitu sebagai driver (sopir) mobil angkutan kota di Kota Kupang. Gajinya pun dalam sebulan tak memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan keterbatasan keuangan saat itu, ia terus berjuang. Sebab, kebutuhan rumah tangga tak bisa ditunda. Karena itu maka ia pun beralih profesi dari sopir ke dunia pertanian. Dominggus bekerja sebagai petani melon dengan Mel Amnesi.

"Enam bulan saya kerja dengan Om saya (Mel Amnesi). Saya lihat hasil petani melon itu lumayan bagus," ungkapnya.

Dunia pertanian pun diliriknya. Kebetulan ia memiliki lahan sendiri. Niatan yang kuat itu pun Dominggus mengutarakan keinginannya untuk menekuni usaha pertanian sendiri. Respon positif pun didapatnya. Dominggus mendapatkan dukungan penuh dari Omnya itu.

"Om saya katakan kamu sisipkan waktu untuk membuat bedeng terlebih dahulu," sebut Dominggus mengulang perkataannya saat berbincang waktu itu dengan Omnya.

Dominggus bekerja dengan Omnya itu dari Senin-Sabtu, ia pun memanfaatkan waktu libur yaitu hari Minggu untuk membuat bedeng.

"Saya berhasil membuat 8 bedeng untuk tanam melon," ujarnya.

Setelah bedeng jadi, anakan melon ia ambil dari Omnya, Mel Amnesi. Dominggus mengaku kewalahan untuk membeli plastik musa karena keterbatasan biaya. Ia pun menggunakan plastik musa yang sudah bekas punya orang yang sudah mau dibakar.

"Saya mulai tanam awal itu 2.000 pohon melon, "kata Dominggus.

Dominggus pun bingung dengan biaya perawatan tanaman melon seperti pupuk dan obat. Karena itu, pamannya yang bernama Mel Amnesi pun memberikan bantuan pupuk dan obat-obatan untuk pertumbuhan melon menjadi baik dan subur.

Selain itu, pamannya juga mengajarkan bagaimana cara melakukan perawatan yang baik. Hasil panen melon perdana ini perkiraan sekira 2 ton. Harga melon jika distributor ambil di lahan itu sekilo Rp 13.000, jika ia yang antar ke distributor maka harga perkilonya Rp 15.000.

"Ternyata, hasil pertanian ini sangat memuaskan. Saya mendapatkan keuntungan bersih itu Rp 50 juta, " ungkap Dominggus yang juga Ketua Kelompok Tani dengan jumlah anggota 16 orang.

Kelompok Taninya itu dibawa binaan Dinas Pertanian Kota Kupang. Saat ini Dominggus sudah memperkerjakan enam orang sebagai tenaga kerja. (gat/dek)

  • Bagikan